Kamu..., Eaaaa

2.4K 320 7
                                    

Sorry kalau lama update 🤭🤣🤣🤣

Banyak hal yang membuat author lama up

Pertama, ide lanjutan untuk story ini tiba-tiba menggelap dari otak author 🤣🤣🤣🤣

Kedua, mood buat lanjutin nulis story ini nggak ada 🤣🤣🤣

Ketiga, berhubung tes SKB CONS 2019 bakalan digelar, jadi author lagi disibukkan buat daftar ulang dan ehm belajar dikit 🤣🤣🤣🤣

Ke empat, berhubung usia kehamilan author awal bulan september nanti memasuki 7 bulan, jadi author tengah mempersiapkan rencana tujuh bulanan 🤣

Jadi jika author nggak up dari bulan ini nyampe bulan depan, harap maklum ya 🤣🤣🤣 author banyak kesibukan 🤭🤣🤣🤣🤣🤣

***

Hanif tengah mengamati berkas penting saat pintu ruangannya diketuk.

"Masuk," ujar Hanif tanpa mengalihkan tatapannya dari berkas.

Sosok yang mengetuk pintu, Badai, masuk ke dalam ruangan dan menghampiri meja kerja Hanif.

"Info apa yang kamu dapatkan?" Tanya Hanif sambil terus mengamati berkas ditangannya.

"Rama meminta Jahra untuk mengajak Lusi bertemu di restoran MelonDe jam tujuh malam nanti," jawab Badai membuat Hanif mengalihkan tatapannya pada Badai.

Hanif seketika mengerutkan kening heran, bukan karena info yang Badai berikan, melainkan karena sesuatu yang terasa aneh dari wajah Badai.

"Wajah kamu kenapa?" Tanya Hanif penasaran saat melihat pipi sebelah kanan Badai terlihat kebiruan.

Badai menghela nafas, antara jengkel dan lelah. "Ini pengorbanan yang aku dapatkan saat menjadi mata-mata untukmu."

Flashback

"Apa yang kamu lakukan?" Tegur Badai saat melihat gelagat aneh yang Jahra lakukan.

Jahra melihat ke arah Badai dengan tatapan kaget. "Kamu?!"
"Bagaimana kamu bisa disini? Apa yang kamu lakukan padaku?!" Teriak Jahra benar-benar bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya.

Semalam dirinya sedang bersama Rama, tapi pagi ini ia malah mendapati Badai yang berbaring di sebelahnya. "Apa yang terjadi?!"

Badai beranjak duduk, menghembuskan nafas karena kesal. "Beg-"

Belum sempat Badai menuntaskan kalimatnya, Jahra langsung berteriak. "Jangan mendekat!"

Badai menaikan sebelah alisnya, tidak terima atas tuduhan Jahra. "Siapa yang ingin mendekat? Aku hanya ingin menjel-"

Karena posisi tubuh Badai yang seolah ingin mendekat ke arahnya, karena panik Jahra langsung menendang tubuh Badai. "Aku bilang jangan mendekat!"

Bruk!

Tubuh Badai jatuh dari atas ranjang, dengan posisi tubuh di lantai dan wajah sebelah kanan menubruk tepian meja yang ada di dekat ranjang.

"Aw!" Rintih Badai kesakitan, menyadarkan Jahra dari rasa paniknya

Jahra bergegas turun dari ranjang, melihat kondisi Badai. Ternyata Badai tidak sepenuhnya bugil. Badai masih mengenakan celana panjang. Jahra menatapnya dengan tatapan cemas. "Kamu tidak apa-apa?"

Badai beranjak berdiri, menatap sengit ke arah Jahra. "Pertanyaan bodoh seperti apa itu? Jika tau begini, aku tidak akan sudi menolongmu. Harusnya aku biarkan saja kamu tidur bersama Rama."

