Bab 5:KESEMPATAN

2.1K 160 3
                                    

Jika seseorang berani menganggapmu rendah, maka tunjukkan seberapa tinggi kamu bisa terbang.❞


—CARAMEL—

"Dia terkenal tertutup, disamping itu dia juga susah buat berteman. Gimana bisa lo deketin dia?" ucap Bryan kepada Arkan yang barusan saja hendak melahapkan satu pentolan bakso kedalam mulutnya.

"Ya tinggal dibuka," jawabnya enteng.

"Apanya yang dibuka? Aneh lo!"

"Jangan panggil gue Arkan kalo gak bisa luluhin hati nya Caramel," jawabnya enteng sambil memakan bakso nya kembali.

"Yaelah trus gue manggil lo apa? Markonah?"

Dari arah belakang, Juno dan Gema datang dengan kedua tangannya yang masing-masing membawa semangkuk mie ayam pangsit dan meletakkannya di meja mereka "Lama bener," ucap Bryan.

"Ininih si Juno godaiin si Diva," bio Gema sewot.

"Hop hop IRI BILANG BOSSS!" ketus Juno mengejek Gema.

"Gue? Iri sama lo? Caelah kaya ga ada bahan yang lain aja."

"Lo kira gue barang?"

"Lo sendiri yang nganggap diri lo gitu."

"Maksud lo apa?" tanya Juno kembali.

"Lo yang apa?"

"Ga jelas lo!"

"Lo yang ga jelas!"

"Brisik lo berdua!" Arkan memukul meja kantin, yang membuat seisi kantin terdiam.

"BAIKAN GAK LO BERDUA?" teriak Arkan kepada Gema dan Juno, yah mereka berdua memang sering begini kadang berantem kadang baikan, kaya kucing sama anjing.

"Iya iya baikan," ucap Gema.

"Minta maaf lo sama gue," ucap Juno yang membuat Gema memonyongkan bibir nya.

"Nyenyenye," batin Gema.

"Yaudah gue minta maaf," ujar Gema bersalaman kepada Juno, gila abwang gue yang satu ini ...

"Trus lo mau mulai dari mana? Tanya Bryan membuka suara.

Arkan tersenyum lebar "Tunggu aja nanti."

"Kalo gue berhasil jangan lupa janji lo bertiga jadi babu gue setahun!"

***

Arkan menyusuri koridor sekolah, mencari-cari seorang gadis yang mulai detik ini juga akan ia dekati. Senyumannya terukir kala melihat Caramel yang sedang berjalan menuju perpustakaan SMA Pelita.

"Caramel ..." panggil Arkan dengan nada yang aish, begitu menggemaskan!

Caramel menoleh sejenak, lalu mulai melangkah dan meninggalkan Arkan, "Perjuangan dimulai dari sekarang!" batinnya.

Arkan mengekori Caramel yang sedang mencari buku favoritnya di perpus, "kamu ngapain ngikutin aku?" tanya Caramel.

"Jagain kamu lah."

Caramel hanya mengabaikan ucapan Arkan, ia sudah mendapatkan bukunya dan beralih untuk duduk di kursi bundar, tempat dimana semua murid SMA Pelita untuk membaca buku pilihannya dengan teliti dan nyaman.

"Ra bagi nomor lo dong," pinta Arkan.

"Gak!"

"Suka banget baca buku novel, besok-besok gue beliin novel segepok mau gak Ra?"

CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang