24

5.3K 455 49
                                    

Part ini agak panjang gegara 2 hari gak up. Hehe...

982 kata btw v:

•••

Dea masuk ke rumah dengan kardus di tangan. Apa lagi isinya kalau bukan cokelat.

Di pojokan Brian menangis, meratapi uang THR-nya habis untuk membeli cokelat-cokelat itu.

Yoga turun dari mobil dan ikut masuk ke rumah bersama Fiza.

Heran. Ini dua anak dakjal gak ada niat buat pulang ke rumah sendiri?

"Sepi amat," komentar Yoga.

"Karna tidak rame."

Lelaki itu mengangguk setuju. "Biasanya kalau rame tuh gak sepi."

"Sepi-sepi gini enaknya ngebully Ian."

"Kalian seneng liat gue menderita?"

"Kalian seneng liat gue menderita?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Terdiam.

Brian kembali menangis memegangi dompet, dramatis. Lebih parah dari Fiza kang drama.

"Promot WA gue dong, bro" ujar Yoga pura-pura goblok sambil membatin, gue gak liat apa-apa.

"Promot mulu tiap hari."

"Gak ada yang save amnjic, cacat WA lu."

"Temen gue pada sombong," kilah lelaki itu. "Mereka males save nomer anak dakjal."

"Lu dakjalnya!"

"Lu, bajindal!"

"Bacot kalian gak pulang-pulang!"

Jadi begini rasanya diusir:)

•••

"Keknya perasaan gua ke Dea bukan main-main lagi."

Brian bersender ke jendela yang langsung mengarah ke halaman belakang rumah penuh bunga.

Sudah pukul delapan malam sekarang dan dua makhluk sialan itu tak juga pulang.

Diusir pun tidak mempan! Sudah bebal.

"Gimana, gimana?" Fiza meminta penjelasan, ia berharap cuma salah dengar.

"Gua mau Dea jadi milik gua."

Bukan salah dengar lagi kalo begini!

"Lu gila? Dea adek lu woey!"

Yoga berdiri, mendekati Brian dan menarik kerah lelaki itu. "Sadar, Yan!"

"Assalamu'alaikum..."

Pintu kamar Brian terbuka, seorang gadis berdiri di sana.

"SIAPA?!" kompak ketiga lelaki itu.

"Eh, salah kamar kek nya, maap mengganggu..." Kiki salting hendak menutup pintu dan pergi, tetapi Brian memanggilnya.

Siscon SomplakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang