#Lembar2: Murid Baru, Cerita Lalu

845 121 4
                                    

Jehan tengah duduk dikursinya sembari mendengarkan musik lewat airpods. Mata gadis ini juga terpejam dengan kepala mengangguk mengikuti irama lagu.

"Je! Je! Je! Pinjem buku pr lo, Je. Sumpah gue lupa kalau hari ini ada pelajarannya crocodile, jadi lupa buat pr!" seruan itu membuyarkan Jehan dari fokusnya mendengarkan musik.

Orang itu, Acha. Gadis paling berisik, paling bawel, paling banyak mau, yang Jehan kenal. Namun walau begitu, Acha adalah sahabat Jehan satu satunya. Eh, setelah Raka maksudnya.

"Nih, makanya malam malam itu liat daftar pelajaran, bukan drama Korea!" seru Jehan sembari memukulkan buku ke kepala Acha dengan lembut. Dasar ya sahabatnya itu, pagi pagi udah bikin heboh.

"Soalnya semalam nanggung, tiga episode lagi. Sayang kalau nggak ditamatin" balas Acha dengan tangan fokus menyalin pr sahabatnya.

Jehan terkekeh ringan. Memang Acha itu orangnya teledoran. Masa sama pr sendiri lupa. Bukan hanya itu, kadang dia juga lupa letak ponselnya dimana. Padahal jelas jelas ada ditangan kanannya. Heran Jehan melihat tingkah sahabatnya itu.

"Eh, Je, katanya kelas kita mau ada murid baru" ujar Acha disela sela menulisnya.

"Oh ya?" balas Jehan agak acuh. Sungguh, Jehan tidak peduli kalau kelasnya ada murid baru atau tidak.

"Iya, gue dengar dengar sih cowok. Tapi nggak tau deh" sambung Acha.

Gadis itu pertemanannya luas. Tanya deh disekolah siapa yang nggak kenal dengan Fasha Auristela, nggak ada yang nggak kenal. Cewek dengan tingkah laku 4D tapi memiliki daya tarik tersendiri. Namun, diantara puluhan temannya itu, sahabatnya hanyalah Jehan. Gadis cuek yang lebih suka tak terlihat keberadaannya. Doyannya ngumpet di rooftop sambil menggambar apa yang terlintas otak.

Jehan tak membalas lagi ucapan Acha. Ia hanya fokus dengan musik yang sedang ia dengar. Tak lama dari itu, wali kelasnya Pak David masuk dengan seorang lelaki mengekor dibelakang beliau. Jehan diam, memperhatikan baik baik postur tubuh orang yang ada didepan kelas. Gadia itu juga mengucek matanya karena takut salah lihat. Ia ambil kacamatanya yang tersangkut disaku kemeja. Setelah terpasang dengan benar, Jehan mematung. Jadi ini anak baru yang dimaksud Acha? Kenapa dari sekian banyak orang harus orang ini? Orang yang mati matian Jehan hindari karena kejadian buruk yang pernah terjadi.

"Selamat pagi, murid murid" ucap Pak David memulai pidatonya.

"Pagi, Pak" jawab seisi kelas kompak. Acha yang tadinya tengah menulis ikut berhenti dan melihat ke arah wali kelasnya.

"Hari ini kelas kalian kedatangan murid baru, silahkan kamu perkenalkan diri" ujar Pak David mempersilahkan murid baru itu memperkenalkan diri.

Lelaki itu berdehem sebelum buka suara. "Nama saya Dante Mahatma Braza dari SMA Hadinata" ujar Dante sembari mengedarkan pandangannya. Matanya berhenti dimeja dekat dinding dengan urutan nomor 3 dari depan. Itu meja Jehan yang kebetulannya si pemilik meja juga sedang menatapnya. Pandangan mereka bertemu, namun secepat kilat Jehan mengalihkan pandangannya. Dante tersenyum sinis. Tertanya ia sekelas dengan mantan, ya?

"Silahkan duduk, Dante" ujar pak David yang langsung dituruti oleh Dante. Lelaki itu mengambil tempat duduk di kursi kosong paling belakang disebelah Cakra.

Setelah itu, Pak David keluar karena harus mengajar di kelas lain. Suasana kelas nampak gaduh. Apa lagi kumpulan cewek cewek centil di depan Jehan yang membuat gadis itu risih. Sebenarnya ia juga tidak mau duduk disitu, tapi karena kursi yang tersisa dari deretan tiga hanya itu, ya sudah Acha dan Jehan mengambil kursi itu.

"Biasa aja, woi. Kaya nggak pernah liat cogan aja" komen Acha yang tengah sibuk sibuknya menyalin pr Jehan.

"Udah pernah, udah sering, tapi yang ini gue suka. Vibe bad boy nya bikin melting! Anjir, gue harus dapet nomor nya!!" seru gadis bernama Thania.

Querencia✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang