16. Gendongan Pertama Jeno

8.2K 1.4K 169
                                    

Jangan lupa VOMMENT guys!

Happy reading! 💚

***










Bintang terkejut mendengar teriakan anak-anaknya dari depan. Begitupun dengan Sakha. Mereka langsung bergegas menuju ruang depan.

"Kayanya mati lampu. Tetangga depan juga lampunya mati." gumam Bintang.

Ketika Sakha dan Bintang sampai di ruang depan, semua gelap. Hanya pencahayaan dari luar jendela saja yang bisa sedikit menerangi gelapnya ruangan itu. Dengan cahaya minim, Bintang mendapati pemandangan sungguh memilukan disana. Renjun, Jaemin, Jeno, dan Haechan berpelukan satu sama lain. Mereka mungkin ketakutan karena tiba-tiba gelap. Namun ada hal yang lebih membuat Bintang maupun Sakha terkejut. Di pojok ruangan, Renjun adik Sakha, berjongkok sembari menutup telinganya.

Sakha langsung mendekati Renjunnya dan menenangkan anak itu. Sedangkan Bintang menghampiri anak-anaknya.

"Mark, boleh bantu Bunda sebentar? Tolong ambilin lilin di meja kamar, ya?" pinta Bintang.

Mark mengangguk, "Iya, Bunda."

"Hati-hati, Mark. Jangan sampai kesandung."

Bintang memeluk keempat anaknya yang masih saling berpelukan seperti teletubbies itu.

"B-buna... kok Abang Lenjun gitu?"

"Bunaa hiks... Jeno takut..."

"Buna, mati lampunya gak bica nanti aja, ndak? Ini udah maglib."

Ocehan anak-anak itu tak Bintang balas. Bintang saat ini hanya fokus pada Renjun adik Sakha. Bagaimana anak itu ketakutan, bergumam dengan nada seperti akan menangis, dan bibir yang bergetar.

Oh, sial. Hati Bintang ikut teriris melihat itu. Baru saja ia dan Sakha tadi mencari solusi untuk Renjun, tapi saat ini Bintang malah melihat sendiri bagaimana Renjun ketakutan seperti itu.

'Mungkin lain kali aku harus nyuruh Sakha kesini lagi.' batin Bintang.


***


Hari telah malam. Sakha dan Renjun telah pulang dan berpamitan. Kini hanyalah Bintang, dan ketujuh anaknya yang sedang duduk melingkar di dalam kamar.

Lilin-lilin menebar di kamar Bintang untuk menerangi rumah Bintang yang masih mati lampu. Rintik airmata langit pun masih Setia mengetuk-ngetuk atap rumah Bintang. Setidaknya, hawa kamar kecil Bintang dan selimut tipis dapat memberikan kehangatan bagi tubuh anak-anaknya.

"Buna... tadi abang Lenjun kenapa? Kok cerem...?" tanya Renjun yang duduk di samping kanan Bintang.

Bintang tersenyum kecil. Ia menarik pelan bahu Renjun, lalu ia sandarkan kepala anak itu pada sisi perutnya.

"Tadi Bang Renjun itu kaget. Sama kaya kalian tadi." jawab Bintang.

Bintang mengalihkan pandangannya pada satu persatu anaknya, "Kalau suatu saat Teh Sakha sama Bang Renjun main kesini lagi terus Bang Renjun kaya tadi, kalian bisa kan nenangin Bang Renjun?"

7 Dream [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang