[|Renjana 20|]

3.1K 405 64
                                    

Sudah satu minggu. Dan sejak satu minggu itu pula, seorang Mark Jung yang terkenal dingin kembali muncul ke permukaan.

Mark mengambil banyak proyek besar, mengabaikan makan siangnya dan memilih berkas-berkasnya. Sampai-sampai Renjun turun tangan, dan nyaris mencekik leher alpha itu, jika saja Mark bukan atasannya, dapat dipastikan esok ia akan menjadi buronan.

"Makanlah dulu, setidaknya tiga suap. Itu berkas terakhir dan proyek terakhir yang kau cari. Pulanglah dan istirahat besok, matamu nyaris seperti mata panda."

Renjun meletakkan kopi hitam ke-4 malam ini, sejujurnya esok akhir pekan, tapi hampir setiap anggota divisi dalam kantor megah itu masih memainkan jemarinya.

Sebenarnya itu sebagai bentuk formalitas, mereka tidak akan pulang sebelum bos mereka pulang, tetapi Mark bahkan sudah bermalam 3 hari di kantornya sendiri, dan Renjun mau tak mau menyusuri kantor itu dan menyuruh para karyawan bos besarnya itu untuk pulang dan kembali besok pagi.

"Jika kau sudah punya anak, dapat dipastikan anakmu akan menangis begitu keras melihat mata Ayah gilanya ini."

Hanya Renjun seorang yang berani seperti itu. Beberapa karyawan bahkan sempat menduga-duga bahwa Renjun adalah kekasih dari bos mereka, tetapi identitas Renjun yang beta mengakibatkan hubungan itu dirahasiakan. Mana ada alpha keluarga Jung yang memiliki kekasih beta?

"Aku bukan seorang ayah. Jadi tidak ada yang akan menangis saat aku pulang. Lagi pula tidak ada seorangpun yang mencariku bukan?"

Mark meregangkan otot-otot punggungnya, sejujurnya ia merindukan kasur empuknya, terlelap dengan lampu temaram dalam belitan selimut berwarna hitam. Ukh, ia ingin pulang, tapi tidak dulu.

"Kau ingin aku menghubungi Haechan? Ia omegamu bukan? Akan ku telepon, agar ia tahu seberapa bodoh alphanya itu."

Alpha yang semula menguap langsung berdiri dan berkacak pinggang, ia menatap tak terima pada sekertaris itu dengan mata yang kelelahan.

"Haechan saja kau bangun, cepat makan atau aku akan benar-benar menelpon omegamu dan mengatakan kalau kau mati. Lumayan, agar Haechan bisa mencari alpha baru."

Renjun menyambar berkas terakhir yang sudah ditandatangani oleh alpha pemimpin yang kini menenggelamkan kepalanya di atas meja. Ia jatuh terlelap akibat kelelahan, belum ada 3 bulan sejak dirinya mendonorkan banyak darah untuk omeganya, ia masih kekurangan darah.

'Nghh... Mark-ah!'

Mark langsung membuka kedua matanya lebar-lebar, sialan kenapa harus mimpi itu lagi?

Tolong jangan menertawakannya, alasan kenapa Mark memilih untuk tidur di atas sofa yang tak seempuk kasurnya itu adalah... karena saat hari kedua ia pulang, dirinya malah memimpikan adegan panas antara ia dan Haechan, hanya karena feromon omega itu masih tertinggal di dalam kamarnya.

Mark bersumpah, pagi itu ia bahkan kelimpungan untuk melemaskan kembali sesuatu yang berada di antara kedua pahanya.

Karena demi Tuhan, ia hanya merindukkan omega itu. Ok Mark akui, dirinya memang berharap untuk memimpikan omeganya malam itu. Tapi tidak berharap untuk mendapat mimpi yang berujung petaka bagi dirinya sendiri.

Mark hanya berharap ia bisa bermimpi memeluk Haechannya malam itu, atau mungkin bermimpi mereka sudah menikah dan hal-hal kecil lainnya, bukan berharap bisa bermimpi adegan dewasa dengan keduanya sebagai pemeran utama.

Ting!

Mark akhirnya melirik ke arah ponselnya, ia melihat ada notifikasi dari adik tengilnya.

Renjana [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang