Berjam-jam lamanya Alicia bersembunyi dari Aaric di dalam kamar mandi hanya dengan berbalut handuk putih yang ia lilitkan dibandannya. Alicia merasa aman berada disana, karena Alicia masih merasa takut jika berada dalam satu ruangan dengan Aaric.
Alicia menebak, saat ini pasti Aaric sudah tidur. Lalu Alicia berjalan ke arah pintu dan mengintip dari celah pintu yang sengaja ia buka sedikit untuk mencari tau dimana posisi Aaric saat ini berada.
Alicia bernafas lega, saat mendapati Aaric ternyata memang sudah tertidur pulas diatas ranjangnya.
Dengan sisa energi yang ia miliki, Alicia dengan tertatih mengendap-ngendap keluar dari kamar mandi berusaha agar tidak membangunkan Aaric.
Alicia mengedarkan pandangannya untuk mencari dimana pakaiannya berada diantara pakaian yang berserakan dilantai. Alicia meneteskan air matanya saat melihat nasib bajunya yang sudah terkoyak tak berbentuk akibat ulah kejam Aaric. Semua itu mengingatkannya akan perbuatan bejat Aaric kepada dirinya.
Suara gemerisik gesekan antara kain seprai dan kulit Aaric membuat jantung Alicia berdegup dengan kencang seolah ingin melompat keluar dari dalam dadanya. Alicia mengira Aaric terbangun dan akan menghukumnya karena berencana untuk kabur. Namun kali ini keberuntungan berpihak kepada Alicia. Aaric hanya menggeliatkan bandannya dan tampak masih nyenyak dalam tidur pulasnya.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Alicia mengambil celana jeansnya dan mau tidak mau Alicia mengambil juga kaos Aaric yang berada dilantai karena hanya itulah yang bisa ia pakai. Dengan amat perlahan Alicia berjalan keluar dari kamar Aaric.
Alicia dengan kilat memakai pakaiannya dan masih dengan mengendap-endap takut menimbulkan suara apapun Alicia berjalan ke arah dapur untuk mengambil mantelnya yang Aaric tinggalkan disana.
Alicia menangis lega saat ia akhirnya berhasil keluar dari apartemen tempat Aaric menyekapnya.
Kelegaan Alicia berubah menjadi kecemasan saat ia mengingat mamanya. Mamanya pasti mengkhawatirkan dirinya karena sampai sesiang ini Alicia belum juga sampai ke rumah sakit.
Tak berapa lama ponsel Alicia berbunyi. Alicia merogoh kantong mantelnya untuk mengambil ponselnya. Tertera nomor rumah sakit tempat mamanya dirawat dilayar ponselnya. Tanpa pikir panjang, Alicia langsung menjawabnya.
"Ya?"
"Ms. Watshon, bisakah anda kerumah sakit sekarang? Mama anda sedang kritis saat ini."
"Apa?" Ucapnya kaget.
"Bagaimana mungkin? Bukankah mamaku baik-baik saja kemarin? Apa yang terjadi?""Sudah sejak tadi pagi kondisi mama anda mengalami penurunan, kami sudah berusaha menghubungi anda dan Mr. Maxime dari sejak pagi tetapi tidak ada jawaban dari kalian."
"Ya tuhan." Ucap Alicia tidak tau lagi harus berkata apa.
"Bisakah anda kesini sekarang?"
"Ya, ya aku akan kesana sekarang!" Tanpa menghiraukan keadaan dirinya sekarang, Alicia memaksa kakinya untuk berlari sambil mencari taxi yang lewat.
Beruntung tak berapa lama, Alicia melihat Taxi dan memanggilnya. Taxi berhenti tepat didepannya, dan Alicia langsung menaikinya.
"ST Lukes Hospital." Ucap Alicia kepada supir taxi tersebut.
"Tolong mengebut!" Lanjutnya."Baik nona." Jawab supir itu. Supir itu tidak bertanya lagi dan langsung mengebut untuk mengantar Alicia ke rumah sakit.
Di dalam perjalanan, Alicia terus saja menangis dan berdoa untuk kesehatan mamanya. Alicia menyalahkan dirinya disaat mamanya membutuhkannya ia tak berada disisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aaric Revenge ( Tamat Versi Wp )
RomanceSequel dari Marrying Mr Arrogant. Bisa dibaca terpisah. Cerita ini mengandung kekerasan seksual dan kata-kata kasar. Jadi yang gak suka sebaiknya jangan baca ya!😉 *** Alicia Watson, merasa takdir hidupnya sangatlah tidak adil untuk ia jalani. Ia di...