#22 YOU GOT ME SPINNING LIKE A BALLERINA

154 26 17
                                    


Haiii... Maaf ya, lumayan lama tidak update. Semoga masih sabar dan setia baca cerita Naraya dan Yausal sampai akhir. Btw buat yang belum tahu, sebelum lanjut ke part 22, mundur sedikit yuk ke part 21. Jalan ceritanya sudah saya revisi dengan cukup signifikan. Jadi jangan sampai ada yang terlewat yaa. Happy reading ^^.



Tidak mudah menyembunyikan rona bahagia pada wajah seseorang yang sedang jatuh cinta. Selain sinar mukanya tampak berbeda, pancaran auranya pun muncrat kemana-mana. Awur-awuran. Melimpah. Cuma jangan samakan dengan bahagianya orang yang belanja di Indomaret terus dapat bonus pulsa. Jelas jauh lah, ya.

Jadiii, semenjak malam Festival Korea itu, hati Naraya rasanya berbunga-bunga setiap saat. Dia jadi mudah sekali tersenyum, untuk hal kecil sekali pun. Tidak ada yang tidak membuat dia bahagia. Yaa, meskipun definisi bahagia versi Naraya itu berarti berkelakuan ajaib. Mendengar jingle iklan indomie di TV, mendadak dia joget ala Blackpink. Menuangkan sambal ekstra pedas ABC ke atas cireng, dia juggling dulu botolnya dan hampir mengenai kepalanya sendiri. Bahkan melihat kecoa lewat kakinya pun dia sapa dengan ramah tamah yang luar biasa garing.

"Eh, kecoa mau numpang lewat, ya? Silakan, silakan. Mau kemannaaa?"

Padahal biasanya dia akan mengambil apa saja yang ada di dekatnya untuk kemudian dia banting ke serangga yang sering dikira kurma oleh orang yang berpuasa itu, hingga badannya remuk redam rata dengan lantai. Namun kali ini nasib hewan itu sedang baik. Belum saatnya dia tutup usia berarti.

Saat bertemu Donna dan Pandu pun, kelakuan Naraya tidak jauh berbeda. Selain level kelincahannya yang melebihi rata-rata orang normal, dia jadi tampak seperti balita yang kelebihan gula, alias sugar rush. Donna malah sempat mengelus perutnya sendiri sambil berkata amit-amit dan disambung dengan doa sapu jagat saat melihat Naraya berjalan ke dapur dengan berjinjit pelan dan kedua tangan yang menggantung di depan dadanya. Gerakannya persis tokoh kartun kucing, si Tom, yang sedang mengendap-endap saat dia akan mencuri keju mozzarella khas Malang punya Jerry dengan diam-diam. Padahal dia cuma mau minta es batu pada Asih.

"Gue nanya dong, Ra. Lo tadi pagi ada salah makan vitamin nggak, sih?" Donna akhirnya tidak tahan untuk tidak bertanya saat Naraya sudah kembali ke meja tempat mereka berkumpul di teras belakang. Sesiangan ini, mukanya sering sekali mengernyit melihat tingkah laku sahabatnya. "Ato lo ada salah konsumsi apaaaa gitu, beberapa hari belakangan ini? Mungkin lo makan cacing tanah yang lo kira permen Yupi? Ato obat antraks lo abis barangkali?"

Naraya malah tergelak. Dia sendiri memang merasa beberapa hari ini badannya seperti sedang kelebihan energi. Entah kenapa. Seperti anak kecil yang bahagia saat dilepas bermain di playground, atau seorang balerina yang terus berputar saat musik balet dimainkan. Apa mungkin karena efek jatuh cinta dan membuat dia jadi agak... gila?

"Ah, paling doi lagi seneng," Tebak Pandu tepat sasaran. Dia sudah menduga pasti ada yang akan terjadi begitu Naraya cerita kalau Yausal mengajaknya jalan lagi. "Keknya ada mimpi yang jadi kenyataan tuh, Don."

Naraya menendang kaki Pandu di bawah meja. Cowok itu mengaduh pelan di tengah-tengah kesibukannya makan kacang kulit. Dia tersenyum jahil sambil melihat Naraya sekilas.

"Serius, Ra?" Donna memajukan badannya. "Lo jadi mo implant payudara?"

"Ih, kok jadi ke situ, sih?"

"HAH?! LO PENGEN OPERASI GEDEIN TOKET?! KOK GUE NGGAK TAU?!"

"Iiih, Pandu!" Naraya melempar muka cowok itu dengan kulit kacang yang bertebaran di meja. "Jangan liat-liat punya gue, AWAS LO!" Naraya menyilangkan kedua lengan di dadanya dan membuat Pandu terbahak. Cewek itu berdecak sebal sambil melirik asetnya sendiri yang tidak terlalu besar. Memang dulu dia sempet nyeplos bilang ingin oplas payudara. Ya tidak usah sebesar bantal sofa lah, yang penting 'sedikit lebih tampak'. Tapi dia tidak tahu kalau ternyata kalimat asbun itu dianggap Donna dengan serius sampai-sampai dia mengingatnya sampai saat ini.

PANDORA'S BOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang