|1| Ini Satya

1.5K 97 115
                                    

Now play:

Happy Reading! Jangan lupa bintangnya. Nggak maksa kok,

¤¤¤


Lo emang Mbak paling nggak tau diri seantero jagat raya.
Lo orang ceroboh yang suka rusak barang-barang gue.
Lo cewek terburuk yang gue punya.
Tapi, lo cewek yang paling berharga setelah Bunda buat gue.

-BabangSATYAngGanteng

Ranya mengangkat sedikit ujung bibirnya. Ya, hanya sedikit.

Setiap pagi, Ranya tak pernah melewatkan barang sehari pun untuk membaca tulisan Satya yang begitu mini yang ditempel di dinding tepat di atas meja belajarnya, seolah-olah itu sudah menjadi rutinitas wajibnya yang tak boleh ditinggalkan. Haram hukumnya bila Ranya lupa.

Sticky note berwarna merah muda yang sudah memudar itu tak pernah bergerak dari tempatnya. Dan Ranya tak pernah berniat untuk membuangnya.

Tok tok tok

"Masuk aja, Sat!" Seru Ranya dari dalam kamar, membuat Satya segera membuka pintu kamarnya lebar-lebar.

"Gila, lo!" Maki cowok itu. Satya segera berbalik badan sambil merutuki si empu yang punya kamar.

"Lebay deh, si Satya," Ranya hanya bergumam santai sambil menyelesaikan kegiatan memakai kaosnya yang tinggal sebelah tangan lagi. Seolah itu bukanlah hal yang penting.

"Lo bisa nggak si-"

"Nggak."

Satya berdecih. "Lo bilang kek lagi pake baju, gue kan nggak bakalan langsung masuk. Ternodai mulu mata gue liat kebiasaan lo itu. Punya kamar tuh di kunci napa?! Nggak malu?!" Satya terus saja mencerocos sambil memunggungi Ranya yang kini sudah duduk di atas kasur.

"Mau ngapain sih, lo?" Tanya Ranya sambil merebahkan tubuh.

Satya melenggang masuk, setelah sebelumnya dia memastikan bahwa Ranya sudah memakai celana. Dia menutup pintu kamar kemudian ikut duduk di atas kasur.

"Kunjungan mulu lo ke kamar gue," Ranya melanjutkan ucapannya. "Kangen?"

"Amit-amit! Najis!" Umpatan kasar itu sama sekali tak membuat Ranya tersinggung. Ini sudah biasa dan akan tetap seperti ini.

"Temenin gue ke luar yuk, Mbak." Ajaknya sambil menarik-narik tangan Ranya.

"Gue udah bilang, nggak usah panggil Mbak. Gue nggak suka." Ranya duduk sambil memberikan sisir kepada Satya yang menerimanya tanpa penolakan.

Ranya memunggung Satya, membiarkan adik satu-satunya itu merapikan rambutnya. "Lo mah dibaikin salah, digalakin malah makin galak," Satya dengan telaten menyisir rambut sebahu Ranya yang masih sedikit basah.

"Mau kemana emang?"

"Main aja, sekarang kan malming. Masa di rumah? Kita makan angin, yuk!" Ajak Satya begitu antusiasnya.

"Ngapain makan angin? Nggak kenyang dong, Sat." Balas Ranya membuat Satya menyentil telinga Ranya dari belakang.

"Lo nggak usah ngegas dong!" Kini Satya malah nyolot membuat Ranya menoleh ke kebelakang kemudian menjambak rambut Satya kuat-kuat.

"Lo yang ngegas! Gila!"

Ranya itu tidak suka digas. Tapi dia sangat hobi ngegas. Keahliannya adalah memaki. Selain itu, Ranya juga pandai mengomel.

RanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang