Akhir dan Awal Baru

3.3K 390 19
                                    

Jiaah author ngetik maraton mumpung ide masih lancar 🤭🤣🤣🤣🤣

Meskipun part ini dikit. Tapi ini adegan terakhir masa remaja Lusi.

Part selanjutnya mulai masa deawasanya Lusi & dkk 🤭🤣🤣🤣

Sorry kalau storynya kuranf memuaskan.

Dan masih sepi ya untuk lapak ini, apa efek masih pada gak rela Wahyu dibuat gay ya 🤭🤣🤣🤣🤣

Gpp deh 🤭🤣🤣

Semoga story ini bisa menghibur hati kalian semua 😘😍😍😍

***

Cowok itu mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamar dan lebih memilih untuk pergi menjauh. Tangisan Lusi barusan membuatnya kembali tidak memiliki keberanian. Cowok itu melangkah menjauh dari ruangan Lusi. Tapi karena terlalu fokus dengan pikirannya, sehingga tanpa sadar ia menabrak seseorang dari arah berlawanan. Tanpa sengaja topi cowok itu terjatuh ke lantai.

"Sorry. Aku sedang terburu-buru sehingga kurang memperhatikan jalan," ujar Lana yang memang segera ingin menemui Lusi.

Cowok itu mengangguk dan mengambil topinya dengan cepat. Sementara Lana sendiri bukannya langsung pergi, tapi malah mengamati penampilan cowok itu.

"Kamu Rama kan?" Tanya Lana memastikan. Meskipun cowok itu mengenakan masker yang menutupi sebagian wajahnya, tapi tatapan mata dan model rambutnya membuat Lana bisa menebak siapa cowok yang baru saja ia tabrak.

Cowok itu menggeleng dan memutuskan untuk segera pergi menjauh dari Lana. Lana ingin mencegah kepergian cowok itu. Sayangnya cowok itu sudah melangkah begitu cepat pergi menjauh.

"Kenapa aku sangat yakin kalau cowok itu Rama ya?" Guman Lana masih pada pendiriannya. "Tapi kenapa aku harus memikirkan sosok cowok aneh mirip Rama itu. Aku kan datang kesini untuk menemui Lusi."

Seolah ingat akan tujuan awalnya, Lana bergegas melanjutkan langkahnya untuk menuju ruangan Lusi.

Sementara cowok yang mengenakan masker tadi sudah berada di dalam toilet cowok, membuka masker yang menutupi sebagian wajahnya, menatap pantulan wajahnya dari cermin. Cowok itu adalah Rama.

Rama menoleh ke arah lehernya melalui pantulan cermin. Dilehernya melingkar sebuah kalung perak dengan mata kalung berbentuk bulan. Kalung yang ia pakai itu adalah kalung pasangan yang sengaja ia beli untuk dirinya dan Lusi.

Rama sudah membeli kalung couple itu cukup lama. Rama berencana menghadiahkan kalung itu saat hari jadian mereka yang terjadi seminggu yang lalu. Sayangnya keinginan itu tidak pernah terwujud karena insiden rumit yang menimpa mereka.

Meskipun kini kalung itu sudah Lusi pakai, tapi Rama memakai nama palsu saat memberikan kalung itu pada sepupu Lusi. Rama sengaja memakai nama Puad agar Lusi tidak menolak kalung pemberiannya.

Rama menyentuh kalung dilehernya. "Aku akan mencarimu lagi. Aku akan menebus semua kesalahanku. Saat itu tiba, aku mohon tetap tunggu aku," guman Rama penuh harap, berharap nanti Lusi akan memberikan ia kesempatan kedua.

Rama bertekad setelah ia sukses nanti ia akan mencari Lusi. Rama yakin saat itu dirinya sudah lebih percaya diri untuk menemui Lusi.

***

Seminggu kemudian

Lusi menatap sendu pada rumah sederhana peninggalan orangtuanya. Kini Lusi harus meninggalkan satu-satunya kenangan yang ia punya.

"Sudah siap, Lus?" Tanya Janita melihat Lusi masih mematung di depan rumah itu.

Lusi tersenyum. "Selamat tinggal rumahku. Aku mungkin akan pergi lama. Tapi suatu saat aku akan kembali datang untuk menjengukmu."

Setelah memantapkan hati dan keputusannya, Lusi menoleh ke arah sang Tante yang sudah siap masuk ke dalam taksi. "Siap, Tan."

Janita tersenyum senang. "Ayo."
Lusi menghampiri taksi yang akan membawanya dan sang Tante ke bandara.

Setelah Janita dan Lusi masuk ke dalam taksi, supir taksi itu langsung menjalankan mobilnya. Lusi mengamati lingkungan rumahnya untuk yang terakhir kali melalui jendela mobil.

Setelah mobil keluar dari komplek rumah, barulah Lusi bersandar dan mengarahkan tatapannya ke arah depan. Lusi memegang kalung yang ia sangka pemberian Puad.

Dimanapun kamu berada, aku harap kamu bisa hidup sehat dan selalu bahagia. Batin Lusi penuh harap.

Sementara itu sebuah jet pribadi mendarat di atap gedung rumah sakit. Seorang Dokter keluar dari jet itu, menghampiri beberapa orang yang memang terlihat tengah menunggu kedatangannya.

Dokter itu mengamati sosok pria yang terbaring tidak sadarkan diri di ranjang. "Ini pasien yang bernama Hanif Puadi?"

"Iya, Dok. Ini Hanif Puadi, putra kami," jawab sang ayah pasien membuat Dokter mengangguk.

"Baik. Segera bawa pasien ini masuk ke dalam," pinta Dokter itu mengarah pada empat orang perawat yang juga ada di sana.

Keempat perawat itu mengikuti perintah sang Dokter dan mulai mendorong ranjang pasien.

Orangtua Hanif mengikuti dari belakang dengan penuh harap, berharap keputusan mereka membawa sang anak untuk melakukan pengobatan di luar negeri menghasilkan sesuatu yang baik.

Tbc

Welcome to .... 🤣🤭🤭🤭🤭🤣🤣🤣

Dua Dunia (YMMP9)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang