|7| Lagi-lagi Hanya Menunggu

404 32 99
                                    

"Buat lo nih, Gar!" Teriak  Keken ketika membaca sekilas isi surat yang Ranya simpan di ambang pintu.

"BACAIN, KEN!" Pinta seorang cewek sambil kekehan.

Cowok itu kemudian menarik nafas sebelum membaca keras-keras isi surat Ranya. "Malam nanti kita ketemu, Kak! Lo nggak perlu jemput! Gue masih sanggup buat jalan sendiri kok! Di taman! Jam delapan! Oke?!"

"Harus oke dong!" Sahut gadis di bangku paling belakang sambil berdiri.

"Lain kali di jemput dong, Gar." Goda teman lainnya yang disusul dengan teriakan "Cie-Cie" dari seluruh penghuni kelas.

Mereka benar-benar senang ketika menggoda Gara secara berjamaah begini. Bukannya mereka semua tidak tahu tentang hubungan Gara dengan Ines, tapi pada kenyataannya, Gara tidak pernah menampilkan kemesraan atau setidaknya berbincang banyak dengan Ines. Itulah yang membuat teman-temannya sangat bersemangat sekali saat ada yang bertingkah nekat mendekati Gara seperti Ranya contohnya.

Sedangkan Gara hanya menggeleng singkat tak menghiraukan semua godaan yang teman-temannya layangkan.

Keken kemudian menghampiri meja Gara. "Nih, Gar. Kali aja mau lo koleksi. Haha." Keken tertawa sambil melenggang pergi tanpa menyadari ekspresi wajah Gara yang nampak tertegun.

"Gar! Buru!" Teriak Fariz dari ambang pintu membuat Gara segera beranjak.

Kericuhan sudah terdengar di telinga mereka berdua ketika mereka baru sampai di kelas ujung yang bersebelahan langsung dengan kantin lantai tiga, kantin yang hanya berpenghuni kelas XII saja. Tapi tidak sedikit juga dari para junior yang mendatangi kantin itu hanya untuk nongkrong bersama para senior atau hanya sekedar menyaksikan kekonyolan yang dibuat mereka di setiap jam istirahat.

"Lo pikir lo siapa, Bon?" Baru saja mereka berdua masuk, drama sudah dimulai. Terlihat di sana seorang cowok tengah berlutut di hadapan seorang gadis yang sedang melotot horor. "Manurios? Atau lo lagi gerasa secute Ayen? Seganteng Jaehyun? Sekaya Suho? Sesultan Chenle? Sekonyol Haechan? Atau mungkin lo ngerasa sesempurna Pak Seo Jun?! Ngaca Dong! Najis gue sama lo!" Lanjut gadis itu melotot tak terima dengan ungkapan perasaan dari lelaki buaya seperti Babon.

Cowok itu berdiri sambil berkacak pinggang. "Lo kalo mau nolak gue. Tinggal bilang, Sorry, gue nggak minat. Nggak usah bawa-bawa Canil, Hujin sama Manuknya Rios, dong. Mereka nggak ada apa-apanya dibanding sama gue." Gadis itu berdecih tak terima. "Denger, ya! Bright aja sungkem sama kecakepan gue." Babon membalas sewot membuat seluruh isi kantin terbahak-bahak melihat aksi drama penembakan gebetan yang selalu berujung tragis di kantin itu.

"Ngaca dong, Bon!" Teriak Fariz dari ambang pintu dengan Gara yang tampak tak ingin ikut campur.

"Gue aja yang blasteran Garut-Cicaheum dia tolak.  Apalagi lo, yang cuman blasteran Lotek sama Karedok!" Fariz mengejek dengan iringan tawa puas dari para penghuni kantin.

"Dasar, buaya gurun!" Sahut Keken dan Fariz kompak setelah barusan mereka berdua saling memberi aba-aba.

"Anjir! Lo berdua!" Babon mengepalkan kedua tangannya marah. "Oke. Kita marahan dua bulan!" Tandasnya, kemudian meninggalkan kantin. Namun selang beberapa detik, dia kembali masuk dan duduk berhadapan dengan Keken. Seperti biasa, mereka kembali ricuh dan saling melemparkan ejekan.

"Lo mau penuhin undangan Ranya entar malem?" Tanya Fariz tampak antusias. Semoga saja kali ini Gara berniat memenuhi undangan yang sering Ranya berikan. Tolong camkan, Fariz adalah garis keras shippernya GaRanya, sampai kapanpun.

RanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang