Part 32

233 18 0
                                    

     ** Bismillahirrahmanirrahim**

   "Wahai dzat yang membolak-balikkan hati. Maka semoga hatiku segera mencintai orang yang terus memperjuangkanku ya Allah."

                  - Hanum -
.
     Langkah apa yang Wildan lakukan setelah ini? Wildan merasakan kesedihan berkali lipat. Ia bahkan tak semangat menjalani kehidupan kedepannya. Semuanya ia persembahkan untuk ibunya. Ia bahkan ada perasaan kecewa pada ayahnya semenjak Wildan tau ayahnya menikah lagi. Dan hal yang paling Wildan sayangkan adalah pernikahan yang secara diam-diam.

    Namun, hal tersebut tidak membuat Wildan mengurangi rasa baktinya sedikitpun dengan ayahnya. Wildan tetap patuh dan taat pada ayahnya. Bagaimanapun juga ayah Wildan lah yang membesarkannya selama ini.

"Gue bertahan untuk hidup karena mama gue. Gue gak tau mesti gimana," ucap Wildan.

"Setidaknya bertahanlah karena Allah."

   Suara tersebut tak asing bagi Wildan. Ternyata dugaannya benar. Ada Hanum di hadapannya sekarang. Entahlah, ini pertama kalinya jantung Wildan berdetak. Ia bahkan tak mengalami penyakit apapun. Sungguh Wildan polos sekali. Ia hanya sedang jatuh cinta.

"Hanum?" ucap Wildan.

     Ya, Hanum sebenarnya sudah perjalanan menuju pulang. Namun ia kembali lagi karena mendengar nasihat temannya Tania. Tidak ada salahnya saling menolong.

    Tania kini mendampingi Hanum berbicara agar tak terjadi fitnah. Sementara itu kedua teman Wildan senang melihatnya dari kejauhan.

   Suasana hati Wildan yang sedih kini berubah menjadi bahagia. Layaknya bunga yang layu kembali bersemi. Gelap yang diterangi lenteranya. Begitulah kehadiran Hanum.

    Sejak kapan perasaan ini tumbuh? Entahlah, yang jelas jauh dari lubuk hati mereka keduanya saling mencintai. Hanum mencintai Wildan. Begitupun sebaliknya. Wildan juga mencintai Hanum.

   Apakah saling mencintai saja sudah cukup? Sepertinya sulit. Karena Hanum akan berusaha keras agar perasaan Wildan itu hilang.

"Gue tau hidup ini rumit. Kalau Lo ngerasa bingung untuk bertahan hidup bertahanlah karena Allah."

"Iya, Makasih. By the way Lo kok bisa ada disini?" tanya Wildan penasaran.

"Gue disuruh teman Lo," ucap Hanum polos.

  Wildan lantas menatap wajah kedua temannya dengan sinis. Sementara itu Tania hanya geleng-geleng kepala karena punya sahabat yang sangat polos.

"Oh, gue gak ada minta tuh," ketus Wildan.

"Berarti gue sia-sia kesini?" tanya Hanum.

"Gak sia-sia kok. Lo udah bantuin gue banyak banget. Makasih Hanum."

   Sungguh ucapan tersebut mampu membuat Hanum salah tingkah. Tak baik untuk jantungnya.

     Hanum tak bisa memungkiri perasaannya. Masih selalu sama. Baginya Wildan akan menjadi cinta pertamanya dan akan terus seperti itu. Percuma saja ia mengelak. Hati sendiri yang berbicara. Hati Hanum sendiri yang merasakannya.

"Intinya Lo yang sabar gue tau Lo sedih banget tapi Lo gak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Lo harus bangkit. Kalau gitu gue sama Tania mau pamit. Wassalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

   Selesai Hanum dan Tania pergi. Wildan lalu menghampiri kedua sahabatnya. Keduanya sudah khawatir kalau Wildan akan memarahi mereka. Namun Wildan malah memeluk keduanya.

CINTA FISABILILLAH (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang