#9 RENCANA SEMESTA RAYA

245 47 10
                                    

Food test kali ini berlangsung cukup heboh. Baik Sandy maupun Esty membawa masing-masing sekompi anggota keluarganya. Bukan hanya keluarga inti, tapi juga komplit dengan tante, om, dan sepupu-sepupunya. Waktu itu Donna berpesan pada calon pengantin, kalau untuk tes makanan dengan vendor katering sebaiknya membawa orang tua, supaya rasa dan kualitas dari menu yang dihidangkan nanti bisa diterima semua orang. Pesan itu kemudian diterima Esty dan Sandy sebagai kode untuk membawa seluruh keluarga besar. Alasannya, lidah keluarga mereka mewakili banyak selera.

Alhasil, tidak hanya berisik, acara nyicip-nyicip itu pun berakhir dengan ketidaksepakatan banyak pihak. Katanya porsi food test terlalu sedikit. Jadi setiap orang hanya kebagian mencicipi segigit makanan yang ada. Alasan itu kemudian melebar jadi kalau tidak kenyang, tidak terasa (Ya kali acara arisan keluarga, pake makan-makan sampe kenyang segala).

Naraya dan Donna saling pandang sambil senyum-senyum ngeri melihat kehebohan dua keluarga besar ini. Mereka hanya berdiri mematung. Menganggur. Yang satu memegang notebook dan pulpen, yang satu memegang ponsel yang rencananya untuk memotret menu mana yang akan dipilih nanti. Namun mereka tidak berani jadi penengah rapat besar keluarga ini. Takut dikeroyok massa. Dan sepertinya acara food test ini tidak akan final hari ini, melihat gejala 'kerusuhan' yang tidak juga berakhir.

"Duh, maap, ya. Jadi recok begini." Esty terlihat tidak enak. Dia berdiri di samping Naraya. Tatapannya nanar menyaksikan kehebohan yang diakibatkan keluarga dirinya dan keluarga calon suaminya. "Tau begini nggak akan pake woro-woro di grup WA keluarga kemaren. Tadinya mo minta doa doang, eh, mereka malah minta dateng juga."

Naraya tertawa. "It's ok, Ty. Seru lagi, liat keluarga kalian kompak kayak gini."

"Kayanya kita reschedule food test-nya ya, Ty," kata Donna akhirnya, sambil mesem. "Kamu kabarin kita kalo minggu depan ada waktu luang."

"Okay." Esty mengiyakan.

"Satu lagi, pastikan nanti yang datang hanya keluarga inti, ya," bisik Donna mengingatkan.

Esty tertawa. "Siaaap."

Akhirnya kericuhan itu pun berakhir. Tapi percakapan mereka dari sebelum meninggalkan tempat vendor katering menuju mobil adalah masih tentang menu makanan.

"Pokoknya mie kocok Bandung sama Empal Gentong itu harus ada!" Kata salah satu saudaranya Esty.

"Iyaa, iya, ada lah buat lo mah... bentuknya mie instan, ya." Kata yang menimpali sambil tertawa.

"Gado-gado juga wajib. Khusus untuk tamu undangan vegan." Kali ini sepupu Sandy tidak mau kalah.

"Bakwan udang saus kacang juga unik, tuh. Jarang ada di resepsi yang lain."

"Chupa chups, dong, chupa chups."

Tiba-tiba semuanya terdiam. Mereka serempak melihat ke arah si sumber suara dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Ituh... sup yang di atasnya ada pastry-nya." Kata si sumber suara, merasa tidak ada yang salah dengan ucapannya. Wajahnya terlihat terintimidasi oleh banyak mata yang menatapnya dengan sedikit garang.

"Oooh, Zupa souuuuup...? Yeee, kirain lo minta permen lolly."

Naraya hampir menyemburkan tawa jika saja Donna tidak mencubit pinggangnya. Empat mobil tim penggembira pun akhirnya meninggalkan parkiran tempat katering setelah mereka pamit pada Donna dan Naraya. Tinggal Esty dan Sandy untuk mengonfirmasi jadwal ulang food test berikutnya.

"Kalian pulang sama siapa?" Tanya Sandy. "Mau bareng kita, nggak?"

"Ini lagi nunggu Pandu sebenernya." Jawab Donna, sambil memeriksa ponselnya. "Tapi katanya dia masih agak lama nyampenya. Macet. Ada wisudaan di Ganesha. Kalian duluan aja, deh. Soalnya kita beda arah. Mungkin kita pake Grab aja kalo Pandunya nggak jadi jemput."

PANDORA'S BOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang