[|Renjana 18|]

3.3K 443 17
                                    

Haechan duduk di kursi yang berada tepat di samping kompor dimana tempat Mark sedang bertaruh nyawa, -ralat ia hanya sedang berusaha membuat telur untuk omeganya.

Ini sudah percobaan ke-3, percobaan pertama Mark memasukkan telurnya tanpa menggunakan minyak, percobaan kedua alpha itu memasukkan potongan besar cangkang telur ke dalam masakkannya sendiri.

"Ayolah Haechan, jangan membuang-buang telur seperti ini." Haechan mendecih, alibi sekali.

"Jangan seperti itu, minggu lalu kau menawarkanku sebuah ponsel terbaru dari brand iPhone, masa kau mengatakan bahwa ini buang-buang telur? Bisa beli lagikan?" Omega itu masih memperhatikan telur buatan alphanya, sedikit buruk rupa, tapi soal rasa sepertinya enak, Mark sempat menanyakan harus menggunakan garam sebanyak apa padanya.

"Tidak seperti itu Haechan-ie, untuk telur mungkin aku bisa membelinya satu kulkas penuh untuk belajar memasaknya untukmu. Tapi, telur itu cukup terjangkau, menu yang lezat untuk dinikmati orang yang tak mampu." Haechan mendengarnya menjadi tertegun.

"Berbeda dengan iphone, untuk apa mereka membeli iphone jika makan saja tidak bisa?" Mark menjelaskan sembari membalik telurnya.

"YA TUHAN HAECHAN!" Mark memekik kaget sembari mematikkan kompornya.

"Kenapa melompat? Bagaimana jika kau terjatuh? Untung telurnya yang jatuh." Mark menatap nanar pada satu telur dadar yang sudah ia buat dengan susah payah.

"Kenapa hm?" Mark kembali mendudukkan Haechan pada kursi tadi, tapi omega itu tetap melingkarkan kakinya pada pinggang sang alpha. Koala hug, aih gemas sekali.

"Kenapa aku tak berfikir ke sana? M-maaf, ayo kita beli saja." Ucap Haechan sembari membenamkan wajahnya pada dada sang alpha.

"Kenapa kau begitu gemas? Ingin ku makan, aduh!" Ya, barusan Mark mendapat cubitan keras pada perutnya.

"Diamlah, dan bantu aku untuk pindah ke sofa. Sepertinya ada series disney yang akan tayang." Mark melotot kaget, "seriously? Disney?"

"ISH! CEPAT GENDONG!" Mark terkekeh gemas, ternyata begini jika hidup berdua dengan Haechannya.

°•○●□■□●○•°

Keduanya sudah makan, dan hari juga semakin gelap, rut Mark berpihak pada Haechan. Sepertinya dewi fortuna sedang berbaik hati pada omega itu.

Sebab, Jaemin tadi siang menelponnya, mengkhawatirkan keadaannya, siapa sangka, semua alpha keluarga Jung ini memiliki siklus rut yang cukup lama, sekitar 2-3 hari.

Dan Jaemin juga baru merasakan itu tahun kemarin, Jeno nyaris melakukan matting. Jujur saja, Haechan sedikit iri, Jeno menghargai keputusan Jaemin.

"Maaf." Haechan yang sedang melamun langsung tersentak kaget, sialan ia melupakannya. Mereka sudah bisa berbagi pikiran.

"Ti-tidak apa - apa Mark, kau tak bersalah." Haechan membalik tubuhnya, menatap mata sang alpha yang sepertinya ingin menangis, ia kecewa pada dirinya sendiri.

"Aku tahu ku juga kecewa pada keputusanku Haechan, jangan mengelak." Mark memberikan elusan lembut pada wajah omeganya.

"Jujur saja, iya. Aku kecewa, tapi aku tahu, kemarin malam itu bukan dirimu, sama seperti saat aku heat." Omega itu ikut melakukan hal yang sama pada wajah alphanya.

"Mungkin efek yang akan aku rasakan adalah trauma dan tak ingin bersetubuh lagi denganmu." Haechan terkekeh geli saat menangkap perubahan bola mata lelaki di hadapannya.

Renjana [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang