BAB 4:ARKAN

2.3K 184 1
                                    

Diam, satu kata, sejuta misteri.


—CARAMEL—

Pagi ini Caramel datang ke sekolahan sedikit lambat dari biasanya, bergegas ia berjalan sedikit cepat melalui gerbang sekolahannya dengan membawa beberapa buku pelajaran. Walau sedang berjalan pun, Caramel tetap menunduk kebawah namun ia tau pasti jalan di depannya. Dari arah kejauhan, Arkan berlari menghadap kebelakang seperti menghindari sesuatu, dan tabrakan antara keduanya pun tak terelakan.

Jangan harap ada adegan manis layaknya cerita wattpad ataupun novel yang tercipta dimana setelah adegan tabrakan yang tak disengaja lalu ada drama pertengkaran singkat yang berujung menjadi cinta.
Cih! Terlalu klise!

Semua buku yang Caramel bawa berjatuhan dan menimbulkan suara yang cukup keras. "Eh ada calon pacar, maaf ya aku gak sengaja."

"Aku bantu beresin?" tanya Arkan.

Ketika Arkan hendak memungut buku-buku pelajaran Caramel yang terjatuh di lantai, Caramel menghentikan aksi pria dihadapannya ini. "Stop!"

Arkan pun langsung berdiri tegap sambil mengerinyitkan dahi "JANGAN BERGERAK!" ucap Caramel lantang.

Arkan langsung menaikkan kedua tangannya keudara, seperti adegan ketika polisi menangkap basah para narapidana. Ia tak bergerak sama sekali, Caramel mulai memungut satu persatu buku miliknya dan meninggalkan Arkan yang masih mematung ditempat.

"Lah lah, gue ditinggal dong."

Arkan langsung berlari kecil mengikuti Caramel dan mensejajarkan langkahnya dengan gadis tersebut. "Ntar malem jalan yuk Ra."

"Ga mau," jawab Caramel ketus.

"Ra, kamu ... udah punya pacar belum?" tanya Arkan dan dibalas gelengan oleh Caramel, ketika sampai dikelasnya, Caramel langsung menjatuhkan tas dan beberapa buku yang harus dikumpulkan kepada pak Nugroho hari ini.

"Wishh, berarti aku boleh dong jadi pacar kamu?" tanya Arkan memasang wajah cute sambil mengkedip-kedipakan bulumatanya yang aih ... lentik bangetttt!

"Gak."

"Ayo dong Ra suka sama aku, masa gitu aja gabisa sih?" rengek Arkan.

Caramel mengerinyitkan dahi "Kok kamu maksa sih?"

"Ehehe emang aku keliatan maksa banget gitu?" tanya Arkan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Caramel tak menjawab, sesuatu dari arah samping memukul pelan pundak Arkan, namun ia hanya acuh dan tak ada niatan untuk melihat ke arah sampingnya. Caramel masih diam.

Tangan itu kembali memukul pundak Arkan secara lembut, lagi-lagi sang empu tak menggubris, dan untuk yang ketiga kalinya sentuhan lembut itu berubah menjadi kasar seperti orang memukul sesuatu, karena merasa kesakitan dan terganggu Arkan berniat melihat siapa yang sudah berani mengganggu pdkt nya dengan Caramel.

"ISH APAANSIH LOOO-"

"Looo ... eh bapak ngapain Pak?" tanya Arkan cengengesan, ternyata orang sedari tadi mengganggu aktivitasnya yang tak lain adalah pak Nugroho, wali kelasnya sendiri.

Pak Nugroho melipatkan kedua tangannya ke atas dada "ga ngapa-ngapain, lagi berjemur di pantai."

"Oh berjemur ..." ucap Arkan

"YA LAGI NGAJAR LAH ARKANNNN!" teriak pak Nugroho yang berhasil membuat semua murid di kelas XII menutup telinganya.

"Santuy aja kali pak, gausah ngengas," jawab Arkan enteng.

"Pengen tak IHHHHH! DASAR BIANG KEROK!" dengus pak Nugroho sambil meremat-rematkan tangannya.

"Pingin tik IHHHHH! DISIR BIING KIRIK!" ucap Arkan menye-menye menirukan perkataan pak Nugroho sambil momonyongkan bibirnya.

