Hanif menghentikan langkahnya di samping kedua orangtuanya. Tatapannya langsung terarah pada Jahra, lebih tepatnya gaun yang dikenakan Jahra. "Kenapa kamu bisa memakai gaun itu?"
Pertanyaan itu membuat Janita, Hamdan dan Hamidah langsung menoleh ke arah Jahra, Jahra juga mengamati gaunnya sendiri.
"Kenapa? Ada yang salah?" Tanya Jahra sambil menatap ke arah Hanif. Rasa penyesalan dihati Jahra begitu kuat akan tindakan cerobohnya.
"Kenapa kamu mengomentari apa yang Jahra kenakan? Tidak ada yang aneh. Dia terlihat manis," ujar Halimah memuji penampilan Jahra, membuat Jahra tersipu malu.
Memang tidak ada yang salah dengan penampilan Jahra. Jahra memang terlihat mempesona dengan gaun yang dikenakan malam ini. Tapi bukan itu permasalahannya.
Masalahnya ada si gaun yang Jahra kenakan. Gaun yang Jahra kenakan malam ini secara khusus Hanif pesan dari seorang desainer ternama. Gaun itu secara khusus Hanif beli untuk Lusi kenakan. Tapi faktanya sekarang gaun itu malah pakai oleh Jahra.
Lima Jam yang lalu
Hanif dan Lusi memasuki sebuah salon yang dikhususkan untuk kalangan kelas atas. Salon itu nampak begitu sepi seolah tidak ada pelanggan. Seorang wanita berpakaian modis menyambut kedatangan Hanif dan Lusi.
"Pastikan calon istriku sudah siap saat aku menjemputnya empat jam lagi," pinta Hanif tanpa sempat memberikan kesempatan pada si wanita modis itu untuk berbicara.
Wanita itu tersenyum manis, harap maklum dengan perangai Hanif yang memang seperti itu. "Baik, Pak."
"Pastikan dia memakai gaun yang sudah aku pilihkan," ujar Hanif lagi.
"Baik, Pak."
Setelah itu Hanif berniat pergi, tapi Lusi langsung menahan tangan Hanif. "Mau kemana?"
"Aku akan menjemputmu empat jam lagi," ujar Hanif sambil melepaskan pegangan Lusi. Hanif kemudian melanjutkan langkah kakinya untuk pergi
"Oh ya. Bukannya kamu bilang kamu akan mengajak Lusi malam ini? Dimana dia sekarang?" Tanya Halimah penasaran dengan keberadaan sang calon menantu. Pertanyaan sang Mama membuat lamunan Hanif buyar.
"Kak Hanum sedang menjemputnya," jawab Hanif masih penasaran kenapa gaun itu bisa dikenakan Jahra.
"Jadi kalian tidak datang bersama?" Tanya Halimah heran.
"Di kantor sedang banyak kerjaan tadi. Karena itu aku meminta kak Hanum untuk menjemputnya," jawab Hanif seolah tidak mempersalahkan dirinya datang sendiri atau datang bersama Lusi.
Halimah tersenyum tipis. "Seorang pria yang mencintai pasangannya pasti akan berusaha sebisa mungkin untuk menjemput pasangannya, meskipun ia tengah sibuk. Karena biasanya jika seorang pria yang jatuh cinta ingin selalu menjadi yang pertama menyaksikan kecantikan pasangan mereka."
Perkataan sang Mama membuat Hanif sadar kalau sang Mama tengah meragukan perasaannya pada Lusi. Hanif berdecak kesal karena sudah salah langkah. Kini ia harus sabar menanti kehadiran Lusi untuk menunjukan aksi adegan romantis yang bisa membuat siapa saja percaya kalau dirinya mencintai Lusi.
"Halo semuanya." Hanum muncul, membuat fokus semua orang kini tertuju pada Hanum. Hanum mengenakan gaun panjang bewarna merah cerah, membuat kesan seksi terpancar dari Hanum.
Tapi Hanif sama sekali tidak terpengaruh pesona yang dipancarkan sang kakak. Bagi Hanif, seperti apapun penampilan Hanum, Hanif tidak akan menganggapnya cantik. Terlebih kini dalam pikiran Hanif hanya ada satu orang, yaitu Lusi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Dunia (YMMP9)
RomanceKesempatan kedua Apakah benar-benar ada kesempatan kedua dalam hidup? - Lusi. *** Kisah percintaan remaja yang biasa terjadi di kalangan masyarakat. Yang berbeda karena yang menulis cerita adalah author Tarry Thelittle yang kadang imajinasi kehaluan...