|11 Mei 2020|
Coba deh bacanya yang serius. Siapa tau nagih dan bikin penasaran.
Playing now [All I Want - Kodaline]💞________
Tentang bagaimana perasaanku,
Coba tanyakan pada awan
Sebelum ia jatuh dan kata-katanya tak lebih dari sekadar gemerayak________
Setengah jam mengurung di toilet tak lantas membuat pelupuk Gresa cepat mengering. Gadis itu masih sesegukan sebelum mendengar ketukan taajul dari luar. Beberapa menit lalu Jennie, sekarang siapa lagi? Tadi Jennie membujuknya sambil ngoceh ini-itu, menyalahkan dan setengah merengek agar ia lekas keluar. Tapi, sungguh, kelakuan Jennie yang seakan menyudutkannya justru membuat Gresa semakin betah berada di dalam.
Entah siapa sekarang. Gresa hanya khawatir kalau orang di luar sedang sangat membutuhkan toilet sementara yang tersisa hanya toilet tempatnya mendelik. Buru-buru Gresa menghapus air matanya dan membuka pintu.
"Hei."
Sosok Agam yang membawa sekotak tisu adalah hal pertama yang Gresa tangkap. Rasanya ganjil melihat Agam di sana mengingat toilet itu dikhususkan untuk perempuan. Tapi siapa peduli? Setelah usahanya berbuah sia-sia, tak keliru kalau Jennie lantas mengirim utusan. Gresa memutar bola matanya. Ia hendak menutup kembali pintu toilet saat tiba-tiba tangan Agam terulur dan malah terjepit.
"Aghhs, tangan gue woy!"
"Eh maaf-maaf," Gresa lekas membukanya kembali, "lo sih."
Agam meniup-niup tangannya yang mulai memerah dan Gresa melakukan hal serupa secara spontan. Agam tercenung memperhatikan raut kalut yang tengah berempati pada tangannya itu. Terlalu banyak yang Gresa pendam. Tak heran jika hari ini ia sampai semeledak tadi.
"Ngapain lo di sini?"
"Gue kasihan kalo lo pakai tisu toilet," jawab Ajun sambil mengacungkan tisu ke wajah Gresa.
Mendengar itu, Gresa buru-buru menutup dari luar pintu yang sejak tadi menampilkan pemandangan toilet berhambur tisu.
"Sok perhatian lo."
Agam menarik oksigen sebanyak mungkin. Mungkin akan sedikit sulit, tapi ia harus mencoba. "Gres, gue emang gak suka lihat tingkah Awan, tapi lo juga salah."
"Semua aja nyalahin gue."
"Kalau lo suka Awan, harusnya lo yang deketin, bukan malah Juni yang lo suruh deketin dia. Gini deh," Agam meletakkan tisu di atas wastafel dan memegang kedua pundak Gresa, "misal, lo suka sama Awan, tapi Juni malah maksa lo ngedeketin gue. Lo bakal gimana?"
"Ya nggak–"
Mata Gresa membulat lebar. Sadar akan ucapannya barusan. Di depannya, Agam menaikkan alis menunggu kelanjutan jawaban.
"Lo suka sama gue?"
Agam mengernyit, menarik tangannya, dan lantas terbahak. "Sampai pluto balik ke bimasakti pun, gue gak mungkin suka sama lo lah."
"Kok malah ketawa, sih?"
"Habisnya lo lucu. Bukan gitu maksud gue, dodol."
"Iya tau, gue emang manis kayak dodol."
Agam terkekeh gemas. Hampir saja pipi bakpau Gresa ia cubit saking gemasnya. "Maksud gue bukan gitu. Lo pasti gak mau, kan, kalau diminta deketin cowok lain sedangkan lo udah suka dan hanya suka sama Awan?"
Gresa mengangguk.
"Dengan cara lo yang hanya mementingkan Awan, lo udah mengorbankan sahabat-sahabat lo, Gres. Juni, Jennie, ...gue. Paham, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Juni Katastrofe [End]
أدب المراهقينKatastrofe pertama Juni terjadi tujuh belas tahun selang kelahirannya sebagai bulan yang menahtai hari-hari cerah. Para pewaris Gerodito telah datang. Ibarat satu formasi, Ajun dan Awan adalah guruh dan hujan yang kompak mengacaukan teriknya dataran...