"Ian!" Lisa teriak-teriak di depan rumah.
"Apasih teriak-teriak?" Brian baru bangun tidur dengan belek masih stay di mata.
Lisa teriakannya kenceng banget, di bawah pohon mangga berkacak pinggang bak fashion show. Muka serius, macam lagi ngeden.
Kenyataan itu berbanding terbalik dengan pemikiran Brian sebelumnya, kenapa sampe teriak-teriak gitu.
Pikiran Brian udah aneh-aneh, mulai dari nyangkut di pagar atau tangan yang kejepit longdress. Bisa juga ketiban pot bunga.
Banyak pemikiran aneh muncul di otak Brian.
"Siapa yang bikin ulah gini?" Lisa menunjuk salah satu mangga yang masih tergantung di pohon.
Brian mengikuti arah tunjukkan sang ibu.
"Siapa yang makan mangga langsung dari pohonnya?"
"Mana Ian tau, paling kerjaan tupai."
"Masalahnya, itu mangga belom mateng. Asem dong. Kasihan yang makannya."
Oalahh... jadi itu yang bikin Lisa teriak-teriak gak jelas di pagi-pagi begini.
Sungguh tidak berfaedah.
•••
"Ian!"
Siang ini lagi-lagi Lisa teriak-teriak. Apa lagi sekarang?
Brian datang menghampiri dengan malas. "Apa?"
"Ini kamu yang buat? Untuk tugas sekolah?" Sang ibu memberikan sebuah kertas berisi puisi kepada Brian.
Ia membaca judulnya. "Puisi untuk bapakku."
"Ooo... ini emang punya Ian. Waktu itu dikasih tugas bikin puisi. Dapet nilai seratus kok."
Lisa menyorot horor. Ada yang tidak beres dengan guru Brian.
Puisi model begitu dapet nilai seratus.
Impossible.
"Yang ngajar guru pengganti, masih muda, cantik pula. Di kelas dia deketin Ian terus. Sampe minta nomer whatsapp."
KAMU SEDANG MEMBACA
Siscon Somplak
HumorKalian pasti pernah berada di fase sedang menyukai seseorang tetapi jelas orang itu enggak bisa dimiliki. sama kayak Brian sekarang, selain dihalangi tembok yang tinggi, Brian sebenarnya sudah berkali-kali ditolak. Namun tidak apa, tentu Brian tida...