Anas POV
Seusai sekolah, aku mengikuti ekskul dance. Karena tahun ajaran baru, kak kodi, guru dance-ku memulai ekskul dance dan memilih ulang murid yang akan mengikuti lomba untuk 2 bulan yang akan datang.
Banyak murid baru perempuan maupun laki-laki yang mengikuti dance ini. Yang awalnya tadi aku ikut lomba, sekarang aku jadi tersisihkan. Aku pun protes sama kak kodi. Aku sudah seperti asisten pribadinya kak kodi. Kalau kak kodi ikut perform, aku pasti juga ikut. Namun sekarang?
"Iya.... Kan dicoba dulu nas yang baru gimana, masa yang lama terus yang dipake? Kasian dong yang baru." Ucap kak kodi sabar.
"Tapi kan kak...." Ucapku keras kepala.
"Nanti kakak latih mereka dulu aja ya. Kalo jelek, baru kakak ganti sama kamu. Oke? Kakak kesana ya." Ucap kak kodi sambil berjalan menemui anak baru.
Ah, rese! Ucapku dalam hati.
Aku pun berjalan keluar lapangan sekolah tanpa menyapa pak satpam, hanya menatap sepatu kebesaranku yang berjalan karena kakiku. Kak diaz tak bisa menjemput lagi! Sial memang hari ini.
Agar lebih aman, aku berjalan memasuki kompleks perumahan yang sepi. Karena merasa jengkel dan kesal, aku pun menendang keras botol kaleng minuman yang kosong itu.
BUNG! botol kaleng itu terlempar jauh ke jalan depan. Aku merasa amarahku terlampiaskan. Namun aku melihat sepatuku yang kugunakan untuk menendang kaleng minuman tadi hilang. Huh, pasti gara gara kebesaran. Aku pun mencari disekitar jalanan.
"Woy!" Ucap seseorang.
Namun aku tak peduli, toh ini bukan daerah rumahku. Tak mungkin ada yang mengenalku dan memanggilku.
"Woy, anak bintang cemara!" Ucap orang itu sekali lagi.
Aku menoleh karena merasa terpanggil. Siapa ini? Kenapa dia memanggilku? Kasar pula.
Waduh? Ini kan anak baru tadi yang dibilang sama kinta blasteran, jared. Ngapain dia disini? Loh kok kacamatanya ancur, mimisan pula?
"Elu?" Ucap jared sambil berjalan mendekatiku.
"Ini sepatu punya elu kan?" Lanjut jared.
Waduh, mati aku. Ucapku dalam hati.
"Sepatu sialan lu ini, udah membuat gua jadi seperti ini, dan mobil gua seperti itu." Ucap jared sambil menunjuk mobilnya di belakang yang menabrak tiang listrik dan sampah.
"Ganti." Lanjutnya.
"Apa? Ganti?" Ucapku membuka mulut.
Dia mengangguk.
"Ii....tu.... Kan ga sengaja..... Sorry deh... Tapi jangan minta ganti dong......" Ucapku terbata.
"Gabisa. Ganti. 3juta. Lu gatau ini mobil apa?" Ucap jared sambil menunjuk mobilnya lagi.
"JAGUAR! Tau kan lo betapa mahalnya perawatan mobil itu?" Ucap jared sambil melotot ke arahku.
"Adoh! Gua lagi bete nih! Jangan bikin gua makin kesel!" Ucapku dengan nada tinggi.
"Bodo amat, bukan urusan gue. Yang penting, sekarang. Ganti. " Ucap jared.
"Gua gapunya duit..... Masa lu suruh ganti sama anak SMA sih?" Ucapku pelan.
"Eh itu ada polisi! Kita bicarain disana aja yuk." Ucapku sambil menunjuk ke belakang.
"Mana?" Otomatis jared menoleh kebelakang dam aku menggunakan kesempatan ini untuk..... KABORRR!!!
•••••
Jared POV
Gua meminta ganti cewek ini karena udah membuat mobil rusak dan kacamata gua pecah.
"Bodo amat, bukan urusan gue. Yang penting, sekarang. Ganti. " Ucap gue
"Gua gapunya duit..... Masa lu suruh ganti sama anak SMA sih?" Ucap dia sambil memohon
"Eh itu ada polisi! Kita bicarain disana aja yuk." Ucap cewek ini sambil menunjuk ke belakang.
"Mana?" Gua pun menoleh kebelakang untuk memeriksa ada polisi atau tidak. Ternyata dia bohong. Gua menoleh ke depan dan melihat dia sudah kabur dengan kakinya yang pincang karena sepatu sebelahnya hilang.
"Woy lu!.... Ash namanya gua juga gatau siapa." Ucap gua.
Gua melihat sepatu cewek ini dengan balas dendam.
"Heh, liat aja lu, cewe sarang tawon!" Ucapku sambil menuju mobil untuk pergi ke bengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable.
Teen FictionTak kusangka. Ternyata. Musuhku selama ini. Orang yang ku benci. Adalah seseorang yang ku cintai. Yang telah mengambil harta yang ku jaga selama ini, my virginity. cerita mengandung sedikit 17++