Skripsi udah sampe mana, Chan?
Bab 3 udah selesai?
Loh? Belum sidang, Chan? Kan udah semester 10
TA lo sampai mana sih? Kok nggak selesai-selesai?
Emang titisan dajjal yang nanya begituan dengan maksud meremehkan atau cuma sekedar pengen tau doang.
Eh astaghfirullah, baru mulai udah misuh-misuh.
Habis gimana ya, hidup gue kayaknya emang ditaksir sama deadline sampai kemana-mana harus berurusan sama makhluk yang membuat hidup gue nggak tenang itu. TA ditanyain mulu kapan selesai, kerjaan apalagi, bahkan mungkin kalo deadline adalah seorang perempuan sudah dipastikan gue sudah menikah dengan dia dan memiliki dua orang anak.
Dih lulus aja belom udah mikir nikah.
Sejujurnya bukan tanpa alasan gue terlambat menyelesaikan studi strata satu gue. Bisa dibilang sejak bergabung dengan Graha Asankalayana fokus gue sudah tak lagi berada pada tugas akhir gue, melainkan pada kerjaan yang silih berganti datang kepada gue.
Ya gimana ya, namanya juga bocah baru dapet duit jadi gue berusaha keras supaya pemasukan gue itu tetap bertahan bagaimanapun caranya sampai akhirnya tugas akhir gue terbengkalai sampai satu setengah tahun lamanya.
Jujur jujuran aja nih ya, kalo nggak males juga gue tiga setengah tahun udah lulus.
Gue cuma bersabar aja, biar tugas akhir gue maksimal dan mencapai nilai yang gue inginkan.
Alah belagak lu, Chan. Ditanyain kapan lulus dijawab pake senyum tulus tapi didalem nganjing-anjingin sampe mampus; begitu kata sisi laknat gue sebagai manusia.
Akhirnya dengan kondisi tertekan karena terus ditanya pertanyaan yang nggak pernah gue tahu jawaban pastinya, gue memutuskan untuk fokus pada tugas akhir gue yang sudah gue ghosting selama satu setengah tahun belakangan. Mungkin kalo TA gue adalah manusia, gue udah mampus dimaki-maki karena meninggalkan dia tanpa kepastian tiga semester lamanya.
Kayaknya gue memang udah gila deh, daritadi gue berandai-andai yang nggak jelas soalnya.
Bagi mahasiswa kelas fosil seperti gue, pertanyaan soal skripsi dan anak cucunya adalah hal yang sangat haram ditanyakan. Bikin tekanan batin tau nggak sih? Apalagi ketika lo sadar bahwa diantara teman seangkatan lo cuma lo yang belum berhasil menyematkan gelar sarjana di belakang nama lo.
Sumpah itu rasanya kayak lo lomba lari tapi lo masih ketahan di start karena tergiur cilok lima ratusan sedangkan temen-temen lo udah finish duluan dan sekarang lagi nontonin lo berjuang sambil makan cilok seribuan.
Ya walaupun bukan cuma gue sih yang belum lulus. Ada beberapa lagi temen dan kakak tingkat gue yang masih setia 'ngendog' di Universitas sampai sekian tahun lamanya.
Mereka kebanyakan duit soalnya. Mau ngubah status jadi donatur kampus tapi masih pake duit orang tua.
Yah pokoknya masa-masa akhir jadi mahasiswa adalah masa yang paling hectic dan menguras fisik dan mental lo. Selain harus berjibaku dengan penelitian yang entah kapan selesainya, lo juga dituntut harus kebal sama berbagai pertanyaan yang punya jawaban abstrak macam yang selalu ditanyain ke gue tadi. Sepele sih sebenernya, tapi buat gue itu menambah beban di kepala dan pundak gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Start Up!
FanfictionKeseharian tiga belas programmer tampan dalam mengembangkan startup digital. - Lokal - Slow update