Setelah

2.8K 355 6
                                    

Author pernah bilang kalau story ini bakalan up setiap hari minggu, tapi karena author ngejar tamat, jadi upnya kembali nggak teratur 🤭🤣🤣🤣🤣

Maafkan kelabilan author yaaa

***

Lima tahun kemudian.

Seorang pria melangkah dengan penuh percaya diri, tanpa menghiraukan orang-orang yang berjalan tidak jauh dari dirinya.

Ini kali pertama pria itu menginjakkan kaki kembali ke Indonesia, terutama Jakarta.

Dari balik kaca mata hitam yang ia kenakan, pria itu berusaha mencari orang yang menjemputnya dari deretan orang-orang yang mengacungkan papan nama layaknya tengah berdemo atau menonton konser.

Pria itu belum menemukan papan nama yang bertuliskan namanya, apalagi orang yang ditugaskan untuk menjemputnya.

Pria itu menghela nafas jengkel karena harus menunggu. Pria itu bertekad akan memecat langsung orang yang ditugaskan untuk menjemputnya. Pria itu tidak suka sebuah keterlambatan.

Mungkin karena terlalu fokus mencari orang yang akan menjemputnya, pria itu tanpa sengaja menabrak seseorang, hingga orang itu terjatuh.

"Aduh!" Pekikan keras dan suara tubuh yang jatuh membuat pria itu mengalihkan tatapannya pada orang yang baru saja ia tabrak.

Seorang gadis, terbilang cukup cantik jika pria itu boleh menilai. Tapi memang kecantikan gadis asia itu masih kalah jauh dari kecantikan gadis-gadis bule yang selama ini berusaha mendekatinya.

Gadis itu berpenampilan modis seperti dirinya, menandakan kalau mungkin saja gadis itu terpelajar dan memiliki selera fashion yang mengikuti tren.

Merasa bertanggung jawab karena sudah membuat gadis itu terjatuh, si pria mengulurkan tangannya, berniat memberi bantuan dengan membantu si gadis berdiri. Sayangnya si gadis seolah menolak niat baik sang pria. Gadis itu justru berdiri sendiri dengan raut wajah yang begitu kesal.

Gadis itu menatap pria yang baru saja menabraknya dengan tatapan kesal. "Anda, kalau jalan bisa hati-hati tidak sih? Anda tau kan ini bandara? Pastinya banyak orang berada disini. Perhatikan jalan anda dengan baik."

Omelan si gadis membuat sang pria langsung terpaku. Bukan kemarahan sang gadis yang membuat pria itu terdiam, melainkan suara sang gadis yang membuat dunia si pria seolah terhenti sesaat.

Suara itu, suara gadis itu terasa tidak asing lagi ditelinga si pria, seolah suara itu sudah menghiasi hidup si pria di setiap harinya.

"Kamu-" belum sempat pria itu berkomentar, sang gadis sudah kembali menyela. "Apa? Mau menuduh kalau saya yang salah? Jelas-jelas anda yang salah. Anda yang menabrak saya. Kalau anda tidak percaya kita bisa melihat rekaman CCTV di bandara ini untuk membuktikannya," ujar si gadis begitu jengkel.

"Sorry." Akhirnya hanya itu yang bisa pria itu ungkapkan untuk merespon setiap kalimat yang keluar dari mulut si gadis. Suara gadis itu seolah sudah menyihir dirinya untuk tunduk dan patuh pada setiap perkataan sang gadis.

Amarah sang gadis sedikit mereda mendengar permintaan maaf dari pria yang menabraknya. "Oke. Saya maafkan."

"Boleh kita berkenalan?" Tanya pria itu tiba-tiba, membuat sang gadia menatapnya dengan sengit.

"Jadi anda menabrak saya seperti ini, hanya untuk mengajak saya berkenalan?" Tanya gadis itu jengkel. "Trik murahan."

Setelah mengatakan hal itu si gadis kemudian melangkah pergi meninggalkan sang pria yang masih berdiri mematung di tempat. Saat sosok sang gadis sudah berada begitu jauh, barulah pria itu seolah tersadar.

"Tunggu!" Terlambat. Sosok sang gadis sudah menghilang dipandangan matanya.

Sementara si gadis sudah keluar dari bandara. Meskipun sudah menerima permintaan maaf dari orang yang menabraknya, tetap saja ia masih merasa sedikit kesal karena terjatuh secara tidak cantik di depan banyak orang. Terlebih lagi saat tau fakta kalau ternyata pria itu menabraknya hanya untuk mengajaknya berkenalan.

Entah karena terlalu kesal, kini giliran dirinyalah yang menabrak seseorang. Meskipun kali ini ia yang menabrak, tetap saja ia yang terjatuh, karena yang ia tabrak adalah seorang pria

"Aduh!" Pekik gadis itu saat merasakan bokongnya kembali terduduk manis di lantai.

"Sorry." Pria yang ia tabrak sama sekali tidak jatuh, hanya mundur beberapa langkah akibat tabrakan itu.

Pria itu mengulurkan tangannya seperti pria yang menabraknya tadi.

Seperti halnya tadi, kali ini pun gadis itu enggan menerima pertolongan. Ia berdiri dengan kekuatannya sendiri.

"Sorry." Pria itu mengulangi permintaan maafnya agar permasalahan tidak menjadi panjang lebar. Meskipun faktanya bukan ia yang menabrak. Tapi saat berurusan dengan seorang wanita, masalah sepele pun akan tampak seperti masalah besar, karena itu ia perlu antisipasi keadaan. "Aku terlalu terburu-buru, karena itu aku tidak sengaja menabrakmu. Ini kartu namaku."

Pria itu menyodorkan kartu nama miliknya dengan tujuan jika terjadi sesuatu pada si gadis akibat tabrakan tadi, si gadis bisa menghubunginya untuk meminta pertanggung jawaban berupa biaya.

"Ck! Aku tidak tau ada apa dengan pria-pria hari ini. Kenapa mereka masih menggunakan metode pura-pura menabrak untuk mengajak berkenalan. Apa trik seperti ini masih tren sekarang? Atau apa aku terlalu cantik sehingga kalian tidak bisa menahan diri untuk mengajak aku berkenalan? Sungguh trik yang murahan," ujar si gadis jengkel.

Pria itu terlihat tidak setuju dengan argumen sang gadis. "Maaf. Siapa yang bilang kalau saya ingin mengajak kamu berkenalan?"

"Lalu maksud anda memberi saya kartu nama, itu namanya apa kalau bukan mengajak saya berkenalan?" Tanya si gadis tidak mau kalah.

Sang pria tersenyum tipis, antara jengkel dan geli. "Begini ya. Secara logika bisa anda ingat kembali kita baru saja bertabrakan, dan anda jatuh. Untuk berjaga-jaga jika andai saja anda cidera karena insiden ini, karena itu saya memberi kartu nama saya. Agar anda mudah meminta pertanggung jawaban berupa biaya pengobatan atas cidera anda." Jelas pria itu panjang lebar.

Si gadis yang merasa tuduhannya salah sedikit malu karena sudah terlalu percaya diri. Tapi gadis itu tetap memasang wajah angkuh untuk menutupi rasa malu yang tengah ia alami sekarang.

"Dan siapa yang bilang kalau anda ini cantik? Orangtua anda? Karena dimata saya anda sama sekali tidak cantik," ujar si pria membuat amarah gadis itu kembali bangkit.

"Anda-" belum sempat si gadis mengeluarkan ribuan kalimat sumpah serapah yang bisa menyakitkan telinga, sebuah teriakan keras menghentikan perdebatan tidak penting itu.

"Jahra!" Teriak seorang gadis yang baru saja keluar dari mobil. Gadis itu bergegas menghampiri gadis yang sedang bertengkar itu, yang ternyata bernama Jahra.

Gadis yang berlari tadi menghentikan langkahnya di samping Jahra, menatap pria di hadapan Jahra dengan rasa bersalah. "Jika adik saya membuat kesalahan. Saya sebagai kakaknya meminta maaf atas nama adik saya."

Jahra melotot kaget mendengar permintaan maaf yang langsung keluar dari mulut gadis yang baru saja datang itu. "Lusi! Apa-apaan sih? Kenapa kamu harus meminta maaf atas namaku? Yang salah itu dia, bukan aku. Kamu tidak mendengar sih kalau dia menghinaku. Dia mengatakan aku ini tidak cantik, Lus."

Tbc

Dua Dunia (YMMP9)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang