Cathrina Vallen

13.2K 690 0
                                    

~Cathrina Vallen

Seperti biasa, pagi ini usai memasak dan bersih bersih apartmen lantas aku bergegas ke yayasan sekolah anak anak usia dini, dimana Aunty ku yang menjadi kepala staff disana. Kebetulan hari ini tidak ada jadwal kuliah, jadi aku berniat bantu bantu Aunty Sivy disana. Aku menyukai anak anak dan dengan senang hati aku bantu bantu disana..

Saat baru saja tiba aku melihat dua anak laki laki yang menurutku sangat tampan dan menggemaskan tengah merajuk tidak mau masuk ke kelas.

"Saga, Agra!" Sapa ku, kedua malaikat kecil itu menoleh lalu berlari dan memeluk ku. Memang sejak awal kedua bocah ini masuk sekolah. Mereka sudah sangat dekat dengan ku, dan aku dengan senang hati akan menjaga kedua bocah itu.

"Kenapa tidak masuk ke dalam kelas?" Aku berjongkok, mensejajarkan tinggi ku dengan mereka.

"Aunty, Saga sama Agra mau pulang saja Aunty. Tadi Kevin nakal, dia bilang kami sudah tidak punya Ayah lagi. Padahal kan Mom bilang Daddy kerja di luar negeri, Daddy pernah kok pulang meskipun sebentar." Curhat Saga si sulung dengan wajah sedih nya.

"Saga kan pemberani, masa iya baru di bilang begitu saja Saga sudah mau pulang? Katanya Saga mau jadi jagoan nya Aunty sama Agra! Jadi, Saga nggak boleh sedih dong. Saga nggak boleh takut, kalau memang Saga tidak salah!" Aku tersenyum sembari mengacak singkat rambut ikal kedua anak manis tersebut.

"Tapi Aunty...

"Ssstttt.. sekarang masuk ya, nanti jam istirahat Aunty beliin es krim!" Aku mencoba membujuk dengan tawaran es krim pada kedua malaikat di depan ku ini.

"Aunty Janji?" Kedua anak itu tiba tiba menyodorkan kedua jari kelingking nya.

"Janji! Tapi sekarang masuk dulu!" Aku mengaikan kedua keliking ku pada kedua jari anak kecil itu sebelum si empunya berlari memasuki kelas.

Aku tersenyum melihat kepolosan mereka, namun tiba tiba saja aku terkejut saat menutup gerbang sekolah ada sosok pria bertubuh tinggi kekar berdiri tepat di hadapan ku. Menatap ku dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ada yang bisa saya bantu?" Ku lihat pria berjambang dan berkumis itu hanya diam sembari menatap ku.

"Hello..!" Aku mengkerut kan dahi ku sembari menggoyangkan tangan ku di depan wajah nya.

"Ehhmm.!" Pria itu mengerjap kan mata nya sambil berdehem, membuat ku semakin tak mengerti.

"Saya hanya melihat melihat saja, permisi!" Tiba tiba saja pria itu pergi. Aku hanya menggelengkan kepala ku samar dengan senyum terkembang. Lantas menutup gerbang sekolah kemudian masuk ke dalam.

Menyusul Aunty Sivy kedalam kantor nya. Nampak Aunty sedang sibuk dengan laptop di depan nya, sehingga tidak melihat aku masuk ke ruangan nya dan duduk di depan nya.

"Cath!" Aunty Sivy tersenyum lantas menghentikan aktifitas nya setelah melihat ku duduk di depan nya.
"Ada masalah apa, hm?"

"Aku lebih baik berhenti kuliah saja Aunty. Aku akan fokus kerja untuk pengobatan Mama." Aku menunduk tanpa berani menatap mata Aunty Sivy yang ku yakini tengah menatap ku tajam.

"Aunty tidak setuju dengan keputusan mu, Cath! Kenapa kau selalu menolak bantuan Aunty? Padahal kau sendiri tau kan, jika Aunty sudah mengangkat mu sebagai putri Aunty. Jadi tolonglah, kali ini saja kau mau menerima bantuan Aunty!" Wanita paruh baya itu menggenggam tangan ku dan meremas nya pelan. Sedangkan aku sendiri masih bingung dengan tawaran beliau. Apa mungkin aku harus menerima nya? Mengingat Aunty sangat sayang padaku, karena kebetulan juga Aunty tidak memiliki satu orang anak pun.

"Dan lebih baik juga Kau berhenti kerja di cafe itu. Lebih baik kau ikut kerja di kantor Uncle, pasti lebih baik Cath!" Timpal Aunty Sivy padaku.

"Aku masih bingung Aunty, tapi kalau untuk berhenti kerja dari cafe itu aku belum bisa. Aku senang bekerja disana, manager nya sangat baik padaku!"

"Oke baiklah jika itu keputusan mu, kalau kau butuh apapun jangan sungkan meminta nya pada Aunty." Ku lihat aunty sivy tersenyum lalu kembali menyelesaikan pekerjaan nya.

Aku sangat senang dengan keberadaan Aunty Sivy di tengah tengah keluarga ku. Selain baik, Aunty Sivy selalu mau mendengar setiap keluh kesah ku. Meskipun usia nya hampir setengah abad, beliau masih Tampil modis dan kekinian. Jadi, tidak perlu canggung jika berdekatan dengan nya. Kalau mau tau, sebenarnya Aunty Sivy adalah sahabat baik mendiang Papa. Kami sudah seperti keluarga dan terkadang membuat ku tidak sungkan untuk meminta bantuan padanya.

"Aunty Nana!" Teriak Saga dan Agra ketika kedua nya keluar dari dalam kelas.

Ku sambut mereka dengan dua es krim di tangan ku, sebagai janji ku pada dua malaikat ini tadi. Segera aku berikan es krim tersebut dan langsung di sambut senang oleh kedua nya.

"Terimakasih Aunty! Kami sayang Aunty!" Seru Saga memberikan satu kecupan di pipi ku di susul oleh Agra di pipi sebelah nya.

"Sama sama jagoan! Aunty harus bekerja, jadi kalian baik baik di sekolah ya. Tidak boleh takut lagi, Oke!" Nasehat ku di balas anggukan kedua nya. Mereka tengah asik menikmati es krim saat aku beranjak dari sekolah tersebut.

Ini waktu nya aku harus bekerja di caffe, meracik berbagai minuman dengan inovasi inovasi terbaru yang menjadi nilai plus pada diriku. Aku sangat suka meracik minuman, jadi sewaktu caffe ini mencari seorang bartender aku segera melamar nya, dan aku di terima. Lumayan lah untuk menambah uang saku serta tabungan untuk pengobatan Mama.

"Siang Cath!" Sapa Raven yang tak lain adalah manager di caffe ini.

"Hai Rav, apa aku telat hari ini? Kurasa tidak kan?" Aku mengendikkan bahu lalu melangkah ke tempat ku bekerja. Segera ku ambil celemek dan memasangnya. Seperti biasa, aku selalu mulai dengan membersihkan semua barang barang yang menjadi alat perang ku nanti. Aku tidak mau barang barang itu di sentuh siapapun selain oleh diriku sendiri.

Sampai sampai aku tidak sadar ada seseorang yang berjalan melewati ku dengan tatapan yang sama.

~TBC...

I Wanna You x Michele Morrone (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang