Jodohmu Atau Jodohku

2.4K 302 8
                                    

Triplek 🤭🤣👏👏👏👏

***

Badai memasuki ruang CEO dengan begitu santai, seolah ruangan itu adalah miliknya, padahal status Badai ditempat itu hanyalah sebagai seorang sekretaris. Yah, jika di perusahaan lain seorang sekretaris pastilah wanita cantik berpakaian menarik, tapi berbeda dengan perusahaan TOP Traveling.

Sang direktur lebih memilih makhluk berjenis kelamin pria untuk menjadi sekretaris, dengan alasan agar lebih fokus dalam bekerja.

Baru saja masuk ke ruangan, Badai sudah disuguhkan pemandangan yang mengerikan versi Badai. Pemandangan itu bukanlah pemandangan yang menampilkan adegan bunuh-bunuhan, hanya pemandangan seorang pria yang sedang tersenyum sambil melihat selembar kertas.

"Ehm, permisi bos," sapa Badai membuat sang atasan menoleh.

"Bos sedang membaca cerita lucu atau bos lupa minum obat?" Tanya Badai sepenuhnya bercanda.

Bukannya marah, sang atasan makin tersenyum sambil duduk bersandar di sandaran kursinya. "Aku sudah melamar gadis itu."
Badai membulatkan mulutnya membentuk huruf O besar, mulai mengerti kenapa sang atasan bertingkah sedikit tidak normal pagi itu.

"Bos yakin gadis itu akan menerima lamaran bos?" Tanya Badai memastikan, bukan meragukan. Mengingat bagaimana pertemuan sang atasan dengan gadis idaman hanya berjalan singkat.

"Tentu saja. Memangnya siapa wanita bodoh yang mau menolak lamaran dari seorang CEO yang tampan dan baik hati seperti aku ini?" Tanya sang atasan mengeluarkan tingkah kenarsisannya.

Sebagai sekretaris sekaligus sahabat sejak jaman sang atasan sadar dari koma, Badai cukup maklum dengan sikap penuh percaya diri yang dimiliki sang atasan. Memangnya pria mana yang tidak akan bangga jika dianugerahi kekayaan yang melimpah serta wajah yang tampan. Badai pun jika dianugerahi banyak kelebihan seperti sang atasan pasti akan lebih percaya diri.

"Tapi kan bos baru diangkat sebagai CEO itu bulan depan," ujar Badai masih berusaha merusak momen kenarsisan sang bos.

"Tetap saja aku akan menjadi CEO, kan," ujar sang atasan yang seolah tidak ambil pusing meskipun belum resmi menjadi CEO dari perusahaan itu.

Badai hanya bisa mengangguk, menyerah melawan kenarsisan sang bos. Sementara sang bos sendiri kembali mengenang pertemuan uniknya dengan sang gadis pujaan. Pertemuan yang sengaja ia rencanakan untuk menarik hati sang gadis pujaan.

***

Janita dan Lusi sedang berdiri didepan pintu dengan jantung yang berdebar. Keduanya menantikan kedatangan calon suami Jahra. Keduanya bahkan berdandan habis-habisan. Meskipun kata habis-habisan untuk mereka lebih cocok dibilang dandanan yang sederhana ala kadarnya.

"Yakin kan kamu sudah mengunci semua pintu dan jendela?" tanya Janita sedikit merasa khawatir kalau-kalau Jahra akan kabur dari rumah malam itu.

"Tenang, Ma. Satu-satunya pintu yang terbuka hanya pintu ini. Pintu belakang dan semua jendela sudah aku kunci. Jahra tidak akan mungkin bisa kabur. Lihat, semua kunci ada ditanganku," ujar Lusi sambil memamerkan deretan kunci ditangannya.

Janita tersenyum senang. "Kerja bagus."

Sebuah mobil mewah berhenti didepan rumah mereka. Empat orang keluar dari mobil dengan penampilan yang serba berkelas. Sepasang suami istri paruh baya, seorang wanita berumur hampir 30 an, dan seorang pria tampan yang mungkin tua beberapa tahun dari Lusi.

"Wow," komentar Janita kagum, sementara Lusi langsung terdiam saat melihat sosok pria muda yang kemungkinan adalah calon suami Jahra. Tatapan Lusi terpaku pada pria tampan yang tengah menggunakan jas bewarna merah maron itu.

"Puad," guman Lusi tanpa sadar. Sosok yang begitu ia rindukan kini muncul dihadapannya.

"Bagaimana? Calon suami Jahra tampan kan?" Tanya Janita meminta pendapat dari Lusi.

"Pria itu calon suami Jahra, Ma?" tanya Lusi memastikan. Tatapannya tidak lepas dari si pria ber jas merah maron.

"Sepertinya begitu. Astaga, andaikan Mama masih muda, Mama rela dijodohkan dengan pria seperti itu," ujar Janita yang terpukau dengan penampilan sang calon menantu.

Meskipun ada rasa kecewa dan terluka di hati Lusi, tapi Lusi berusaha tetap tersenyum dan ikhlas jika akhirnya Puad menemukan belahan hatinya.

"Sama, Ma. Andaikan yang dilamar itu aku. Aku akan langsung sujud syukur saat ini juga," ujar Lusi yang menyetujui pendapat sang Mama.

"Selamat malam, nyonya Janita," sapa wanita paruh baya yang masih begitu mempesona, menyadarkan Janita dan Lusi dari pembicaraan diam-diam mereka.

"Ehm. Silakan masuk tuan Hamdan dan nyonya Halimah," ujar Janita begitu ramah.

Halimah tersenyum manis. "Terima kasih. Apa ini Jahra? Manis sekali," puji Halimah sambil menatap Lusi dengan tatapan keibuan. Sontak Lusi dan Janita kaget

"Oh dia bukan Jahra.  Ini Lusi, keponakan yang sudah saya anggap seperti anak sendiri, lebih tepatnya anak angkat saya, " jelas Janita meluruskan kesalahpahaman yang terjadi.

"Lusi?" Tanya pria muda itu sambil menoleh ke arah Lusi. "Dia bernama Lusi juga?"

"Begitulah. Nama mereka memang sedikit sama. Nama putri kandung saya Jahra Lusiana, sementara nama anak angkat saya ini Lusi Fahrana. Ini terjadi karena saya dan ibunya Lusi adalah adik kakak yang sangat akrab," jelas Janita panjang lebar.

Halimah sedikit kaget dan sedikit merasa bersalah. "Oh maaf, saya pikir ini Jahra. "

"Tidak apa-apa. Mari masuk," ajak Janita sambil mengajak para tamu untuk masuk ke kediamannya yang begitu sederhana.

Mereka pun memasuki rumah. Sementara itu Lusi masih betah menatap pria tampan anak tuan Hamdan dengan tatapan yang penuh kerinduan. Sementara pria yang Lusi tatap itu hanya menatap sekilas ke arah Lusi.

"Cepat bawa Jahra turun, "pinta Janita sambil berbisik.

Lusi sedikit enggan, Lusi masih betah menatap seraut wajah yang dari tadi bahkan enggan menatapnya. Cubitan dari Janita di daerah lengannya membuat Lusi terpaksa segera bergegas menuju kamar Jahra.

Sementara Janita dan keluarga calon besannya duduk di ruang makan.

"Perkenalkan ini putri sulung kami, Hanum Fatimah, dan itu putra bungsu kami yang akan menjadi menantu anda, Hanif Puadi," ujar Hamdan memperkenalkan kedua anaknya.

Hanum dan Hanif memberikan senyuman terbaik mereka. Janita sendiri kembali terpesona dengan paras Putri dan putra dari pasangan Hamdan dan Halimah, begitu cantik dan tampan.

Lusi kembali menghampiri Janita dengan raut wajah yang panik. Lusi mendekatkan bibirnya ke arah telinga Janita.

"Sepertinya Jahra kabur," bisik Lusi membuat Janita kaget.

Tbc

Dua Dunia (YMMP9)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang