Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mas, nanti Natta ke rumah sakit lagi?"
Gue yang lagi menyuap sesendok nasi goreng buatan bunda langsung menoleh pada sosok bocah laki-laki berusia dua belas tahun yang duduk di sebelah gue. Kalo biasanya jam segini Natta di sekolah, maka kali ini dia terpaksa izin karena harus pergi ke rumah sakit untuk kontrol bulanan.
"Iya. Nanti sama Bunda sama Mbak Ansa ya, Mas Nara harus ke kantor soalnya,"
Anggukan pelan dengan tatapan polos gue dapatkan sebagai jawaban lalu Natta kembali memakan sarapannya. Sejujurnya gue sedikit penasaran, apa sebenernya Natta udah tau soal penyakitnya karena selama ini dia hanya menuruti apa kata gue, Ansa, dan bunda yang memintanya untuk selalu mengunjungi rumah sakit tanpa sekalipun bertanya kenapa setiap bulan dia harus rutin ke rumah sakit.
Tapi, dia masih dua belas tahun. Agaknya cukup mustahil kalo Natta tahu soal penyakit yang dideritanya.
"Mas Nara nggak ikut lagi?" tanyanya dengan pipi yang menggembung. Gemes banget, pengen gue cubit rasanya.
"Mas kan kerja. Buat kamu, buat bunda, buat Mbak Ansa."
Natta menganggukkan kepalanya, "Emm.... Mau beli mobil ya, Mas?"
Natta mengangkat kedua tangannya dengan jari-jari yang terbuka, "Segini."
Gue hanya bisa tertawa mendengar ucapannya. Emang ya, kalo lagi berdua sama Natta itu beda aja gitu hawanya. Lebih menyenangkan rasanya.
"Pulangnya nggak sampe malem kan, Mas?" Gue menatapnya lembut, hafal diluar kepala apa permintaannya, "Natta mau liat bintang!" lanjutnya antusias dengan senyum mengembang dikedua pipinya.
Gue terkekeh, lantas menepuk pelan kepala kecilnya, "Nggak kok. Paling nanti sore udah pulang," Matanya berbinar menatap gue, "Natta suka bintang apa?"
"Sirius!" Pekiknya ceria, "Mas Nara tau nggak? Itu loh bintang paling terang di angkasa! Natta pernah liat loh, Mas. Tapi kok kecil ya, Mas?"
Gue kembali tertawa, "Kan bintangnya jauuuuuh banget. Kalo deket nanti sebesar ini," Kedua tangan gue merentang lalu membentuk sebuah lingkaran sebesar yang gue bisa, "Tapi walaupun kecil tapi Natta tetep bisa lihat kan?" Natta mengangguk mantap, "Iya!"
"Kalo gitu Natta harus makan yang banyak! Biar cepet sembuh" Gue kembali mengelus kepalanya. Natta mengangguk lalu kembali fokus pada sarapannya.
Sejak lahir, Natta mengidap penyakit yang membuatnya harus rutin mendapatkan donor darah dari rumah sakit karena kalo nggak, kondisinya bisa kritis dan berakibat fatal pada dirinya. Dan karena itu juga, waktu kecil Natta sebagian besar habis di rumah sakit karena tubuhnya lemah dan terlambat masuk jenjang sekolah. Maka jangan heran kalo Natta masih kelihatan bocah karena anak itu bahkan baru masuk kelas enam sekolah dasar.