36. Dera Dalam Renjana

5.4K 1K 150
                                    


Hai sayang-sayangku. Welkam bek tu mai cenel~

Maafin aku ya huhu bener-bener jarang update. Aku juga pengennya book ini cepet selesai jadi aku bisa tamatin work sebelah dan publish "We Are 7 Dream"

Dan aku minta maaf juga, chapter ini kayanya nggak bisa terlalu panjang. Karena badan drop lagi tiba-tiba :")

But, here you go.


Enjoy!


***


"M-mama...?"

Mark tidak bisa menahan suara gemetarnya. Tangan kecil anak itu menggenggam tangan bundanya lebih erat lagi.

Takut dan terkejut. Itulah perasaan Mark saat ini.

Arina, wanita yang merasa panggilannya saat dulu itu terdengar langsung mengenali suara kecil itu. Mark, anaknya. Ya, ia masih hapal betul suara anaknya. 

"Mark...?" lirih Arina sembari menatap Mark yang berada di hadapannya.

Bintang, Mark dan Arina sama-sama membeku. Bintang yang tak menyangka jika tamu wanita sebelah Lina itu adalah ibunya Mark. Dan Mark yang tak tahu-menahu apapun itu terkejut ketika mendapati mamanya berada di hadapannya saat ini.


GREP!


Bintang dengan secara tiba-tiba langsung mengangkat Mark dan menggendong anak itu. Ia dekap dengan erat Mark dan menatap tajam pada ketiga tamu tak diundang di hadapannya itu.


BRAK! 


Pintu rumah Bintang tertutup, menimbulkan suara yang amat keras menggema. Siapa pelakunya? Jangan tanya, tentu itu adalah Bintang.

"NGAPAIN LO KE SINI?! LO MAU AMBIL ANAK GUE?!" teriak Bintang dari dalam rumahnya. 

"Bi! Astaga! Buka pintunya, Bi! Dia mau ngomong baik-baik!" balas Jeffrey dari luar sembari mengetuk-ngetuk pintu rumah Bintang yang sekarang sudah terkunci lagi.

"MAU NGOMONG BAIK-BAIK ATAUPUN KASAR, GUE TAU DIA MAU KETEMU MARK DAN MINTA MARK BALIK SAMA DIA!" bentak Bintang lagi, "DAN KAMU, MAS JEFFREY! NGAPAIN KAMU BAWA MEREKA KE SINI? KAMU SEKONGKOL SAMA MEREKA SELAMA INI? IYA?!"

"B-bunda... hiks... Mark nggak mau sama Mama...! hiks...

Mark memeluk erat leher Bintang. Ia memejamkan matanya dengan erat. Isakan tangis anak itu makin terdengar ketika suara Arina terdengar dari luar rumah.

"Mark... Mama cuma mau ketemu kamu, nak. Mark...! Mama kangen kamu, nak! Hiks... Maafin Mama, Mark."

"GA USAH NANGIS LO! TELAT! LO... hiks..." Bintang menunduk menahan isakannya yang tiba-tiba datang. Ia merutuki dirinya sendiri, kenapa bisa-bisanya ia menangis di kala ia berhadapan dengan lawannya. "...Lo dateng di saat Mark udah bertumbuh jadi anak yang kuat. Lo dateng seenaknya hiks! di saat Mark udah sembuh dari traumanya terhadap lo."

Bintang memeluk erat Mark yang masih dalam dekapannya. Ia tak bisa bertahan lagi, air matanya memang sudah ditakdirkan keluar dengan deras saat ini. Ia memendam wajahnya di bahu kecil Mark yang masih juga terisak menangis. Tanpa ragu-ragu, Bintang menjatuhkan air matanya di bahu Mark, sepert mark yang menumpahkan air matanya di pundak Bintang.

7 Dream [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang