Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Akhirnya setelah sebulanan berkutat dengan klien rewel dan project yang nggak jadi-jadi karena permintaan klien yang suka pengen gue geplak saking ngawurnya, gue punya kesempatan juga buat rebahan dihari minggu yang cerah ceria ini.
Serius. Setelah fisik, pikiran, dan mental gue dikuras pas ngerjain job dari si ibu calon walikota itu, bisa tidur tanpa mikirin apa yang bakalan dia protes dikeesokan hari itu sebuah anugerah yang tak terkira datangnya.
Berasa kayak rebahan dihotel bintang lima, padahal gue cuma punya kasur busa khas anak kos yang harga perkamarnya sekitar tiga ratusan ribu perbulan.
Manis-manis enyoy aja gitu rasanya.
Kayaknya tiga puluh juta itu bukan cuma harga buat websitenya deh, melainkan termasuk harga makan dan minum karena selama kita ketemu buat bahas project, Bu Emil selalu minta ditempat yang mungkin nggak akan pernah gue kunjungin selama gue belum sekaya keluarga Dewarangga atau keluarganya Arga yang nggak bisa gue sebut namanya saking belibetnya. Abis gimana ya, si ibu mintanya kalo ketemu di Starbucks men, atau kalo nggak ya di McD sama Richeese.
Dompet gue yang biasa diajak ke burjo atau angkringan auto mengkeret saking insekyurnya.
Belum lagi tambahan bensin karena si ibu yang selalu menolak tiap kali gue ajak ketemuan di kantor atau Wendy's di Transmart sana. Mana McD jauh banget lagi dari kantor, alhasil dompet gue yang biasanya berisi pecahan sepuluh dan dua puluh ribuan jadi turun kasta dan hanya menyimpan duit dua ribuan dan recehan.
Sumpah, miris banget gue waktu itu. Kayaknya gue nggak perlu cosplay jadi anak kos kere karena pada kenyataannya gue memang semiskin itu pas project kemaren.
Dan mungkin yang paling mahal dari yang lain adalah, biaya buat kesabaran gue, Daru, dan Ares. Sumpah ya, rasanya pengen gue gantung di tiang lampu merah saking keselnya.
Banyak banget permintaannya yang membuat kita bertiga geleng-geleng saking anehnya. Mulai dari minta foto dia dipajang dibagian depan website dengan latar belakang pink blink-blink dan font yang segede gaban khas emak-emak pada umumnya.
Kayaknya emang harga websitenya cuma sepuluh jutaan, sisanya adalah ketenangan batin kita bertiga kalo diukur secara finansial.
Mana tiap kali diajak ketemuan dua manusia itu pada nggak mau diajak lagi. Alesannya banyak, klasik pula. Sibuk lah, ngerjain ini lah, itu lah, padahal gue tau mereka lagi rebahan dikamar sambil scrolling timeline instagram.
Kan anjing.
Akhirnya, demi ketentraman jiwa gue yang sepertinya akan mendekati gila, gue meminta Saka untuk mengosongkan jadwal gue selama beberapa hari dan kini gue lagi berubah jadi pengangguran purnawaktu dalam waktu dua hari. Dan disinilah gue sekarang. Rebahan di kamar kos gue tercinta yang gue tempati sejak masuk bangku kuliah. Nggak mikirin apapun selain rebahan.
Ngomongin soal Saka nih, lo tau nggak sih kalo kemaren kantor lagi gonjang-ganjing gara-gara kedatangan perempuan yang pernah ada di masa lalu dia sama salah satu diantara kita berdua belas? Sumpah ya, gue bersyukur karena nggak ketemu Saka karena kalo kata Ares digrup kantor, auranya langsung sepet bro. Mana langsung cabut tanpa ngomong apa-apa pula.