Jahra tercenung sejenak mendengar perkataan Badai. "Jadi aku tidak tidur dengan Rama? Lalu kenapa aku bisa tidur disini? Kamu yang membawaku kesini? Kamu sedang mengambil kesempatan didalam kesempitan ya? Memperdaya seorang wanita yang sedang dalam pengaruh alkohol," ujar Jahra bertubi-tubi.

Badai mendengkus, makin kesal. Badai memilih pergi ketimbang menjelaskan kejadian sebenarnya pada Jahra.

"Eh, kamu mau kemana?" Tanya Jahra kaget melihat Badai pergi begitu saja, padahal ia masih memerlukan penjelasan yang lengkap kenapa ia bisa bersama Badai saat itu. "Setidaknya kamu harus menjelaskan apakah terjadi sesuatu di antara kita?"

Badai menghentikan langkahnya, menoleh ke arah Jahra dengan kesal. "Jika satu bulan lagi kamu positif hamil, artinya terjadi sesuatu antara kita. Tapi jika tidak, aku harap kita tidak akan pernah bertemu lagi."

Setelah mengatakan itu, Badai kembali melanjutkan langkahnya, meninggalkan Jahra dalam kebingungan. "Penjelasan seperti apa itu?!" Teriak Jahra tidak terima.

End flashback

Hanif tersenyum geli, sama sekali tidak merasa bersalah sudah menempatkan Badai dalam situasi konyol seperti itu. "Aku rasa kalian berjodoh."

Badai berdecak kesal. "Aku akan menghiasi ruanganmu dengan balon jika itu terjadi."

Hanif tertawa. "Ganti saja. Aku tidak suka balon. Kamu hanya perlu berdiri di depan gedung kantor sambil membawa kertas bertuliskan AKU MENCINTAIMU PAK HANIF YANG TERHORMAT."

Badai mendengkus kesal. "Menjijikan. Itu tidak akan pernah terjadi."

"Aku makin berharap kalau itu akan jadi kenyataan," ujar Hanif sengaja membuat Badai makin kesal.

"Jadi apa yang harus aku lakukan selanjutnya? Apa aku harus menemui Rama dan membereskan pria itu?" Tanya Badai mengubah topik pembicaraan, tidak ingin membahas hal yang ada kaitannya dengan Jahra.

"Tidak perlu. Aku sendiri yang turun tangan dalam membersihkan sebutir debu yang tidak penting," ujar Hanif penuh tekad.

***

Rama sudah membooking seluruh isi restoran MelonDe untuk pertemuannya dengan Lusi malam ini. Restoran itu bahkan dipenuhi bunga-bunga mawar merah yang menghiasi setiap sudut ruangan.

Rama tidak sabar menanti kemunculan Lusi dan menjadikan Lusi miliknya lagi. Rama harus memastikan kalau Lusi akan kembali mengandung benihnya, dengan begitu pasti Lusi tidak akan bisa pergi dari dirinya. Kali ini Rama akan bertanggung jawab penuh atas perbuatannya.

Rama sudah menyiapkan minuman yang di atas meja. Minuman yang sudah ia campurkan dengan obat peransang. Rama tinggal menunggu kedatangan Lusi dan mengajak Lusi minum bersama. Setelah itu Lusi akan menjadi miliknya lagi.

"Sudah lama menunggu?"

Sebuah suara membuyarkan pikiran Rama dari semua rencananya. Harusnya yang terdengar adalah suara seorang wanita, yaitu Lusi. Tapi suara yang terdengar ini adalah suara seorang pria.

Rama kaget melihat kemunculan Hanif. Hanif sudah berdiri di hadapan Rama. Hanif mengenakan setelan jas bewarna pink, membuat dirinya terlihat cocok dengan suasana ruangan restoran itu.

"Kamu?" Tanya Rama heran dengan kemunculan Hanif. Rama bahkan sampai berdiri dari duduknya. "Bagaimana kamu bisa disini?"

Tbc

Dua Dunia (YMMP9)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang