34| Salah Tingkah

42 19 8
                                    

[2 Oktober 2020]

________

Memenangkan Sayembara Aksa bukan hal yang luar biasa, tapi bisa terbang ke Sydney... Juni so speechless.

Momen ketika semua penonton berdiri dan bersorak mungkin tak akan lama bersarang di ingatannya, tapi momen ketika Meja Timur berteriak, "Sydney Un! Ke Sydney Un!!!",  Juni telah bersumpah tak akan melupakannya barang sepenggal.

Dan ya, Juni tak akan lupa ketika tiba-tiba Ajun memeluknya seperti anak kecil sambil mengelap ingus. Hangat dan menggemaskan. Juni juga tak tahu kenapa membiarkan Ajun mengecup singkat pucuk kepalanya, padahal mereka tengah berada di keramaian. Semua terjadi di luar kesadaran.

Pria itu sempat mengatakan sesuatu sebelum akhirnya melepas pelukannya. "Mungkin kamu bengong sekarang. Mungkin kalimat Biru terlalu mengejutkan, tapi aku bener-bener bisa lihat Aurora di sini," ujarnya sambil menunjuk mata Juni,  "I want to cry seeing you."

Itu berbulan-bulan yang lalu. Sekarang keduanya sedang di bandara, bersiap mengambil foto bersama sebelum terbang ke Sydney.

"Ngapunten Pak, mepet malih."

Agam sibuk mengatur orang-orang yang berada dalam frame. Di antara teman-teman Juni yang lain, hanya Agam yang hasil fotonya bisa disandingkan dengan fotografer handal.

"Serius nih gue nggak ikut foto?" tutur Agam kecewa.

"Atau saya saja yang fotokan?" tawar Pak Ridwan, waka kesiswaan yang hari ini ikut mengantar Juni dan Ajun sampai bandara.

"Maaf Pak, ampun."

Semua tergelak. Saat-saat membahagiakan itu tak ingin Agam biarkan berlalu begitu saja. Selain menanamnya dalam memori, Agam juga membekukan momen ketika orang-orang itu sedang unjuk gigi dan membuka mulut lebar.

"Tenang Gam, nanti gue sertakan taken by Agam di captionnya," ujar Juni setelah ponselnya dikembalikan oleh Agam.

Selesai dipotret, mereka kembali berpencar. Ada yang duduk, ada yang pulang duluan, ada yang memberi ucapan selamat berwisata pada Juni, dan ada juga yang diam-diam mendekati Agam untuk menyerahkan ponselnya.

"Buat apa? Lo mau ngasih gue IPhone?"

Ajun berdeham lalu mengusap hidungnya untuk menghilangkan rasa canggung. Bagaimanapun, ia bukan Awan yang bebas menepuk dan merangkul bahu Agam sesukanya.

"Fotoin!"

Agam bergeming.

"Tolong."

"Oke. Mau potrait atau landscape? Full badan atau setengah? Mau gaya iklan sampo atau model baju?"

Ajun menatap Agam dengan sorot tajam. Ia tak tahu sebelumnya kalau Juni dan Awan punya teman setengil itu.

"Buruan. Gue ditunggu cewek gue. Mau bikin boomerang," runtuk Agam.

"Gue nggak foto sendiri."

"Oh, mau selfie sama gue? Sini!"

"Yehh, orang Ajun mau foto sama gue!" sambar Juni seraya mengamit lengan Ajun.

"Aku peka, kan?" bisik Juni di telinga Ajun.

Adegan itu tak luput dari kamera maut Agam. Sepertinya pacar Jenny memang berpotensi menjadi paparazi.

Juni Katastrofe [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang