Punya beberapa kerjaan sekaligus dalam satu waktu itu berat. Banget. Contohnya gue yang bisa semaleman suntuk nggak tidur gara-gara mikir deadline ini itu dan merekap semua jadwal yang gue punya saking banyaknya janji temu sama orang yang berbeda-beda.
Saking banyaknya, gue sampai melemparkan satu job sama Adam yang syukurnya disanggupi oleh laki-laki itu. Sebenernya udah gue iyain sama temen gue yang mau pake jasa gue buat jadi model clothing line-nya, tapi karena ada janji temu lain gue terpaksa membatalkannya lalu menjadikan pengganti dengan iming-iming 'modelnya jauh lebih ganteng dari gue.'
Agak eneg juga sih muji ganteng ke sesama cowok, apalagi modelan Adam.
Turun harga diri sumpah, walau manusia satu itu nggak mendengarnya secara langsung.
Sebelumnya, gue juga udah melempar tanggung jawab lain sebagai fotografer pada Bang Aksa dan Arga. Sumpah, minggu ini gue keteteran banget sama semuanya. Perkaranya satu, asisten yang biasa ngebantuin gue ngerjain webtoon mendadak sakit sehingga gue yang harus mengerjakan layout sampai pemberian warna yang biasanya dilakukan oleh asisten gue.
Iya, gue webtoonis salah satu cerita yang cukup populer di aplikasi komik online.
Makanya beberapa hari ini gue ngebut di studio yang ada di rumah gue di perumahan Fajar Indah. Padahal biasanya gue cuma di studio dari jam empat sore sampai mentok tengah malam yang sekarang menjadi full dari sore sampai pagi. Bahkan tak jarang, gue harus izin nggak masuk kantor karena kelelahan.
Minggu ini hectic banget, sumpah.
Sebenernya nggak perlu kerja sekeras ini juga gue udah kaya sih. Papa gue pengusaha, sedangkan Mama jadi PNS di Dinkes kota Surakarta. Cuma karena gue nggak mau ambil alih usaha Papa, jadilah gue membelot dan masuk DKV hingga akhirnya kakak laki-laki gue lah yang membantu Papa di Surabaya sana.
"Maaf ya, Mas, saya nggak bisa bantuin,"
Gue menghela nafas pelan ketika mendengar suara parau perempuan di seberang telepon. Didepan gue udah ada satu episode webtoon setengah jadi yang harus segera gue selesaikan kalau mau upload sesuai jadwal.
"Nggak apa-apa, Je, gue paham kok,"
Jeara namanya. Adek tingkat gue jaman kuliah dulu. Saat ini dialah satu-satunya asisten yang gue punya. Dia masih semester lima, tapi kemampuan menggambar dan mix and match warna patut gue acungi jempol.
"Yaudah, lo istirahat aja. Gue juga mau ngerampungin ini biar bisa upload sesuai jadwal,"
Gue menutup panggilan telepon setelah sekian kalinya mendengar ucapan maaf dari perempuan itu. Gue merenggangkan otot lalu menoleh kearah jam dinding yang sengaja gue pasang diatas pintu. Jam lima sore, artinya udah sekitar lima jam gue duduk disini.
Gue langsung pulang setelah dari kantor siang tadi. Emang sebenernya gue cuma mau ngasih berkas doang ke Bang Saka lalu lanjut ketemu klien sama Bang Jo yang minta revisi desain UI buat websitenya. Cuma karena webtoon gue udah menuntut buat diselesaikan akhirnya dengan berat hati gue meminta Bang Jo untuk menemui kliennya sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Start Up!
FanfictionKeseharian tiga belas programmer tampan dalam mengembangkan startup digital. - Lokal - Slow update