Jared POV
Udah sekitar 2 minggu, anas membantu gua dalam mengerjakan tugas tugas sekolah. Ya, meskipun gua dan anas dimarahin gara gara tugasnya yang sama dan jawaban pr yang sama. Dia sering nunjukim muka betenya sama gua, bukanya sering tapi setiap hari.
Bel istirahatpun berbunyi. Gua keluar kelas dengan headset yang menempel manis di telinga gua. Gua pun berjalan menuju kantin untuk mengisi perut gua yang kosong.
Namun, pemandangan itu membuat gua malas untuk berjalan apalagi beli makanan.
Anas sedang berada di pangkuan seorang cowo dan mereka saling bertatapan. Ngapain coba tuh anak? Nyari sensasi sama cowo cowo gitu?
•••••
Anas POV
Sudah 2 minggu lamanya aku menjadi pembantu jared. Maksudku, yang membantu tugas sekolahnya. Jujur, aku malas banget melakukan ini semua. Namun, perempuan di sekolahku saat mengetahui aku setiap hari ke rumah jared protes seperti; "aduh nas, kamu beruntung banget bisa ke rumah jared." Atau, "astaga nas, kenapa gak aku aja yang bantuin jared?" Atau bahkan, "nas, kamu ketemu sama mamanya gak? Kamu harus baik loh, biar bisa jadi menantu."
Apasih bagusnya jared? Ya aku akui tampangnya cool dan ganteng. Namun buat apa ganteng tapi cuek bebek?
Bel istirahat berdering. Aku berjalan lemas menuju kelas karena kecapean akibat jared yang menyuruhku untuk ke rumahnya setiap hari belakangan ini. Padahal tugas sekolah tidak setiap hari ada.
Tiba tiba aku merasa aku menginjak sesuatu yang licin, aku tak tahu itu apa. Aku pun terhuyung ke belakang.
"Aaaaa!!" Teriakku.
Tubuhku hampir saja berciuman dengaan lantai. Namun ada seseorang yang menahanku.
Aku melihat wajah orang yang menolongku. Aku tak tahu dia siapa tetapi dia tersenyum kepadaku. Akupun tak sadar bahwa aku sudah berada di dalam pangkuanya.
"Elu gapapa?" Ucap cowo itu sambil kembali tersemyum.
"Ehm.... Nggak kok gapapa." Ucapku sambil berusaha berdiri.
"Pacaran tuh bukan disini. Disini tempatnya belajar." Ucap seseorang sambil lewat melewati aku dan cowok ini.
Jared.
"Ssh... Sial. Btw thanks ya." Ucapku sambil berdiri dan membereskan bukuku yang berantakan.
"Iya samasama. Gua adi. 12 Ips1 Lu?" Ucap adi sambil membantu membereskan bukuku.
"Anas. 12 ipa2." Ucapku memperkenalkan diri.
"Udah bel nih. Masuk dulu, ya. Salam kenal." Ucap adi sambil melambaikan tangan dan kembali tersenyum.
•••••
Bel pulang sekolah berbunyi. Aku pun keluar sekolah dan menyetop kendaraan umum untuk menuju rumah cowo sialan itu, jared.
Aku sampai dirumah jared. Aku segera.memencet bel rumahnya dam seperti biasa, bi inem membuka pintunya.
"Eh.. Non anas. Langsung naik aja, non. Dek jared ada diatas." Ucap bi inem seperti biasa.
"Iya, bi. Makasih ya." Ucapku sambil menaiki tangga menuju kamar jared.
Tanpa mengetok, aku langsung masuk. Bodo amat. Cowo sialan ini ngapain dihargai.
"Ketok dulu kek." Ucap jared yang sedang mengetes gitarnya.
"Mau gua bantuin apa? Besok kan gaada apa apa." Ucapku kesal tanpa mempedulikan omonganya.
"Lu tadi ngapain sama adi?" Ucap jared tanpa mempedulikan pertanyaanku juga. Sial.
"Napa? Kepo amat. It's not your bussiness." Ucapku sambil menatap pemandangan dari jendela kamar jared.
"It's my bussiness." Jawab jared.
"Kenapa begitu?" Tambah anas makin emosi. Kepo banget.
"Karena gue suka sama lo." Ucap jared pelan sambil menatap anas.
"Hah?" Ucapku bengong.
"Iya, gua suka sama lo. Dan gua gatau kenapa. Gua juga gamau." Balas jared.
"Gua..... Gua balik dulu." Ucapku sambil keluar dari kamarnya
Aku berjalan menuju halte bus untuk menunggu bus yang mengantarku pulang.
Hah? Jared menyukaiku? Serius? Tapi dari sikapnya dia terlihat bodo amat, cuek kepadaku. Namun, aku tidak menaruh rasa apapun kepadanya. Cukup teman. Apa yang harus kulakukan? Bodo ah. Dianya juga tidak mengejarku. Ngapain aku pikirin dia juga?
Tiba tiba ada sebuah motor sport berhenti tepat didepanku dan menklakson. Siapa dia? Kak diaz? Perasaan kak diaz gapunya motor.
Cowo itu membuka helmnya dan menatapku sambil tersenyum. Adi!
"Adi!" Ucapku sambil berjalan mendekatinya.
"Hey. Ngapain disini?" Balasnya.
"Nunggu bus. Lo abis dari mana?" Ucapku ramah.
"Dari kerja kelompok nih. Bareng yuk?" Ucap adi sambil menepok tempat duduk dibelakangnya.
"Rumah gua di sebelah SD 05. Jauh. Lu duluan aja deh." Ucapku lagi.
"Komplek blue scarlet ya?" Tanya adi.
"Iya! Kok tau?" Balasku.
"Ihh, gua juga tinggal disitu! Udah yuk bareng!" Ucap adi.
"Ah iya? Yauda deh!" Ucapku sambil menaiki motor tingginya.
•••••
"Yang mana rumah lo?" Ucap adi sambil memelankan kecepatan motornya.
"Gang ke tiga, belok kiri, di. Pager item." Balasku.
"Okey, arrived, mrs!" Ucap adi sambil men-standard motornya.
"Thanks ya, di. Lu penyelamat gua banget." Ucapku sambil melepas helm milik adi.
"No prob. Kalo mau bareng bilang aja. Satu komplek ini. Gua duluan ya!" Ucap adi sambil menggas motornya dan meninggalkan rumahku.
Ah, adi. Udah ramah, ganteng. Baru tadi kenalan. Gatau kenapa, aku ngerasa nyaman kalau sama dia.
•••••

KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable.
Ficțiune adolescențiTak kusangka. Ternyata. Musuhku selama ini. Orang yang ku benci. Adalah seseorang yang ku cintai. Yang telah mengambil harta yang ku jaga selama ini, my virginity. cerita mengandung sedikit 17++