[|Renjana 12|]

3.2K 513 37
                                    

"Ini sudah berapa hari dokter! Kenapa anakku tak kunjung sadar?" Tanya Taeyong dengan nada menggebu - gebu.

"Tolong tenanglah, anak anda yang bersikeras untuk mendonorkan darahnya lebih banyak pada Haechan, itu sebabnya regenerasi tubuhnya melambat." Jawab Doyoung mencoba menjelaskan.

"Tapi ini sudah lewat dari seminggu, sejak aku datang karena menerima telepon, jika anakku sekarat karena segelas teh beracun." Taeyong masih tak terima.

Hari itu dirinya sedang dipusingkan akibat ulah Jeno, anak bungsunya baru saja menandai kekasihnya.

Anak itu pulang dengan aroma feromon yang sudah mulai bercampur. Jaemin memang omega biasa, tetapi Jeno adalah alpha orion, hubungan tak seimbang ini yang menyebabkan bau mereka menjadi bercampur sebelum waktunya.

Kedua anak alphanya itu sama saja dengan ayahnya, oh bolehkah ia memaki pada Jaehyun sekarang? Salahkan gen alpha pada lelaki itu, gen omeganya nyaris tak bersisa.

Saat Jeno berumur 5 tahun, dan Mark berumur 6 tahun, keduanya pernah bertengkar sampai menjadikan halaman luas itu sebagai arena duel, dan Marklah yang menang.

"Mark. Kau tahu? Kau dikalahkan adikmu kali ini. Jeno sudah menandai Jaemin sebagai matenya seminggu yang lalu." Taeyong kini terduduk di atas ranjang rumah sakit itu.

Ia memperhatikan wajah Mark yang memang masih sedikit pucat. Berapa banyak darah yang ia keluarkan untuk Haechan?

"Cepatlah sadar Mark, ku tak sanggup jika harus memberikan pelajaran pada adikmu itu. Oh ya, jangan berharap pada ayahmu itu, ia malah mengatakan bahwa itu adalah hal yang wajar." Taeyong menggeleng pelan, jemarinya perlahan menyelinap masuk ke dalam jemari panjang anak sulungnya.

"Sudah lama aku tak melihatmu terbaring lemah begini. Kau terlalu banyak bekerja sayang, kau juga perlu istirahat." Tangannya yang terbebas mulai mengelus rambut hitam kelam yang kini terkesan kecoklatan, alpha itu masih lemah.

"Anggap ini sebagai momenmu untuk beristirahat. Mulailah bekerja kembali saat tubuhmu sudah meregenerasi secara total." Taeyong berdiri kembali, ia akan melihat keadaan omega putra sulungnya di lantai atas.

"I-ibu." Langkahnya terhenti, ia melihat ke arah Mark yang sudah membuka matanya meski dengan tatapan sayu.

"Oh Tuhan."  Omega itu segera kembali dan menekan tombol merah di samping ranjang anaknya.

"Hae-Haechan?" Tanya Mark dengan terbata - bata.

"Bisa - bisanya kau menanyakan kondisi orang lain Mark. Kau bahkan baru tersadar setelah lebih dari seminggu." Taeyong ingin sekali memberikan cubitan gemas ke pipi alpha ini.

"Haechan bukan orang lain, dia omegaku." Taeyong hanya bisa tersenyum, lalu menjauh saat beberapa orang Dokter masuk ke dalam ruangan ini.

Taeyong akan pergi ke lantai atas, ia benar - benar ingin mengecek keadaan omega yang diselamatkan anaknya itu.

"Kau mau ke mana?" Itu Jaehyun, ia berpapasan dengan istrinya sendiri. Lelaki itu ingin mengunjungi kamar Mark, ia rela meninggalkan segunung berkas untuk menyempatkan diri melihat putra sulung pemberaninya itu.

"Melihat calon menantu kita." Taeyong tersenyum tipis, ia segera berlari dan naik menggunakan tangga.

°•○●□■□●○•°

"Chan, kapan kau akan bangun?" Ten masih terisak, ia merindukan suara anaknya yang sedang marah.

Lebih baik ia mendengarkan rentetan kalimat tak jelas dari mulut anaknya setiap hari, ketimbang harus menangis seperti saat ini.

Renjana [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang