BAB 38:MISSCALL

941 75 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


—CARAMEL—

Kedua mata Caramel berair, namun Caramel menahan dirinya agar tidak menangis dihadapan Arkan 

"Gausah mengalihkan pembicaraan," ujar Arkan segan menatap ke arah Caramel, entah kenapa hatinya begitu teriris saat melihat Caramel sedih

Caramel tahu, ada yang disembunyikan Arkan. Ini merupakan sifat Arkan yang berubah dratis 100% dari biasanya. Cowo itu terlihat tidak banyak bicara, pucat, dan dingin.

Caramel sudah tidak tahan lagi. Air mata yang ia bendung sedari tadi runtuh, menghancurkan dinding pertahanan Caramel. Ia menangis sesunggukan menatap Arkan

"Jangan nangis, gue ga suka liat orang nangis," ujar Arkan masih enggan menatap Caramel

Caramel menggelengkan kepalanya, justru perkataan Arkan semakin mengiris hatinya

"Kamu kenapa berubah gini?" tanya Caramel sesunggukan

"Engga, gue ga pernah berubah."

"Kamu sakit?" tanya Caramel memegang dahi Arkan

Arkan melepaskan tangan Caramel kasar "APA'ANSIH?"

"Gue bilang gausah pegang-pegang."

Caramel menunduk, ia bingung harus mengatakan apa lagi "Jadi aku harus apa?" tanya Caramel

"Cukup menjauh dari gue, bentar lagi kita bakalan lulus. Dan gue juga pastinya ga akan pernah ketemu sama lo lagi," kata Arkan

"Kenapa?"

Arkan tidak menjawab, ia hanya menatap Caramel datar "Udah 'kan? Gue mau pulang."

Arkan berjalan meninggalkan Caramel
"Aku sayang sama kamu Arkan."

Arkan terdiam ditempat. Kata itu, kata itu yang selalu Arkan tunggu-tunggu sejak dulu. Kata-kata yang selalu ia harapkan. Tapi kenapa rasanya hatinya seakan menolak ucapan itu?

"Gue jauh lebih sayang sama lo Caramel," batin Arkan. Cowo itu menangis, bukan karna lebay, ada alasan kenapa ia harus meninggalkan orang yang ia cintai. Ia sudah tidak sanggup lagi menahan semuanya, semuanya menyiksa dirinya.

Arkan menangis tanpa suara, ia tidak ingin Caramel mengetahuinya. Cowo itu menyeka air matanya dan melanjutkan langkah kakinya menuju gerbang sekolah

"MAAFIN AKU ARKAN!"

***

56 miscall.

Caramel menatap ponselnya, sudah beberapa kali ia mencoba menelfon Arkan. Namun pria itu tak kunjung meresponnnya.

Ia merasa resah, perkataan Arkan dikoridor sekolah kemaren selalu berputar diotaknya.

Gadis itu mencoba berjalan ke arah dapur, ia juga bingung harus melakukan apa? Haruskah ia memasak makanan kesukaan Arkan? Sedangkan ia sendiri tidak tahu apa makanan kesukaan cowo itu.

CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang