6. Bunda Bintang (2)

10.4K 1.8K 739
                                    


"Bunaaa! Bangunnnn!"

"ADOH! ADㅡ JENOㅡ! ASTAGA, HAECHANㅡ ADOH BADAN URANG REMUK!"

Starra, atau yang bisa kita sebut sebagai Bintang mulai saat ini, terlonjak ketika mendengar teriakan yang nyaring dikupingnya. Juga dengan serangan tiba-tiba dari Jeno dan Haechan, yakni kedua anak itu dengan keras menubruk tubuh Bintang yang masih lelap tertidur.

"Bunaa ayo bangunnn! Echan lapellll!"

Bintang mengerang, "Bentar, chan. Bunda masih ngantuk."

Lalu beberapa detik kemudian, Bintang kembali terlelap tidur.

Benar-benar luar biasa bunda Bintang kita ini, pemirsa.

Kalau kalian pikir Bintang ini adalah perempuan yang rapi, sangat feminim, rajin, oh kalian salah besar teman-teman 😊

Bintang itu.... Perempuan yang cuek mungkin ya? Dia kadang tak peduli dengan penampilannya. Ia pun bukan tipe orang yang rajin. Jika dia sedang malas, ia selalu datang ke Kampusnya tanpa Makeup atau bahkan menyisir rambut. Ia pun sangat sering terlambat karena telat bangun.

Jadi intinya, Bintang bukanlah perempuan idaman .g







"BUNAAA!"

"ANJㅡ"

Bintang kembali terlonjak karena teriakan Jeno dan Haechan. Ia langsung bangun dan terduduk telak dikasurnya dengan wajah yang masih mengantuk, juga rambut yang acak-acakan. Bintang pantas jika dipanggil Zombie.

"Bunaa ih echan lapel!"

"Jeno jugaa, Bunaaa!"

Bintang mengurut kepalanya. Ia baru kali ini dipaksa bangun oleh anak kecil dan dipaksa membuat sarapan.

"Bentar, ya... Duh, astaga." Bintang mengusap wajahnya. Menggaruk-garuk pipinya dengan mata yang masih betah terpejam.

"Hoam~" Ia merenggangkan otot tubuhnya, tak lupa menguap lebar seperti kuda nil.

"Kok kalian udah bangun sih? Duhㅡ Bunda masih ngantuk..." gerutu Bintang.

"Echan celalu bangun jam segini kok, Buna. Echan diculuh nyuci cama Mama."

Mendengar kata "Mama", Bintang langsung membuka matanya.

Ia menatap Haechan tepat dimata anak itu, "Nyuci? Anak sekecil kamu?"

Haechan mengangguk.

"Kamu juga?" tanya Bintang sembari kini mengalihkan pandangannya pada Jeno.

Jeno mengangguk, "Jeno dibangunin kalau Mama minta cuciin baju..."

Mulut Bintang gatal ingin berkata kasar. Namun umpatan-umpatan kebun binatang itu kembali ia telan dalam-dalam. Ia tidak boleh sembarangan mengatakan kata kotor didepan anak kecil.

Ia sudah menjadi seorang Ibu sekarang. Ya walaupun bukan Ibu asli, namun ia harus tetap berperan sebagai Ibu asli ketujuh anak-anak itu.

Ia harus mengajarkan hal baik pada mereka. Ia juga harus bisa menjadi penyembuh trauma mereka pada sosok Ibu yang mungkin seharusnya sudah parah. Namun syukurnya, anak-anak itu adalah anak yang kuat dan tidak pendendam. Mereka tetap menyayangi Ibu mereka walau sudah menelantarkan mereka. Apalagi Mark. Bintang sudah tidak bisa berkomentar tentang anak itu. Ia sungguh salut, Mark sudah berpikir dewasa dan menjadi Kakak yang baik untuk adik-adiknya.

"Udah, udah. Jangan ceritain lagi." sergah Bintang.

Ia menyingkap selimutnya, "Yuk liat kedapur. Kali aja ada yang Bunda bisa masak."

7 Dream [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang