[|Renjana 21|]

2.8K 366 31
                                    

Aku ngerasa bersalah ngegantung kalian hampir 1 bulan, jadi chapter ini lumayan panjang, 1,3k+ words, selamat bacaa, aku manusia labil jadi jangan berharap banyak ya :")

.
.
.

Seperti yang tertera pada surat yang Haechan tulis, akhirnya Mark kembali membaik. Alpha itu lebih banyak tersenyum pada karyawannya setelah semalaman saling bertukar suara dengan omeganya.

Mark menyadari sesuatu, 3 hari lagi heat Haechan akan datang, dan mereka belum bisa untuk berbaikan, bukankah jika sudah ditandai heat omega akan lebih menyakitkan?

Semalam suara Haechan juga terdengar parau, seperti sedang kesakitan, ataukah heatnya datang lebih awal? Tapi atas dasar apa? Tidak ada alpha pemimpin di keluarga Seo yang sanggup membuat Haechan tunduk hanya karena aroma feromonnya.

Tapi, dengar-dengar feromon omega seperti Haechan sanggup membuat alpha biasa dan alpha orion mendapatkan rutnya. Oh, jangan bilang hari dimana Jeno pergi ke apartemen Jaemin karena ia mendapatkan rutnya saat itu. Mari kita buat perhitungan pada adiknya nanti.

Tapi, bukankah ayahnya juga? Malam dimana Haechan datang dalam keadaan heat, ayahnya menanyakan keberadaan ibunya. Haruskah ia membuat perhitungan juga?

Mark memijat pangkal hidungnya, sialan kenapa malah memikirkan hal seperti itu sekarang?

Brak!

"Sudah berapa kali ku telepon dirimu! Kenapa tidak kau angkat bodoh?!" Suara Renjun menggema di seluruh ruangannya.

"Aku menelpon nomor ponselmu, telepon ruanganmu juga sudah kucoba, kenapa tidak kau jawab?! Aku hanya bertanya kau ingin makan apa, kenapa sulit sekali mengurus CEO yang sedang patah hati sih?!"

Beta itu berkacak pinggang, wajahnya memerah karena berbicara -berteriak- nyaris tanpa jeda.

"Jangan membuang-buang waktu, pukul 4 sore nanti aku izin, ada kencan."

Mark langsung mengalihkan pandangannya, beta malang mana yang menemukan lelaki bar-bar macam sekertarisnya ini?

"Siapa korbanmu?" Mencari mati.

"Huh?" Syukurlah lawan bicaranya tidak mengerti.

"Maksudku, siapa lawan kencanmu? Beta mana? Apa salah satu karyawan di sini juga?" Mark melepaskan jas hitamnya, ia melipat dan meminta Renjun membawakannya, Mark akan pergi makan ke salah satu restoran terdekat sendirian.

"Tidak, dia bekerja di rumah sakit, seorang dokter residen yang cukup terkenal. Marganya Kim, dan dia alpha bukan beta."

Mark menghentikan langkahnya sejenak, lalu berjalan kembali di depan lelaki yang lebih mungil darinya itu.

"Beruntung sekali kau mendapat teman kencan seorang dokter berstatus alpha. Apa ia tampan?"

Alpha pemimpin itu mulai berjalan mendekati mobil audi miliknya, menekan tombol buka pada kuncinya, lalu masuk setelah meminta jas hitam yang sedari tadi dibawakan oleh sekertarisnya.

"Lumayan tampan, kami bertemu tidak sengaja di perpustakaan kota, kami mencari novel yang memang hanya ada 5 di sini, aku dan dia menemukannya bersamaan, akhirnya dia meminjam duluan, lalu saling bertukar nomor."

Renjun berceloteh panjang lebar, tanpa sadar menghalangi bosnya sendiri yang akan menutup pintu dan segera melesat menikmati makan siangnya.

"Kau ingat namanya? Siapa tahu aku mengenalnya." Tanya Mark menyadarkan sekertarisnya, ia mulai memakai sabuk pengaman.

Renjana [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang