BAB 3

8K 333 10
                                    

Alicia menangis haru saat harapannya satu-persatu terwujud menjadi nyata. Pengobatan mamanya yang berjalan lancar, tingginya biaya pengobatan rumah sakit yang tidak perlu ia cemaskan lagi dan pertemuan kembali antara mama dan papanya membuat Alicia sangat bahagia. Walau Alicia tau, bahwa harapannya yang terakhir sebenarnya salah. Karena Alicia tau, saat ini papanya masih mempunyai keluarga yang lain. Tapi sebagai seorang anak, inilah yang ia inginkan selama ini, yaitu melihat kedua orang tuanya bersama.

Melihat mamanya tidur dengan pulas, Alicia memutuskan keluar dari kamar rawat inap mamanya dan memilih duduk di sudut taman, dimana akhir-akhir ini tempat itu sudah menjadi tempat favoritnya walau hanya untuk sekedar melepas penat.

Alicia menghela nafasnya merasa lega dan bahagia.
"Tuhan, terima kasih. Kau tidak hanya mengabulkan satu permintaanku, tapi kau malah memberikan semuanya untukku. Apa yang aku harapkan selama ini, apa yang aku cemaskan dan apa yang aku rindukan, engkau telah mewujudkannya dalam satu hari. Terima kasih Tuhan."

Alicia menghirup udara sore hari yang terasa menyejukkan untuknya. Hatinya menghangat ketika mengingat kedua orang tuanya sekarang ada di dekatnya. Namun senyum Alicia lenyap saat mendengar ucapan seorang pria yang berdiri tepat dibelakangnya.

"Tau kah kau? Di dalam do'amu terselip tangis seseorang?"

Alicia terkesiap dan langsung menoleh ke belakang.
"Siapa kau?"

***

Aaric berjalan menuju toilet, Aaric melihat teman sekelasnya Joshua sedang berada dalam masalah. Saat itu, Nicholas Maxime dan ke dua temannya sedang mengeroyok Joshua di dekat toilet pria. Aaric membantu Joshua dengan menarik Joshua kebelakang tubuhnya agar terlindung dari pukulan Nicholas dan teman-temannya.

"Jangan ikut campur! Mau jadi pahlawan ha?" Ucap Nicholas geram.

"Berhenti mengganggunya Nick!" Jawab Aaric.

"Itu bukan urusanmu!"
"Mengapa kau tidak bermesraan saja dengan kekasih barumu dari pada kau capek-capek kesini mengurusi masalahku?"
"Berikan Joshua kepadaku dan enyahlah dari hadapanku!"

Aaric berbalik menghadap ke arah Joshua, lalu Aaric menyuruh Joshua untuk mengobati lukanya dan kembali ke kelas terlebih dahulu.
"Pergilah obati lukamu Josh, dan kembalilah ke kelas lebih dahulu!"

"Lalu bagaimana denganmu Aaric?" Tanya Joshua cemas.

"Tenang saja, aku yang akan mengurusnya untukmu!"

"Terima kasih Aaric."

Aaric hanya mengangguk sebagai jawaban, lalu kembali menatap Nicholas yang kini terlihat sangat marah.

"Berhenti berulah Nick!" Pinta Aaric.

"Ha ha ha... siapa kau mau mengaturku?"
"Teman?"
"Jika kau temanku, kau tidak akan mungkin mengkhianatiku."

Lalu Nicholas menyuruh teman-temannya untuk memukuli Aaric.
Untung saja Aaric bisa melawan dan membuat mereka jatuh tersungkur setelahnya. Lalu Aaric menghampiri Nicholas yang terlihat menggeram menahan amarah.

"Laura bukan gadis baik-baik Nick. Dia memang pergi karena aku, tapi semua itu aku lakukan untukmu. Karena kau sahabatku."

"Bullshit!" Ucap Nicholas kemudian melayangkan tinjunya ke wajah Aaric.
Beruntung Aaric bisa menghindar dan itu menambah kebencian yang Nicholas rasakan untuk Aaric.
Kemudian Nicholas mengajak teman-temannya untuk pergi meninggalkan Aaric.

Aaric menghela nafas, karena kesalah pahaman masa lalu telah merusak persahabatan dari masa SMPnya dengan Nicholas.

Semua itu gara-gara Laura. Teman SMA mereka yang Nicholas sukai, tetapi ternyata Laura hanya memanfaatkan kekayaan Nicholas saja.

Aaric Revenge ( Tamat Versi Wp )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang