#16 KARTU AS

208 39 17
                                    

"AAAAAARGH...!!!"

Sebuah lolongan panjang dengan nada memprihatinkan terdengar dari kamar Naraya. Bunda yang kebetulan sedang berada di ruang tengah, langsung tergopoh-gopoh mendatangi kamar tidur anaknya.

"Ada apa, Ya?" Tanya Bunda saat membuka pintu dan mendapati Naraya sedang dalam posisi menungging. Kepalanya terbenam ke bantal. "Kamu wasir?"

Naraya mengangkat kepalanya perlahan. Mukanya setegang kanebo kering.

"Emang semua yang nungging wasiran ya, Bun?" Naraya membetulkan letak duduknya. "Lagian enak amat sih doain anaknya."

"Yaelllaaah, bukan doaiiin... Nanya ituuu?" Bunda lalu duduk di pinggir tempat tidur. "Jadi kenapa? Bukan wasir, kan?"

"Bukan, iiiiih... Iniiii..." Naraya mengacungkan handphone-nya, namun kemudian menahan kalimat yang akan meluncur keluar. Tidak mungkin dia mengatakan yang sesungguhnya pada Bunda. Betul-betul suatu kebodohan. Mau tidak mau Naraya mengarang indah.

"Baru dapet koin shopee, Bun, tiga ribu. Lumayan buat belanja skincare." Cewek itu mengacungkan tiga jarinya sambil pura-pura memeriksa layar ponsel.

"Hah? Ada skincare harga tiga ribu?" Bunda menatap Naraya tidak percaya. "Skincare buat apaan? kulit cicak?"

"Ada, bubble wrap-nya." Cengir Naraya sambil merapikan rambutnya yang berantakan dan diam-diam menyembunyikan handphone-nya di bawah bantal. Untung tadi dia tidak salah sebut koin dua ratus ribu. Bisa-bisa bunda langsung minta dibelikan panci presto.

"Heueu, kirain." Bunda bangun, lalu melengos sambil berbicara sendiri. "Semiskin apa sih kamu? Dapet koin tiga ribu aja histerisnya kaya dikasih anak sultan."

Naraya tidak merespon. Pikirannya sedang kacau balau. Setelah melongokkan kepala dan memastikan bundanya tidak lagi iseng bersembunyi di balik dinding, cewek itu menutup pintu pelan. Dia duduk di atas tempat tidurnya, kemudian mengambil ponselnya dari bawah bantal. Membaca lewat layarnya, Naraya kembali merengek. Kali ini tangannya berkeringat. Jantungnya berdebar tidak karuan. Chat room-nya dengan Yausal semalam masih ditatapnya dengan pandangan nanar.

Bego bener sih lo, Ra!!!

Naraya tidak berhenti menghardik dirinya sendiri, menyesali kekonyolannya sendiri, merasa malu sendiri.

Perasaannya membaur tidak jelas. Dia menyesal kenapa semalam tidak tidur saja, atau kenapa dia tidak mematikan ponselnya, atau kenapa dia tidak minum CTM supaya bisa langsung terlelap?

Kenapa dia malah menunggu WA Yausal?

Naraya berdecak sebal. Kenapa kebodohan demi kebodohan malah sering terjadi setelah dia 'reuni' dengan cowok itu?

Dengan memberanikan diri, Naraya membaca lagi chat dirinya dengan Yausal. Chat yang dia tunggu-tunggu dari beberapa malam sebelumnya. Chat yang harusnya bisa berujung menyenangkan namun berakhir memalukan karena dibalasnya dalam keadaan mata teler dan ngantuk berat.

Yausal: I think you should sleep.

Naraya: Shaun the sheep??

Lucu sih, embe... tapi aku nggak
pernah nonton...

Yausal: Don't miss it due to my text. Talk to
you later... bye.

Naraya: Miss u too...

Ok, bye!

Ya, Tuhaaaaaan.... MISS YOU TOOOOO???!!!!

Siapa juga yang bilang kangen, BAHLUUUUL??!!

PANDORA'S BOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang