[5 Juni 2020]
Coba deh bacanya yang serius. Siapa tau nagih dan bikin penasaran. Playing now [Don't Let Me Down - The Chainsmoker ft. Daya]💞
________
Sepuluh menit yang diisi candaan berakhir setelah seorang Daka Atmaja datang. Gerakan menutup pintunya membuat orang-orang di dalam RO* menyudahi aktivitas mereka dan duduk melingkar dengan tertib. Entah informasi apa yang Daka dapat setelah tertahan hampir satu jam di ruang waka, tapi tarikan di bibirnya menandakan bahwa ia sedang girang
"Ren, hubungi dua orang itu. Suruh ke ruangan ini besok."
Daka melempar map berwarna merah kepada Renata, sekretaris satu sekaligus orang kepercayaannya. Rena mengangguk patuh. Sebenarnya Daka adalah tipikal orang yang santai ketika memimpin rapat, namun gaya easy going itu tak lantas membuat anggotanya menanggapi dengan main-main juga.
"Fiks, pemilihan ketua OSIS bakal diadain dua minggu lagi."
Dua atmosfer berbeda langsung terasa di ruangan ini. Pertama, Daka dan kawan-kawan yang akan segera lepas tanggung jawab. Kedua, para junior seperti Juni yang belum siap dilepas.
"Emang udah ada calon?" tanya Rena sambil sibuk menyalin nomor telepon dari map pemberian Daka.
"Itu yang lagi lo salin nomornya."
Seketika gerakan jari Renata di atas ponsel terhenti. Matanya membelalak sempurna. Dua kontak di sana memang disertai dua nama, tapi...
"Tapi mereka bukan anak OSIS, kan?"
Pertanyaan Rena yang lebih mirip pernyataan itu membuat Juni dan kawan-kawan melongo penasaran. Anggota OSIS angkatan Juni memang belum ada yang mumpuni untuk meneruskan tonggak kepemimpinan Daka, tidak salah kalau pihak sekolah merekrut orang dari luar organisasi. Pertanyaannya, siapa orang luar itu? Sudah cakapkah ia untuk menjadi seorang ketua?
"Sistem baru ya Kak?" Juni memberanikan diri bertanya.
Daka menunjuk Juni dengan gerakan menembak. "Seratus buat lo."
"Kita boleh tahu nggak?"
"Boleh-boleh, kalian emang harus tahu. Kasih tahu Ren!" suruh Daka pada Rena yang masih sibuk berdecak.
Rena menarik nafas dalam-dalam seolah tengah mengambil ancang-ancang. "Rafiqi Alatas dan Awan G. Mahesa."
Mata Juni ikut membola, bahkan jauh lebih lebar daripada belalakan Rena tadi. Awan? Yang benar saja? Kepemimpinan Awan memang tidak diragukan lagi. Hasil kerja kerasnya dapat dilihat dari tim basket Aksa yang kini benar-benar teratur dan rapi. Juni hanya sangsi kalau cowok itu akan mau.
"G-nya siapa sih? Nggak pernah ada yang tahu kan? Niat banget nutup identitas," celetuk Daka sambil memutar-mutarkan buku agendanya dengan telunjuk.
"Lo sinis gitu karena ada dendam pribadi atau gimana Kak?" canda Juni yang sukses membuat sebagian dari manusia di dalam ruang itu tergelak. Tentu saja Juni tahu kalau huruf G dalam nama itu maksudnya Gerodito.
Akhir-akhir ini berita kalau Awan adalah cinta pertama Aruna santer dibicarakan. Desas-desus itu membuat Daka sedikit lebih protektif, takut kalau tiba-tiba Aruna terjerat lagi pada masa lalunya.
"Haha, bisa jadi."
"Dia penggemarnya banyak lhoh Ka," komentar Rini, sekretaris dua.
"Termasuk lo?"
Rini mengibaskan tangannya dan tertawa. Tebakan Daka tak meleset. Biar sudah kelas 12 dan angkatan mereka punya most wantednya sendiri, konon, Rini termasuk pengagum rahasia yang pernah ikut memasukkan coklat ke dalam loker Awan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juni Katastrofe [End]
Fiksi RemajaKatastrofe pertama Juni terjadi tujuh belas tahun selang kelahirannya sebagai bulan yang menahtai hari-hari cerah. Para pewaris Gerodito telah datang. Ibarat satu formasi, Ajun dan Awan adalah guruh dan hujan yang kompak mengacaukan teriknya dataran...