Part 41

707 30 14
                                    

** Bismillahirrahmanirrahim **

   4 Tahun kemudian ...

   Waktu begitu cepat berlalu. Rayyan sudah pergi menjauh dari kehidupan Hanum. Sudah lama sekali Rayyan tak menanyakan kabar Hanum. Rayyan bahkan sudah tidak tinggal di kontrakan lagi dikarenakan uang yang ditabungnya sudah sangat cukup untuk membeli rumah meskipun masih sederhana.

     Hingga Rayyan mendapatkan kabar dari Wildan bahwa ia akan menikah dengan Hanum. Ada rasa sesak sebenarnya. Namun, ia harus ikhlas. Rasanya percuma Rayyan pergi menjauh kalau pikirannya masih ada Hanum.

    Rayyan akan berusaha mengikhlaskan perasaannya. Rayyan yakin akan menemukan dambatan hatinya suatu hari nanti.

    Rayyan akan memesan tiket lewat handphone untuk berangkat besok. Rayyan kini masuk ke kamar memberi tahu Mamanya dan Sabrina.
Mamanya dan Sabrina merasa kasihan pada Rayyan setelah mendengar kabar bahwa Hanum akan menikah.

"Mah, Sab. Rayyan harap mama sama Sabrina ikut Rayyan naik pesawat besok."

"Iya, Nak. Tapi, kamu yakin bisa datang? Sanggup, Nak?" tanya Mama Rayyan dengan raut wajah sedih.

"Iya, Mah. Rayyan yakin kok."

"Baik, Kak. Sabrina bakalan izin untuk gak ke kantor besok. Kakak yang sabar, ya?" ucap Sabrina.

"Gapapa, Dek. Memang bukan jodoh Rayyan."

   Kini Rayyan bergegas mempersiapkan barang-barangnya untuk kembali ke kota kelahirannya. Sudah lama sekali Rayyan tak kesana. Ia jadi rindu dengan kota yang banyak sekali kenangan di dalamnya.

 ****

   Keesokan harinya

  Hanum gugup sekali rasanya. Humaira mendampinginya saat Hanum sedang di make-up. Rasa haru saat melihat anak ketiganya menikah. Humaira bersyukur bisa merasakan nikmat ini.

   Hanum tampak anggun dan cantik dengan balutan jilbab berwarna putih.  Pakaian yang Hanum kini kenakan adalah kebaya. Hanum tak menyangka keinginannya akhirnya terwujud.

"Nak, kamu cantik sekali," ucap Humaira.

"Makasih, Ma. Mah, Hanum gugup."

"Mama juga dulu gitu kok. Bismillah. Insya Allah. Semua akan baik-baik saja."

   Hanum kini didampingi ibunya dari kejauhan. Sementara itu ada Wildan yang sedang duduk bersama dengan ayah Hanum dan para saksi.

    Lalu, selesai Wildan menjadi dokter barulah Wildan berani ke rumah Hanum. Meski ada perasaan khawatir. Ia tak menyangka orang yang dulunya paling membuatnya terganggu maka akan menjadi jodohnya.

 
    Keluarga Wildan dan Hanum bersyukur dan ikut terharu melihat Hanum dan Wildan bisa bersatu. Meskipun yang datang hanya ayah Wildan dan ibunya tak sempat melihat anaknya dikarenakan sudah meninggal dunia.

"Saya nikahkan dan kawinkan anak kandungku yang bernama Hanum Hilya Nafisah kepada engkau dengan mas kawinnya berupa Surah Ar-Rahman, uang tunai sebesar 60.000.000 dan seperangkat alat salat dibayar tunai," ucap Farzan.

 "Saya terima nikah dan kawinnya Nafisah Hilya dengan seperangkat---" Keringat Wildan mengucur deras. Ia benar-benar gugup saat ini sampai salah. Padahal ia sudah menghapalkannya berhari-hari.

"Salah, Nak. Bismillah diulang lagi," ucap Farzan.

"Saya terima nikah dan kawinnya Nafisah Mufidah Hilya  dengan mas kawinnya berupa uang tunai sebesar 80.000.000 dan seperangkat alat salat dibayar tunai," ucap Wildan dengan satu tarikan nafas lega.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CINTA FISABILILLAH (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang