Jahra melotot kaget mendengar permintaan maaf yang langsung keluar dari mulut gadis yang baru saja datang itu. "Lusi! Apa-apaan sih? Kenapa kamu harus meminta maaf atas namaku? Yang salah itu dia, bukan aku. Kamu tidak mendengar sih kalau dia menghinaku. Dia mengatakan aku ini tidak cantik, Lus," protes Jahra tidak terima.
Lusi, si gadis yang baru datang itu kini mengalihkan tatapannya pada Jahra. "Ck! Itu bukan hinaan, Ra, tapi fakta."
Jahra langsung melotot jengkel karena mendengar Lusi seolah ikut memojokkan dirinya.
"Dan aku harap kamu diam. Jangan membuat masalah lagi," pinta Lusi.
"Tapi-" "St!"
Terpaksa Jahra membungkam mulutnya yang masih terasa gatal untuk terus berbicara. Lusi kembali mengalihkan tatapannya pada pria yang terlibat masalah dengan Jahra.
"Sekali lagi tolong maafkan kelakuan adik saya," pinta Lusi penuh harap.
Pria tadi mengangguk. "Sudah saya maafkan."
"Kira-kira apa yang harus kami ganti?" Tanya Lusi berharap kalau hal yang akan di ganti rugi kali ini bukanlah barang mahal dan mewah yang menguras isi dompet.
"Serius deh, Lus. Aku tidak melakukan apapun. Aku tidak merusak benda milik-" "St!"
Jahra kembali terdiam jengkel karena Lusi lagi-lagi memerintahkannya untuk diam.
Pria itu tersenyum geli melihat interaksi antara Jahra dan Lusi. "Tidak. Tidak ada. Kami hanya tidak sengaja bertabrakan."
"Hanya itu?" Tanya Lusi ragu.
"Tentu."
"Anda yakin? Adik saya tidak memecahkan benda berharga milik anda?" Tanya Lusi memastikan, karena seingat Lusi, terakhir kali, sebelum Jahra dikirim ke luar negeri, Jahra memecahkan vas bunga antik di sebuah musium barang antik.
Pria itu menggeleng. "Tidak. Tapi sepertinya saya harus segera pergi, maaf."
Lusi mengangguk. "Silakan."
"Permisi," ujar pria tadi kembali melanjutkan langkahnya. Pria itu melangkah memasuki bandara, tapi sebelum benar-benar masuk ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah kedua gadis tadi. Tepatnya ke arah gadis yang bernama Jahra.
"Semoga aku tidak memiliki pasangan seaneh itu." Guman pria itu penuh harap. Pria itu kembali melanjutkan langkahnya, menemui orang yang seharusnya ia temui sejak tadi.
Sementara itu Jahra dan Lusi masih berdiri di depan gedung bandara.
"Puas?" Tanya Jahra setelah pria itu pergi meninggalkan mereka.
Lusi menoleh ke arah Jahra. "Untuk sekarang, lumayan. Aku sempat begitu khawatir memikirkan apa yang harus aku dan mama jual lagi untuk mengganti rugi barang yang kamu rusak."
Jahra memberenggut jengkel. "Aku sudah tidak seceroboh dulu lagi."
"Baguslah kalau kamu sudah berubah."
"Tentu saja aku harus berubah. Sampai sekarang aku masih merasa bersalah kamu harus menjual rumah peninggalan orangtuamu demi membayar ganti rugi guci lusuh itu," ujar Jahra masih merasa jengkel kenapa guci lusuh yang ia pecahkan bisa seharga puluhan juta rupiah.
"Bagus jika kamu masih merasa menyesal. Itu artinya kamu akan lebih berhati-hati, tidak ceroboh lagi," ujar Lusi. "Sekarang ayo kita pulang. Mama sudah menunggu kedatanganmu."
Jahra kini sudah bisa tersenyum lebar. "Ayo."
Jahra langsung menggandeng lengan Lusi dengan manja. "Ya ampun. Aku sangat merindukan kota ini. Apalagi masakan Mama. Aku tiba-tiba merasa lapar."
Lusi terkekeh geli mendengar semua keluhan Jahra. "Kamu terdengar seperti tidak pernah pulang selama 4 tahun, padahal kamu selalu kembali setiap kali liburan."
Jahra ikut tersenyum geli. "Tetap saja aku selalu merindukan momen bersama kalian setiap harinya."
"Sudah, jangan berlebihan. Ayo pulang."
Kedua gadis itu kemudian melangkahkan kaki mereka meninggalkan bandara dan menuju mobil yang Lusi bawa.
***
"Satu jam tiga puluh menit," pria itu melihat arloji ditangannya, menghitung jumlah keterlambatan seseorang yang baru saja tiba. "Sebenarnya disini yang jabatannya sebagai atasan itu, aku atau kamu?"
"Sorry. Tadi ada sedikit masalah diluar," ujar Badai merasa sedikit bersalah karena sudah lalai menjalankan tugasnya.
"Masalah seperti apa yang membuat kamu mengabaikan tugasmu, membuat seorang bos besar seperti aku menunggu seperti ini?"
"Aku tidak sengaja bertabrakan dengan seorang gadis," jawab Badai begitu jujur.
"Jadi kamu harus membawa gadis itu ke rumah sakit dulu sebelum datang kemari?" Tanya sang bos jengkel. "Jika seperti itu kenapa tidak meminta seorang supir untuk menjemputku?"
"Ehm. Bukan tabrakan parah seperti tabrakan mobil. Hanya tabrakan antar tubuh layaknya yang sering terjadi di sinetron atau film," jelas Badai.
Sang bos menghela nafas sejenak, berusaha mengontrol emosinya. "Baiklah. Awalnya aku berpikir akan memecat kamu hari ini juga. Tapi aku masih memberi kamu sebuah kesempatan."
"Terima kasih atas kemurahan hati bapak yang tidak memecat saya, dan lebih memilih memberi saya kesempatan kedua," ujar Badai terdengar seperti bawahan yang takut pada ancaman PHK dari atasan.
"Jangan berterima kasih dulu, aku masih memberi kamu kesempatan itu dengan satu syarat," ujar sang bos terlihat angkuh.
"Syarat apapun itu akan saya lakukan, pak," jawab Badai tegas.
"Bagus," ujar si bos mengangguk bangga pada kepatuhan sang bawahan. "Tugas kamu minta rekaman CCTV sekarang."
"Rekaman CCTV? Tapi untuk apa, Pak?" Tanya Badai bingung.
"Cari rekaman CCTV dimana ada kejadian aku menabrak seorang gadis. Dan tugas penting yang harus kamu kerjakan temukan dan cari semua data tentang gadis itu. Aku menanti datanya sampai besok pagi. Jika besok pagi kamu tidak bisa memberikan data tentang gadis itu. Maka kamu akan langsung dipecat," jelas sang bos bagaikan keputusan final atas hidup dan mati pekerjaan Badai.
Badai hanya bisa tertegun mendengar tugas aneh yang harus ia lakukan dalam waktu singkat. Sementara sang bos malah melangkah mendahului dirinya. Tapi beberapa detik kemudian sang bos kembali sambil tersenyum manis pada Badai. Bukan tanpa maksud, tapu sang bos mengambil kunci mobil dari tangan Badai.
"Dan ini hukumanmu. Aku akan pulang sendiri." Si bos kembali melangkah pergi dengan senyuman penuh kemenangan. Sementara Badai merasa emosi dalam dirinya meledak saat itu juga.
"Aku akan membunuhmu!" Teriak Badai begitu jengkel, tidak memperdulikan banyak orang yang langsung melihat ke arah dirinya saat itu. Badai sudah terlalu jengkel. Hari ini seolah hari tersial dalam hidupnya karena harus berhadapan dengan gadis aneh dan bos kurang ajar.
Si bos yang mendengar teriakan Badai hanya tertawa senang, merasa puas sudah memberi Badai sedikit pekerjaan rumis atas keterlambatan penjemputannya. Selain itu pria itu juga merasa senang karena sudah menemukan gadis impian yang selama ini ia cari. Gadis yang suaranya selalu menghiasi disetiap mimpinya.
Ini aku, Lusi. Aku ingin mengatakan kalau aku sangat mencintaimu. Jika kamu juga mencintaiku, datangi aku di alam tidak sadarku. Sadarkan aku. Dan aku harap kamu juga segera sadar, dari aku yang mencintaimu, Lusi. Suara gadis itu selalu bisa ia dengar setiap saat, membuat dirinya bisa menghafal setiap hembusan nafasnya. Suara itulah yang membuatnya bisa terus bertahan dan hidup hingga saat ini.
"Lusi. Kamu adalah milikku."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Dunia (YMMP9)
RomanceKesempatan kedua Apakah benar-benar ada kesempatan kedua dalam hidup? - Lusi. *** Kisah percintaan remaja yang biasa terjadi di kalangan masyarakat. Yang berbeda karena yang menulis cerita adalah author Tarry Thelittle yang kadang imajinasi kehaluan...