Ala Zaman Old

2.5K 299 7
                                    

Double up 👏👏👏👏👏

***

Selamat ulang tahun, Mama!" Teriak Jahra begitu heboh ketika Janita selesai menghidangkan makanan di atas meja.

Jahra membawa kue ulang tahun dengan senyuman bahagia. Lusi berdiri di samping Jahra dengan senyuman yang sama. Janita menatap kedua anak perempuannya dengan tatapan haru, begitu bahagia.

"Terima kasih ya, anak-anak Mama sayang," ujar Janita dengan mata yang berkaca-kaca.

"Maaf, Ma. Kami lupa membeli lilin, jadi tidak ada yang bisa ditiup sekarang," ujar Lusi merasa bersalah karena lupa membeli lilin.

Janita menggeleng. "Tidak apa-apa. Kalian sudah ingat ulang tahun Mama saja, Mama sudah sangat senang."

"Sebenarnya sih, aku dan Lusi mau membeli obor untuk Mama. Karena di usia Mama sekarang, Mama sudah tidak cocok lagi jika harus meniup lilin, harusnya obor," canda Jahra membuat ketiganya tertawa.

"Sudah. Sekarang waktunya kita makan malam. Mama sudah menyiapkan makanan kesukaan kalian," jelas Janita.

Jahra meletakan kue ulang tahun di atas meja. "Aku selalu merindukan masakan Mama."

Mereka duduk dikursi masing-masing.

"Masakan Mama terlihat begitu lezat. Mama memasak semua makanan ini bukan untuk kami berdua kan, tapi untuk merayakan ulang tahun Mama," canda Lusi sambil mulai mengambil hidangan kesukaannya.

Lusi mulai menyantap makanannya dengan begitu nikmat. Jahra pun melakukan hal yang serupa.

"Sebenarnya Mama memang sengaja memasak masakan spesial malam ini. Ini semua untuk merayakan sebuah berita bagus yang akan Mama sampaikan untuk kalian berdua," ujar Janita begitu bahagia.

Sontak Jahra dan Lusi menoleh ke arah Janita, menatap Mama mereka dengan penasaran.

"Mama tidak berniat untuk menikah lagi, kan?" Tanya Jahra memastikan, berharap Mamanya tidak memiliki rencana untuk mengenalkan calon suami pada mereka

Janita menggeleng. "Bukan itu. Mama tidak pernah berencana untuk menikah lagi."

Jahra menghela nafas lega. "Sykurlah."

"Tapi Mama sudah mendapatkan pria yang tepat untuk menjadi pasangan hidup Jahra," jelas Janita begitu senang.

"Maksud Mama?" Tanya Jahra masih belum mengerti arah pembicaraan sang Mama.

Janita menatap Jahra dengan tatapan bangga. "Mama sudah menemukan jodoh yang tepat untuk kamu."

Seketika Jahra membulatkan matanya. "Apa?!"

"Apa?! Mama bilang apa tadi? Maksud Mama apa? Mama berniat menjodohkan aku begitu?" Jahra membulatkan matanya lebar. "Mama! Mama yang serius dong. Masa dijaman modern seperti ini, mama masih berniat melakukan acara perjodohan?"

Suasana makan malam yang tadinya menyenangkan, berubah menjadi menegangkan saat Janita, Mamanya Jahra, dengan santai menjelaskan bahwa ia sudah menjodohkan sang putri dengan pria pilihannya.
Meskipun respon sang anak terkesan adanya unsur penolakan, tapi Janita tetap santai menyantap makanan.

"Kenapa? Ada yang salah? Seharusnya kamu berterima kasih pada Mama, karena Mama telah mendapatkan pria tampan dan kaya untuk menjadi suami kamu."

"Hebat! Mama menjodohkan Jahra dengan pria itu tampan dan kaya? Luar biasa!" Ujar Lusi tersenyum geli dengan pemberitauan sang Mama angkat. Dari tadi Lusi hanya menyimak pembicaraan antara ibu dan Jahra. Lusi memang bukanlah anak kandung Janita, melainkan keponakan. Tapi Janita sudah mengangkat Lusi sebagai anak sejak membawa Lusi pindah ke Jakarta.

Dua Dunia (YMMP9)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang