WAJIB BACA!!!
Yep, aku kasih note di awal supaya kalian bisa mengambil keputusan. Aku yakin di antara kalian pasti ada yang sensitif dengan kata-kata kasar dan sesuatu yang nyerempet kissing.
Terus terang aja dua kata itu ada di part ini. Tapi aku udah menemukan puluhan cerita teenfiction lain dengan konten serupa dan menurutku nggak masalah kok. Ceritaku masih iya banget kalau dibilang wajar.
So, buat kalian para pembacaku, khususnya yang di bawah umur, silakan kalau mau skip part ini dan nunggu update-an hari Rabu.
Tapi jujur selama aku nulis Juni Katastrofe, part ini adalah part yang paling aku suka. Selain nulisnya pakai hati, hampir semua yang ada di part ini AKAN BERPENGARUH BESAR terhadap penyelesaian konflik.
Jadi, silakan dipikirkan ya. Selamat membaca buat yang memilih lanjut🍭 Ini bakal panjang. Hampir 3000 words. Sebaiknya kalian cari tempat yang nyaman buat baca.
Terima kasih:)
[29 Juni 2020]
Coba deh bacanya yang serius. Siapa tau nagih dan bikin penasaran. Playing now [Jangan Rubah Takdirku - Andmesh]💞
_______
Sayembara Aksa yang tinggal dua pekan lagi menuntut Juni dan Ajun mempersering sesi latihan mereka. Dari yang dulunya hanya belajar sendiri-sendiri kini mulai diubah menjadi latihan secara diskusi.
Sore ini, setelah berterima kasih pada supir taksi langganannya, Juni melangkah gancang menuju sebuah rumah mewah berpagar tinggi. Ini pertama kalinya Juni datang ke rumah Ajun. Ia baru tahu jika setiap tamu yang berkunjung ke istana Gerodito harus discanner terlebih dulu.
Juni sempat kesal karena diperlakukan layaknya terduga teroris. Kadang ia tak mengerti dengan jalan pikir orang-orang kaya. Mereka selalu menjaga apa yang mereka punya dengan cara yang berlebihan.
Setelah lulus dari pemeriksaan satpam, Juni harus menekan bel rumah berkali-kali. Dan bukannya pemilik rumah yang keluar, Juni justru disambut oleh seorang asisten rumah tangga berseragam hitam putih.
"Maaf, siapa dan ada keperluan apa ya?"
"Saya Juni, teman Ajun. Ajunnya ada?"
"Oh ada. Tuan muda Ajun sudah menunggu di ruang belajar."
Juni berdecih sementara ART tadi memperlebar pintu agar tamunya bisa masuk. Tuan muda apaan?
Setelah itu Juni hanya dipandu sampai lantai dua karena ART tadi dipanggil oleh pekerja lainnya. Juni sempat berbincang sebentar dengan asisten rumah tangga itu. Katanya semua pekerja di sini hanya bekerja sampai sore dan dipulangkan saat malam. Juni kini mengerti kenapa tidak ada yang menemukan ayah Ajun saat ia koleps waktu itu.
Tak sadar kaki Juni terus bergerak. Kemana saja, asal menemukan tangga berlantai silver yang konon hanya akan menghubungkan lantai dua dengan ruang belajar Ajun.
Tak butuh waktu lama bagi Juni untuk menemukannya sebab tangga itu berada di jalur lurus dari tangga masuk. Letak tepatnya di dekat meja makan kedua–meja makan yang lebih kecil dari meja makan utama. Rumah Ajun memang tak main-main. Tiga lantai cukup untuk membuat orang-orang di bawah terlihat sangat kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juni Katastrofe [End]
Teen FictionKatastrofe pertama Juni terjadi tujuh belas tahun selang kelahirannya sebagai bulan yang menahtai hari-hari cerah. Para pewaris Gerodito telah datang. Ibarat satu formasi, Ajun dan Awan adalah guruh dan hujan yang kompak mengacaukan teriknya dataran...