"Diam kamu, sekarang kumpulin tugas kamu."

"Tugas apa Pak?" tanya Arkan heran.

"Tugas tentang hukum gravitasi newton kemarin! Mana?"

"Pasti kamu gak ngerjainan kan? Kamu ini ga di SMA Pelita, gak di SMA Harapan, sama aja biang onar!"

"Semuanya yang gak ngerjain tugas bapak suruh keluar!"

"Yeyyy!" ucap Arkan girang dan beranjak melangkah ke arah luar "Sambil bersihin halaman belakang sampai jam pelajaran pertama selesai!"

Arkan yang hendak melangkah keluar terhenti akibat ucapan pak Nugroho, "Gak aci ah, bapak licik."

"Barang siapa yang menyusahkan orang lain, maka di akhirat kelak akan dibalas oleh Allah SWT, naudzubillah," ucap Arkan sambil mengelus dada.

"Duh gusti cobaan opo mene iki," ucap Pak Nugroho sambil menggaruk rambutnya.

"Bapak kutuan?" tanya Arkan dengan tatapan intimidasi.

"Sudah-sudah gak usah banyak alasan, sekarang kamu kerjain sana!"

"Pak yanto kok ngusir sih?"

"Yanto? Nama saya Nugroho!"

"Nugroho Widyanto kan?" tanya Arkan terkekeh.

"Yang jelas nama saya Nugroho bukan Yanto!"

"Sudah-sudah gausah diperpanjang, terserah kamu mau manggil saya apa." Pak Nugroho semakin risih dengan keberadaan muridnya yang satu ini, belum lagi murid-murid lainnya yang terkekeh geli melihat perdebatan aneh antara sang murid dengan guru nya.

Ketika Arkan mulai melangkah dan menuju pintu keluar, ia berhenti dan menoleh ke arah belakang dengan senyuman licik "Pak!"

"Ck, apalagii?"

"Bapak ganteng deh."

Pak Nugroho yang dipuji-puji pun langsung tersenyum bangga dan menyisir rambutnya ke arah belakang sambil menaikturunkan alisnya.

"TAPI BO'ONG KYAAAAA." Pak Nugroho yang merasa dibohongi pun langsung melemparkan spidol yang sedari tadi menjadi pegangannya ke arah Arkan, namun sudah terlambat murid yang ada dihadapannya sudah lari terlebih dahulu menghindari teriakan maut dari pak Nugroho.

"ARKANNN!"

"Dasar si kutu kupret, wong wes guanteng ngene kok," ucapnya membuang nafas ditangan dan menyisirkan ke rambut hitamnya.

***

"Senangnya dalam hati eww, bila beristri dua aww." Arkan bersenandung ria sambil berjoget tak jelas di halaman belakang, sapu lidi yang seharusnya digunakan untuk menyapu halaman, kini digunakan sebagai mikrofon oleh Arkan.

"Na na na na na, YIHAAA TAREK MANGG!"

"Kira-kira Caramel lagi apa yaa? Semua ini gara-gara pak Yanto, coba aja tadi gue gak dihukum pasti gue bisa berduan sama Caramel." Arkan yang sedari tadi bermonolog pun tak mengetahui kehadiran pak Nugroho di belakangnya.

"Dasar tuh guru ya memang ga suka kalo liat orang bahagia bentar."

"Lagian ngapain coba ngasih nama panjang-panjang, Nugroho? Cailah! Bagusan juga yanto! Kentel bat dah jawanyaa."

"Aku suka body goyang bapak yanto, bapak yanto to to tooooo-"

Saat Arkan menyanyikan lagu tiktok sambil berjoget ria, tiba-tiba saat ia menoleh ke arah belakang dan untuk kedua kalinya ia terciduk oleh pak Nugroho.

"Ngapain panggil-panggil nama saya?"

"Eh enggak, bapak aja yang ge-er!"

"Jam pelajaran pertama udah selesai, kamu boleh istirahat."

"YAWLOH BENERAN PAK? AAA MAKASIH PAK." Arkan yang refleks pun langsung memeluk tubuh pak Nugroho erat.

"Eh eh kamu ngapain peluk-peluk? Kamu kira saya cowo apaan hah?"

"Eh iya, sorry pak saya refleks."

***
B

ersambung

CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang