BAB 41:DILEMA

1K 79 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


—CARAMEL—

"Sus saya mohon lakukan yang terbaik," ujar Arkan Dokter dan para perawat lainnya mendorong Caramel dengan alat rumah sakit. Banyak pasang mata yang keheranan, namun Arkan sudah tidak perduli lagi. Pakaian nya sudah berantakan, kemejanya sudah basah kuyup dan berlumuran darah.

"Silahkan tunggu diluar ya Pak," ujar salah satu perawat Arkan menggigit kuku nya khawatir, ia harus apa sekarang? Apa yang harus ia lakukan? Ia mencoba mencari nomor ibunya Caramel.

Tapi naas, Arkan tidak memiliki nomor teleponnya. Dengan langkah cepat Arkan langsung berlari keluar dari rumah sakit dan memesan ojek menuju rumah Caramel

Tok tok tok! Tok tok tok!

"IYA IYA BENTAR, SABAR YA," ujar Sonya dari dalam rumah "Ada tamu kayaknya" gumam Sonya Saat Sonya membuka pintunya, ia tercengang ketika melihat Arkan dengan pakaian yang urakan, apalagi bajunya yang basah dan banyak bercak darah merah.

"Tante ..." "Tante Caramel tante."

"Caramel mana? Caramel kenapa?"

***

"Kami harus mengambil tindakan lebih cepat sebelum semuanya terlambat. Caramel harus segera di operasi, ginjal sebelah kiri nya sudah tidak pecah akibat tusukan pisau yang terlalu dalam, itu bisa mengakibatkan ginjal Caramel tidak dapat berfungsi lagi."

"Lakukan Dok, lakukan apapun Dok saya mohon demi Caramel," ujar Sonya terisak dan tidak tenang

"Sabar Bu, mendapat kan donor ginjal itu ga mudah. Masalahnya apa ada orang yang mau mendonorkan ginjal untuk anak ibu secara gratis dan cuma-cuma?" Pertanyaan dokter Arifin membuat Arkan, Ferry dan Sonya terdiam membisu. Dokter itu bilang pasokan donor ginjal sudah habis. Dan apa ada orang yang mau mendonorkan ginjalnya untuk Caramel?

"Kita ga punya banyak waktu, sebelum semuanya terlambat. Saya dan para petugas medis lainnya akan mencari info tentang ini."

***

"Maafin Arkan tante, ini salah Arkan," ujar Arkan menangis dan bersimpuh di kaki Sonya. Sonya yang sedang duduk di ruang tunggu pun tak tega melihat Arkan seperti ini. Wanita paruh baya itu mengusap wajahnya gusar dan terus menangis tanpa berhenti

"Maafin Arkan tante ..."

"ARKAN UDAH! SEMUANYA UDAH TERJADI. KITA HARUS IKHLAS," ujar Sonya menarik tangan Arkan dari kakinya

"Ini bukan salah kamu Nak."

"Ini salah Arkan, kalo aja Arkan ga ngajain Caramel jalan malam ini semuanya ga akan terjadi." Arkan menutup wajahnya dari pandangan Sonya. Cowo itu masih terisak dalam tangisannya. Seketika dilema menghujam perasaan Sonya. Apakah ia harus menyalahkan Arkan atas kejadian ini? Atau ia memang harus mengikhlaskan semuanya? Suara mesin pendetak jantung yang berada diatas nakas rumah sakit mengeluarkan bunyi, membuat Arkan, Ferry dan Sonya langsung panik dan segera memanggil dokter

"DOKTERR!" "DOKTER ANAK SAYA DOK!" "DOKTER!" Kali ini Ferry keluar sambil mencari keberadaan dokter Arifin

"Ada apa?" tanya dokter saat sudah masuk kedalam ruangan dengan seri 45 tersebut "C-caramel Dok ..." tangis Sonya Ferry yang berada di samping Sonya langsung memeluk istrinya dan mendekapnya erat. Dokter Arifin mulai mengecek detak jantung Caramel

"Kita harus bertindak cepat, waktu kita ga banyak."

***

Seluruh alat-alat operasi sudah di persiapkan pagi ini, para medis berjalan mondar-mandir, sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Tidak hanya Sonya dan Ferry, namun Maya dan suaminya ikut hadir di hari operasi Caramel.

"Operasinya sudah selesai, lampu operasinya mati," ujar Ferry Dokter Arifin keluar dari ruang operasi, dengan cepat Sonya langsung menghampirinya

"Gimana keadaan anak saya Dok? Operasinya lancar 'kan?" "Alhamdulillah operasi anak ibu berjalan dengan lancar, namun kondisinya blum stabil, jadi anak ibu harus opname selama beberapa hari, sambil menunggu kondisinya membaik," ujar Dokter Arifin Seluruh orang yang berada di ruangan tersebut langsung bernafas lega, "Makasih banyak Dok," ujar Ferry

"Saya tinggal dulu ya, permisi." Sonya menangis karna senang, senang mendapatkan kabar bahagia tersebut. Bahkan air matanya sudah tidak terbendung lagi. Maya bersender di dinding rumah sakit, ia membiarkan dirinya merosot kelantai yang membuat rambutnya berantakan. Wanita paruh baya itu menangis sesunggukan sambil terus menutup mulutnya.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang