23. Kepercayaan

8.1K 1.3K 448
                                    

Kalian nunggu ff ini?


Whoa daebak.


Uyuhan ih kalian gak bosen baca ff ini.


Cece gak tanggung jawab kalau kalian nanti bosen baca epep gajetot ini.


Selamat membaca. Jangan lupa bahagia.


Sayang kalian. Muah.


***






Bintang melangkahkan kakinya dengan semangat menuju Ruang Dosen fakultasnya. Tangannya menenteng map ukuran A3, yang berisikan beberapa sketsa dan juga kertas tentang narasi lukisannya. Senyum tak pernah luput dari bibirnya dari tadi pagi, mood gadis itu sangat bagus hari ini. Semoga saja tidak ada yang membuat dirinya kesal hari ini.

Bintang melewati lorong fakultasnya, dan disaat itulah Bintang mendadak jadi seperti Jenderal yang disegani.


"Teh Starra!"

"Eh Teteh! Siang, Teh!"

"Teh Starra mau ngapain ke Kampus? Tumben euy!"


Ya sekiranya begitulah yang selalu terjadi ketika Bintang melewati lorong TPB-TPB yang diisi oleh adik-adik tingkatnya. Bintang adalah salah satu kakak tingkat yang dikenal oleh anak-anak tingkat bawahnya apalagi MABA.

Bintang tersenyum tipis. "Mau ke Ruang Dosen," jawabnya seadanya.


"Ih Teh Ara, kapan lagi atuh maen ke Studio Lukis? Kangen diasistensi sama Teteh," rengek salah satu anak semester 3 disana dengan tiba-tiba.


Bintang menaikkan sebelah alisnya. Wajahnya berubah ekspresi menjadi datar, sangat datar malah. Rasanya ia tahu siapa anak pemilik suara ini. Bintang menatap anak itu dengan tajam, membuat si anak itu meneguk ludahnya dengan tatapan takut.

"Nama kamu Medina Nussi Fatandya, kan?"

Mahasiswi semester 3 itu mengangguk dengan cepat, panik. "I-iya, Teh Ara," jawabnya gagap.

Bintang melipat tangannya di dada, makin memicingkan matanya pada anak semester 3 itu. "Saya inget kamu belum ngumpulin tugas Studio Lukis. Banyak pula." Bintang mengangkat sebelah tangannya, memberikan gesture menghitung. "Satu, tugas Chinese painting. Dua, tugas Still Life yang pake krayon. Tiga, tugas cat akrilik di kanvas. Empat, tugas lukisan cat minyak."

Adik tingkat yang ditatap tajam oleh Bintang sedari tadi itu menggigit bibirnya ketakutan. Matanya bergerak gelisah kesana kemari. Ia tak menyangka Bintang mengingat semua tugas yang belum ia kerjakan.

"Ini udah mau UAS, dan kamu masih aja ngutang tugas!" sentak Bintang. "Mau ikut UAS gak sih kamu, dek?" tanya Bintang menusuk.

"M-mau, Teh!"

7 Dream [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang