29| Kedekatan yang Salah

59 20 22
                                    

[13 Juli 2020]

Coba deh bacanya yang serius. Siapa tau nagih dan bikin penasaran. Playing now [Cintamu Bukan Untukku - Pasto]💞

_______

"Kita udahan ya?"

"Maksud kamu apa?"

Juni melepas cengkraman Ajun dari pundaknya. Dibiarkannya aliran sebening kaca itu merembes dari dua maniknya yang sayu. Persiapan matang-matangnya berujung sia-sia. Juni tetap tak bisa menguasai sisi terlukanya.

Sementara itu, Ajun masih menatap Juni dengan raut terkejut. Awalnya Ajun kira Juni ingin menghabiskan waktu istirahat berdua di halaman belakang, tapi ternyata ia keliru. Ajun lupa jika halaman belakang identik dengan tempat bersedih. Seharusnya ia tahu jika selama ini orang-orang yang datang dan pergi ke halaman belakang selalu punya satu tujuan, meredam tangis atau untuk menangis sejadi-jadinya.

Juni sendiri pernah mengalaminya. Menangis dan menenangkan diri ketika Meja Timur tengah dilanda masalah. Kemudian, baru-baru ini ada Gresa yang juga mendeklarasikan kekalahannya di tempat yang sama.

Tapi tunggu, Ajun tak boleh membiarkan dirinya sama dengan orang-orang. Ada permintaan, maka ada alasan. Toh kalimat Juni bukan sebuah putusan, melainkan penawaran yang bebas untuk ia tolak.

"Nggak seharusnya ada sesuatu di antara kita."

Lagi, Juni menyeka air mata yang seperti tak ada habisnya, "kedekatan kita salah Jun. Udah ya? Kita udah."

Ajun kembali menggeleng dan tidak menyerah untuk berusaha memegang bahu Juni. "Nggak bisa, Juni. Aku perlu tahu."

Sebisa mungkin cowok bermata legam itu berkata lembut biarpun dadanya berkecamuk hebat. Pernyataan Juni benar-benar menamparnya. Dengan tatapan penuh pengertian, ia menangkupkan kedua tangannya di pipi Juni dan menyeka air mata gadis itu dengan ibu jarinya. Mereka masih baik-baik saja kemarin, lalu kenapa sekarang Juni tiba-tiba berubah?

"Kenapa? Hm?"

Sesaat Juni membiarkan jari Ajun menghapus kesedihannya, namun setelah itu, ia kembali menepis. Mau semanis apa pun Ajun memperlakukannya, perpisahan bukan hal yang bisa ditunda sesuka hati.

Juni mendorong tubuh Ajun menjauh dengan tenaga yang tak seberapa. Ia benci ditahan. Ia benci bisikan hatinya mendapat pembelaan. Ia masih ingin di sini, tapi tak bisa. Juni tidak bisa.

"Udah Jun! Jangan gini, please!" rengek Juni sambil menatap lekat mata Ajun sebelum air matanya kembali menganak sungai.

"Hei, harusnya aku yang ngomong gitu. Please, jangan gini Juni! Kasih tahu letak kesalahanku di mana."

Ajun sudah merendah serendah-rendahnya kepada Tuhan dan memohon agar tidak menjauhkan Juni darinya. Jika sekarang Juni ingin berlari pergi, maka sudah tugasnya untuk menahan dan tak memberi jalan.

"Kamu nggak salah, tapi keadaan yang salah. Aku nggak boleh lebih sayang kamu daripada Ayah. Aku pergi Jun. Jangan cari aku lagi dan cukup temui aku di Sayembara Aksa."

Juni benar-benar berlari tanpa menunggu Ajun keluar dari momen merenungnya. Juni hanya tak ingin pria itu menahannya lagi atau setelahnya ia benar-benar tak sanggup pergi. Cinta itu masih ada, tapi keberadaannya tidak dibenarkan.

***

Sama seperti hari-hari sebelumnya, gumpalan awan hitam masih menggantung awet di langit Aksara. Anggota Meja Timur duduk di tempatnya dengan jaket dan minuman hangat masing-masing. Biarpun relasi Awan dan Gresa masih belum membaik, kelimanya berkomitmen untuk tidak lagi membiarkan hubungan mereka renggang seperti yang sudah-sudah. Hari ini misalnya, meski sedikit terlambat dan baru bertemu di lima belas menit sebelum masuk, mereka tetap berkumpul dan makan bersama di kantin.

Juni Katastrofe [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang