Part 35

223 19 0
                                    

   *  Bismillahirrahmanirrahim *

    Keputusan Allah selalu yang terbaik. Percayalah Allah tak pernah mengecewakan. Sama sekali tidak pernah.

                    - Hanum -

*****
  Fakultas ekonomi dan bisnis

   Hanum nampaknya tidak bersemangat sekali hari ini. Apalagi Hanum harus mengerjakannya seorang diri. Tania sedang tidak ada. Ia tengah sibuk dengan lomba debat hingga harus dispen.

    Selepas kuliah Hanum akan langsung pulang dan ke rumah sakit seperti biasanya. Tapi, ia bahkan belum sempat membelikan makanan buat Mama Rayyan. Kini pikirannya terpecah antara tugas dan oleh-oleh.
   
"Ah, nanti oleh-oleh apa ya bagusnya?" tanya Hanum sembari memikirkan.

Beberapa jam kemudian...

    Hanum sudah menyelesaikan tugas kuliahnya. Hanum lega. Hanum memutuskan untuk membelikan Mama Rayyan yang ada di restaurant kakaknya Rafa. Pastilah Mama Rayyan akan senang saat memakannya.

    Hanum kini ke restaurant untuk memesan makanan. Sembari menunggu pesanan. Hanum meminta permohonan kepada Nabila agar mendengar keluh kesahnya kali ini.

"Kak, sebentar aja temanin Hanum, ya?" ucap Hanum.

"Baik, jadi gimana?" tanya Nabila.

"Yaudah, baik banget Kak Nabila ini. Yuk, duduk bareng," ucap Hanum.

   Kini mereka berdua tengah duduk bersama. Posisi mereka kini sedang berhadapan. Hanum bersemangat sekali untuk menceritakan keluh kesahnya. Lagian pelanggan di pagi hari agak sepi jadi tak masalah juga kalau Nabila curhat bersama dengan Hanum.

"Jadi, gini, Kak. Hanum itu lagi bingung banget sebenarnya. Gimana ya. Kasi solusi supaya move on, Kak."

"Masih belum juga? Ya ampun Hanum. Banyak-banyak istighfar persibuk diri ke hal-hal baik. Dan jangan banyak mikirin caranya. Karena semakin dipikirkan akan semakin susah untuk move on. Semoga bisa. Semangat. Kakak yakin kamu bisa."

"Makasih banget, Kak. Pantas aja Kak Rafa suka sama Kak Nabila. Kak Nabila baik banget."

   Hanum dan Nabila banyak sekali mengobrol. Entah dari permasalahan Hanum hingga menceritakan tentang kakaknya Rafa kalau Nabila sungguh meleleh karena diam-diam kakaknya jago gombal. Hanum setengah tak percaya kakaknya melakukan hal itu.
  
"Masa sih, Kak? Di rumah Kak Rafa gak gitu."

"Iya, Dek. Gimana Kakak gak meleleh kalau dibaperin terus."

"Haha, syukurlah, Kak. Semoga kayak gitu terus, Kak. Senang Hanum dengarnya."

   Hanum terkadang heran dengan orang lain. Kenapa kisah cintanya begitu mulus? Kenapa ia tak bisa semulus itu ceritanya? Astagfirullah. Hanum segera beristighfar. Hari ini Hanum terlalu banyak mengeluh hari ini.

    Seharusnya Hanum bersyukur karena ia jauh lebih beruntung dari orang lain. Lihat berapa banyak yang ditinggal dengan orang tuanya sekarang? Berapa banyak yang kesusahan untuk bernapas pun harus menggunakan alat bantu? Lantas masih mau tidak bersyukur? Sepertinya sangat malu sekali jika kita tidak bersyukur dengan apa karunia Allah. Allah sungguh maha baik dengan hamba-Nya.

    Tak lama kemudian makanan yang Hanum pesan sudah siap. Ia lantas berpamitan pada kakaknya dan Nabila.  Hanum segera ke rumah sakit hari ini.

***

   Sesampai di rumah sakit. Hanum kini menyapa Mama Rayyan dan memberikan makanan tersebut. Mama Rayyan senang sekali. Syukurlah ternyata mamanya suka dengan makanan tersebut.

"Makasih ya, Nak. Nak Hanum baik sekali."

"Sama-sama Tante."

   Tak lama kemudian Hanum cukup terkejut saat Bintang kini meneleponnya. Hanum izin kepada Mama Rayyan untuk mengangkat telepon dari Bintang.

"Assalamu'alaikum, ada apa Bintang?" tanya Hanum.

"Wa'alaikumussalam. Lo dimana Hanum?"

"Gue di rumah sakit ruangannya Bang Ray. Emang ada apa?"

"Yaudah, gue kesana yah. Ada yang mau gue omongin penting."

"Oh, iya. Wassalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

    Hanum terkejut. Sepenting itukah ? Hingga harus mendatanginya ke rumah sakit. Hanum agak khawatir. Hanum takut jika akan berhubungan  dengan pembahasan Wildan. Meski di satu sisi kadang Hanum penasaran.

"Mau bahas apaan, ya?" tanya Hanum dalam hati.

  Beberapa jam kemudian ...
 
  Kini Bintang datang menemui Hanum. Hanum pamit pada Mama Rayyan untuk keluar dari ruangan. Dan yang membuat Hanum terkejut adalah kehadiran Wildan di hadapannya. Sudah Hanum duga. Pastilah ada hubungannya dengan Wildan. Hanum jadi penasaran tentang kehadiran Wildan disini.

"Wildan? Ngapain kesini?" tanya Hanum.

"Gue cuman jadi perantara antara Lo dengan kakak gue. Udah, Kak. Jujur aja," ucap Bintang.

"Jadi, sebenarnya. Gue suka sama Lo."

   Hanum terdiam. Entahlah, badannya tiba-tiba menjadi kaku. Gagal sudah move on nya kali ini. Ini adalah jawaban yang selama ini Hanum tunggu. Dan terjawab sudah lantunan doa yang Hanum kirimkan pada Allah.

    Hanum benar-benar terharu kali ini. Apakah ia sedang tak bermimpi? Rasanya tidak. Wildan benar-benar mengatakannya hari ini juga. Hanum tau. Wildan tak pernah sebercanda itu masalah perasaan. Perkataan Wildan sangat tulus dari hati.

    Tapi, Hanum kesal. Kenapa baru sekarang? Kenapa terlalu lambat mengungkapkannya? Kenapa di saat Hanum mulai mengakhiri ia baru memulai? Hanum bingung kali ini harus berbuat apa.

"Gue cuman mau ngomong kok. Gue gak pernah maksa Lo untuk sama gue. Karena Lo juga bakalan nikah kan sama Kak Ray? Lagian gue gak seberjuang Kak Ray. Wajar kalau Lo milih dia."
   
   Ucapan Wildan sakit sekali rasanya. Menimbulkan sesak dalam hati Hanum. Hanum rasanya mau menangis hari ini. Tetapi, ia menahannya.

"Iya, Num. Percayalah. Kakak gue gak sejahat itu. Jadi, kakak gue kesini cuman pengen ngasi tau kalau dulu suka sama Wildan itu gak bertepuk sebelah tangan. Udah itu aja kok. Lo gak perlu jadiin beban. Kakak gue akan mundur. Kalau gitu gue pamit sama Kakak gue."

"Sejujurnya Hanum juga belum bisa move on sama Wildan," ucap Hanum.

   Sungguh, ucapan Hanum membuat Wildan kini terdiam. Wildan tak menyangka perasaan itu masih ada. Padahal Wildan selalu cuek dengan Hanum. Wildan benar-benar merasa bersalah saat Hanum ke rumahnya untuk melamar.

"Terima kasih sudah membuat perasaan Hanum terbalas," ucap Hanum lagi.

"Sama-sama. Kalau gitu gue pamit sama adek gue. Wassalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

    Wildan sudah pergi tapi ucapan Wildan sudah membuat Hanum lemas. Hanum kini ke kamar mandi sembari meneteskan air mata. Ia bingung meski bagaimana sekarang?

"Hanum kaget. Di sisi lain gue senang tapi di sisi lain gue sedih. Gue harus apa?" tanya Hanum di depan kaca toilet tersebut.

    Hanum jadi teringat dengan perkataan mamanya. Keputusan Allah selalu yang terbaik. Harusnya Hanum meminta petunjuk pada Allah.

"Ah, iya salat istikharah. Pastilah keputusan Allah yang terbaik," ucap Hanum.

   Hanum akan melaksanakan salat istikharah dan berharap agar menemukan jawaban antara Wildan dan Rayyan.

    Hanum segera membasuh wajahnya agar tak ketahuan dengan Mama Rayyan kalau dirinya habis menangis dalam toilet.

"Bismillah, ya Allah semoga Hanum mendapatkan jawabannya. Keputusan Allah selalu yang terbaik. Percayalah Allah tak pernah mengecewakan. Sama sekali tidak pernah" ucap Hanum dalam hati.

*Bersambung
  

CINTA FISABILILLAH (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang