[|Renjana 11|]

3.3K 480 33
                                    

Disclaimer : Ini fiksi, apa pun bisa terjadi, dan ingat bahwa aku belum kuliah, jadi kalau ada yang mau protes karena ini nggak mungkin terjadi, mohon maaf ya aku udah kasih disclaimer dari awal 🙏🥰

.
.
.

Mark sudah berada di ruang operasi yang sama dengan Haechan, ia dapat mendengar dengan jelas suara monitor dan beberapa suara alat medis lainnya.

"Tetap sadar Mark. Racunnya tak akan menyebar jika kau sadar." Doyoung sekali lagi memperingatkan.

"Dari mana kau tahu?" Mark berusaha tetap sadar, pengaruh racun itu seperti obat bius, matanya benar - benar terasa berat.

"Aku pernah membacanya. Jangan banyak bertanya, aku akan mulai mengambil darahmu." Mark hanya tersenyum seraya mengangguk, lengan kanannya ia biarkan terkulai, dan lengan kirinya ia pakai untuk menutupi matanya.

"Kita tak mungkin mengambil satu kantung darah darinya Dokter. Ia juga harus melakukan regenerasi. Aku yakin ia tak akan sanggup mempertahankan kesadarannya lebih lama." Mark terdiam mendengarnya, ia tak ingin bereaksi sama sekali.

"Ketika ia sudah kehilangan kesadaran, segera selesaikan. Bawa ia ke ruang sebelah, buang racunnya." Suara Doyoung kini terdengar kembali.

"Alpha tidak bisa seperti omega dok, jika ingin membuang racunnya, darahnya juga harus ikut terbuang. Regenerasi tubuhnya akan melambat." Suara helaan napas terdengar begitu jelas pada telinga alpha yang kini masih berkecamuk dengan pikirannya sendiri.

Mark masih berpikir, apa yang harus dirinya lakukan sekarang? Memilih egois agar tetap hidup, atau memilih menerima resiko demi mengembalikan omeganya?

Lagi pula, hatinya belum sepenuhnya tertuju pada omega yang kini terbaring di sebelahnya. Ia masih kebingungan, apakah ia memang mencintainya, ataukah ini hanya sebatas ungkapan rasa bersalah.

"Kita lakukan cara lain. Langsung saja hubungkan kedua nadi mereka, biarkan darah alpha ini langsung mengalir ke tubuh Haechan." Mark langsung terduduk, bagaimana mungkin?

"Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Berapa tingkat keberhasilannya?" Tanya Mark tak habis pikir.

"Tingkat keberhasilan masih dipertanyakan, tapi metode ini sudah pernah diterapkan terhadap alpha dan omega yang sama-sama sekarat, 6 tahun yang lalu." Dokter dengan nama Choi Seung Cheol itu lagi - lagi bertindak saat mendengar detak jantung Haechan kembali turun.

"Sudah berapa kali metode ini diterapkan?" Doyoung selaku dokter penanggung jawab Haechan bertanya.

"Baru 2 kali. Yang pertama di Beijing sukses besar, dan di Paris gagal total." Itu suara Jungwoo.

"Bagaimana Mark? Mana yang ingin kau ambil?" Doyoung hanya bisa memberikan pilihan, ia tak berhak untuk mengambil keputusan.

Lama terdiam, detak jantung Haechan semakin turun. Transfusi darah dari Ten dan Jhonny yang memang sudah distock 3 kantung secara berkala, terus digunakan sejak operasi dimulai.

"Mark?" Doyoung kembali bertanya.

"Apakah metode ini sah?" Tanya Mark lagi.

"Tidak." Seung Cheol menggeleng, ia masih berusaha melakukan penanganan pada tubuh Haechan, beberapa kali suster di sampingnya mengelap keringat sang dokter yang bercucuran.

"Metode ini memang belum disahkan, karena dianggap terlalu beresiko, tapi kau sudah mendengar hasilnya Mark, 1 berhasil dan 1 lagi gagal. Kau berada di antaranya, kau bisa saja mencatat sejarah baru karena berhasil melewati operasi ini nantinya, atau kau juga bisa saja dikenang sebagai alpha sejati karena rela mengambil keputusan berat ini demi omeganya." Doyoung akhirnya menyerah, ia benar - benar tidak ingin mengambil keputusan sepihak.

Renjana [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang