The worst 2013 ever...
Malam itu Naraya tidak bisa tidur meskipun matanya terpejam. Kepalanya berisik dan enggan diam. Dia masih mengusap airmatanya yang sesekali merembes keluar. This is just too painful to be true, batinnya.
Tadi, beberapa jam yang lalu, Yausal masih berusaha meneleponnya. Mencoba menjelaskan, namun 27 missed calls itu tidak diangkat Naraya. Dia juga mengirimkan beberapa pesan via chat di BBM, dan cewek itu hanya membaca tanpa membalas apa-apa.
Na, tolong angkat telfon aku... aku mau jelasin...
Na, please angkat telfonnya... kita bicara ya...
Na, aku tau aku brengsek... maapin aku...
Na, pleeeeease... pick up the phone...
Na...
Na... aku tau aku salah... sorry
Na...
Na... please...
Na...
Naraya terlalu marah untuk bisa memberikan kesempatan bicara pada Yausal. Tapi yang paling penting, dia tidak ingin Yausal tahu seberapa hancurnya dia saat itu.
Jam di meja Naraya menunjukkan pukul 01.46 dini hari, dan dirinya masih juga terjaga. Terasa perih, matanya terlihat merah dan bengkak. Akhirnya dia mengambil ponselnya. Dia menelepon Pandu.
Nada panggil itu cukup lama terdengar. Tidak mungkin Pandu tidak sedang tidur, dan Naraya cukup tahu itu. Tapi dia tidak mau berhenti. Dia tidak tahan menyimpan ini sendirian. Dia harus cerita.
"Hallo..." Suara Pandu di seberang sana terdengar serak dan lirih.
Naraya mencoba memanggil Pandu, namun suaranya tidak mau keluar. Yang ada hanya isakan yang terdengar pelan.
"H-hallooo...?" Kali ini suara Pandu lebih jelas. Dia terdengar takut.
Naraya mencoba menguasai dirinya. Tapi dia masih saja menangis. Suaranya tertahan.
"Ra...?" Pandu memanggil Naraya. DIa harus memastikan bahwa yang di seberang sana adalah sahabatnya, bukan mahluk astral yang iseng menghubunginya
"Panduuu..."
"Alhamdulillah, Ya Allaaaah. Beneran elo ini, Ra? Gue udah suudzan sama kuntilanak tadi."
Akhirnya suara Naraya membuat Pandu lega. Sejak tadi cowok itu deg-degan tidak karuan. Siapa juga yang tidak seram ditelepon oleh suara tangis dini hari begini.
"Yausal jahaaaat... hu u u..." Tangis Naraya semakin jelas. Dia sesenggukan.
"Eh...?" Pandu tidak yakin dengan apa yang didengarnya. Pandu tahu cerita Naraya dan Yausal, dari awal. Naraya cerita semua tanpa terlewat satu pun. Naraya cerita tentang bagaimana Yausal bisa membuatnya bahagia. Naraya cerita tentang dirinya yang tidak bisa berhenti memikirkan cowok itu. Tentang bagaimana Yausal, seseorang yang belum pernah ditemuinya lagi sejak lama, sudah berhasil masuk sangat dalam ke kehidupannya. Pandu tahu semuanya. Dia bahkan ingat pernah bilang, bahwa orang yang sedang jatuh cinta itu kebahagiaanya akan terpancar. Pandu melihat itu pada wajah Naraya, sejak sahabatnya dekat dengan Yausal.
Jadi waktu tadi Naraya bilang Yausal jahat, dia seperti tidak yakin dengan pendengarannya.
"Yausal kenapa, Ra?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PANDORA'S BOX
RomanceSebagai seorang wedding organizer, awalnya hidup Naraya berjalan baik-baik saja. Sampai pada suatu hari, dia bertemu dengan Yausal, cowok dari enam tahun lalu yang pernah membuat dunianya porak-poranda. Sebenarnya Naraya tidak ingin mengacuhkan, nam...