BAB 8:NIAT JAHAT

1.5K 127 0
                                    

"Dari mana kamu?" tanya Angga.


Caramel yang ingin berjalan menuju kamarnya pun menghentikan langkahnya dan mendekati angga, gadis berkuncir satu tersebut mencium punggung tangan ayahnya.

"Dari cafe," jawab Caramel.

"Nanti malam kamu siap-siap."

Caramel mengkerutkan keningnya "Mau kemana Yah?"

"Gausah banyak tanya," ujar Angga meletakkan korannya di meja dan pergi meninggalkan Caramel.

Gadis tersebut terlihat sangat bahagia dan menunjukkan deretan gigi putihnya "Pasti ayah mau ajakin Ara ke pasar malem, atau makan bareng, atau ... yes gasabar nanti malem," batinnya.

***

"Kita mau makan di luar Yah? Alisha sama kak Manda ga ikutan?"

"Atau kita mau ke pasar malem di sebrang sana?"

"KAMU BISA DIAM GAK SIH!?" bentak Angga.

Deg!

Caramel langsung terdiam seribu bahasa, ia mendukkan kepalanya. Berusa menahan air matanya yang sebentar lagi pasti akan jatuh.

"MASUK," perintah Angga.

Caramel masuk ke dalam taxi berwarna biru muda dengan keadaan gelisah. Disepanjang perjalanan Angga hanya memainkan bwnda pipih ditangannya, sedangkan Caramel? Gadis tersebut menatap lekat wajah Angga.

"Ayah mau bawa Caramel kemana?" Caramet bertanya, sedangkan Angga hanya melirik sekilas tanpa mengatakan sapatah kata pun.

Taxi tersebut berhenti di sebuah ruangan yang terbilang cukup ramai. Caramel turun dari mobil sambil menatap lekat ruangan tersebut.

"Ini tempat apa Yah? Kok rame banget?"

"GAUSAH BANYAK TANYA! MASUK!"

Caramel memonyongkan bibirnya dan mengangguk cepat. Ia berjalan dibelakang Angga sedikit takut, melihat orang-orang disekelilingnya yang sedang bercanda tawa, memakai pakaian yang terbuka dan saling bermesraan.

"Yah, perasaan Ara gaenak deh, kita pulang aja yuk," bisik Caramel.

Angga menatap tajam mata anaknya, Caramel yang ketakutanpun langsung menundukkan kepalanya "Diam!"

"Eh Angga, apakabar. Gimana ada gak barangnya?" tanya seorang wanita paruh baya dengan gaya nyentriknya.

"Ada dong," balas Angga terlihat begitu akrab dengan seseorang yang ada dihadapannya.

Angga menyenggol lengan Caramel dan menunjuk seseorang didepannya dengan dagu. Caramel mengangguk paham "I-iya Yah."

Gadis tersebut menjulurkan tangannya perlahan "K-kenalin nama saya Caramel."

"Oh jadi ini toh yang namanya Caramel? Cantik ya anaknya?"

Caramel tersenyum kikuk seolah risih dengan wanita yang ada kini berada dihadapannya.

"Panggil tante Inces Maria syantikk AHAY!"

"Hehe, iya tante Inces Maria syantik," jawab Caramel kikuk.

"Yaudah kamu ikut tante kedalam yuk."

"Ga ah Tan, gamau." Caramel melepaskan tangan Maria yang mencengkramnya.

"ARAA!" panggil Angga sambil menatap Caramel tajam.

"Tapi Ara gamau Yah, tolongin Ara."

"Ga ada tapi-tapi, kamu disini bareng Maria. Saya mau kerumah sebentar." Angga berucap sambil meninggalkan Caramel yang menggeleng-gelengkan kepalanya.

"AYAH CARAMEL GAMAU AYAH!"

"Ssstt, kamu gausah takut gitu dong siapa ...?"

"Caramel," balas Caramel pelan.

"Iya Caramel, kamu gausah takut gitu. Anggep aja rumah sendiri. Yuk ikut tante, tante ada hadiah buat kamu."

Caramel menggeleng "Ara mau pulang aja Tan, please Ara gamau disini."

"Udah, ayukk!" Maria menarik tangan Caramel kasar.

***

"Tante ini ga terlalu terbuka ya pakaiannya?" Caramel berdiri di depan cermin besar. Ia memutarkan badannya yang dibaluti kain berwarna merah maroon tersebut. Wajahnya yang semula hanya dibaluti bedak tabur, sekarang sudah cantik dengan blushon yang menempel dipipinya. Eyeshedow berwarna coklat dan satu lagi, bulu mata lentiknya yang ditambahkan maskara. Membuat tampilannya perfect malam ini.

 Membuat tampilannya perfect malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya enggak dong, pasti ayah kamu suka."

Caramel tersenyum "Katanya dia mau ajak kamu jalan-jalan mangkannya tante disuruh makeup-in kamu."

"Tapi Ara risih Tan, Ara ga kebiasa pake pakaian kaya gini."

"Bentar doang, yuk keluar," ajak Maria.

Caramel mengangguk dan Maria pun tersenyum puas "Polos banget ni bocah," batinnya.

"Hey Aryo!" sapa Maria.

"Maria? Gimana? Ada gak?"

"Ada dong ... nih," ucapnya menunjuk Caramel dengan dagu.

Caramel hanya tersenyum kikuk dan tidak paham akan permainan ayahnya sendiri "Caramel, kenalin diri kamu," ucap Maria.

"Em, C-Caramelia Om."

"Ah, gausah panggil Om, panggil Mas aja," balas pria tersebut sambil mengedipkan matanya sebelah.

Caramel hanya mengerutkan keningnya sambil menatap Maria heran "Kamu sama Aryo ya Caramel, tante mau kedepan dulu."

"Loh, Tan?"

"Gimanasih? Katanya mau anterin Ara ke ayah."

"Kamu, jadi bocah gausah polos-polos amat." Maria mengibas-ngibaskan kipas merahnya "Kamu itu udah dijual sama ayah kamu, denger gak? DIJUAL! Sya udah bayar mahal buat kamu. Mana mungkin saya ngelepasi kamu."

Caramel menganga tak percaya "A-ayah Angga J-jual Ara Tan?" tanyanya dengan mata berkaca-kaca.

Maria mengangguk "Iya, yaudah ini kuncinya. Selamat bersenang-senang."

Maria meninggalkan Caramel bersama seorang pria paruh baya yang sedang tersenyum licik tersebut.

Aryo menarik tangan Caramel keras, Caramel memberontak. Namun apa daya? Tenaga Aryo lebih kuat dibandingkan dengan Caramel. Pria tersebut membawa Caramel menuju sebuah kamar yang sudah dihiasi oleh bunga mawar berwarna merah.

Caramel memandang ruangan tersebut dengan tatapan jijik dan geli "Om saya mau keluar," ucap Caramel tegas.

"Hey, hey hey sabar dulu ... tenang. Saya udah bayar mahal ke Maria, masa iya saya sia-siain? Rugi dong iya gak?" tanya Aryo menaikkan turunkan alisnya.

Pria tersebut mulai mendekati Caramel, Caramel semakin ketakutan, perlahan ia mundur ... mundur dan mundur namun sekarang tubuhnya sudah mentok ke dinding. "Are you ready?"

***
B

ersambung

CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang