[|Renjana 5|]

3.6K 536 64
                                    

Sudah lewat 3 hari sejak pengiriman artikel dari Jeno, dan Mark masih memikirkannya hingga sekarang.

Ketakutannya semakin menjadi-jadi, keingintahuannya sudah terbayarkan, dan yang paling ia tak ingin akui adalah, ini berkaitan dengan omeganya.

Mark memijat pelan keningnya, ia merasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya, baiklah, sepertinya pulang lebih dulu tidaklah buruk.

"Renjun? Tidak ada jadwal rapat bukan?" Tanya Mark sembari memegang telepon hitam yang ada di ruangannya.

"Tidak. Dan kau kenapa? Suaramu terdengar sumbang." Tanya Renjun tanpa embel-embel bos dalam kalimatnya.

"Aku akan pulang. Badan ku terasa panas." Jawab Mark sembari mulai menutup berkas-berkas penting yang berserakan di atas mejanya.

"Ini bukan jadwal rut mu bukan?" Tanya Renjun sekali lagi.

"Tidak, rutku masih 3 bulan lagi. 4 tahun kau bekerja bersamaku, dan kau tak kunjung mengetahui jadwal rut ku?" Jawab Mark sembari menatap kalender.

"Ya ya maaf, aku akan menandai 3 bulan kedepan dan tepat tangal 15, pertengahan bulan dan pertengahan tahun. Akan ku gunakan tinta emas untuk mu Mark Jung."

°•○●□■□●○•°

"Bahagia dengan alpha mu little?" Haechan menjerit kaget, ibunya ada di tempat yang sama dengannya.

"B-bagaimana ibu ta-" Ten mendekat sembari mengelus kepala omega itu pelan.

"Aroma alphamu kuat sayang, sepertinya dia dari clan kuat." Ten terkekeh tanpa menyadari kemana arah pembicaraan mereka.

"Y-ya ibu, dia memang dari clan kuat. Dia keturunan terakhir dari clan pemimpin, satu-satunya alpha yang harus aku musnahkan." Haechan menundukkan kepalanya, sementara Ten sudah terdiam dengan lengan yang terkulai lemas, apa lagi ini?

"Aku tak tahu harus memilih apa ibu. Omegaku mengatakan tidak dan lupakan, sementara otakku sedang membangun benteng pertahanan." Haechan menggeleng pelan, masih sibuk berkecambuk dengan pikirannya sendiri.

"Kau mencintainya Haechan?" Setelah keheningan selama beberapa saat, akhirnya Ten kembali berbicara.

"E-entah, kami baru bertemu beberapa hari yang lalu, saat hari pertama heat ku." Omega yang lebih muda sudah menempatkan kepalanya pada pangkuan omega yang lebih tua.

"Saat sedang heat? Apa ia kelepasan?" Tanya Ten khawatir.

"Hampir. Rasanya aku ingin berganti kulit, membuang wajah, lalu membakar hangus ingatan itu. Dasar alpha gila." Dengus Haechan di akhir kalimat.

"Jangan seperti ini Haechan, itu tandanya ia alpha yang baik. Dia membantumu meredakan heatmu tanpa menyentuhmu terlalu jauh." Jawab Ten sembari mengelus surai kecoklatan milik Haechan.

"T-tapi dia berkhianat ibu." Gumam sang omega, yang masih sanggup di dengar oleh ibunya.

"Berkhianat?" Tanya Ten kebingungan.

"Shhhh ..." Haechan meringis pelan merasakan sebuah cambukan baru pada punggungnya, ia menyingkap pelan kaos hitam miliknya.

"Alpha pengkhianat?" Tanya Ten tak percaya.

"Tapi, bukan kah itu bagus ibu?" Haechan tercicit pelan.

Renjana [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang