Part 47 -Satu Fakta-

415 26 10
                                    

Happy reading😉
Semoga sukaaa🤗

- - -

BANDARA hanya dan selalu berarti dua makna, tempat untuk pergi dan untuk kembali.

Laki-laki bertubuh tegap dengan jaket berwarna army yang melekat di tubuhnya itu tahu, bahwa selain menjadi tempat pergi dan kembali, bandara juga berarti merupakan tempat akhirnya ia melabuhkan diri setelah hampir satu tahun tidak pernah kembali.

Langkah kaki laki-laki itu baru saja keluar dari lorong penghubung antara pesawat yang ia tumpangi dan ruang kedatangan.

Tangannya hanya menyeret satu koper berwarna hitam bergaris putih berukuran sedang, sehingga ia tidak perlu memakan waktu lebih banyak untuk menunggu barang yang dimasukkan ke dalam bagasi seperti penumpang yang lainnya.

Taksi bandara adalah tujuan selanjutnya laki-laki itu, karena keluarganya tidak tahu bahwa ia telah kembali, walau hanya sementara.

Laki-laki itu menjangkau taksi yang paling dekat dengannya. Sopir taksi itu cekatan membantunya memasukkan satu koper yang ia bawa ke dalam bagasi taksi.

Setelah selesai memasukkan koper dan akhirnya duduk manis dengan senyum tipis di kursi penumpang belakang, sopir yang baru masuk ke taksi itu bertanya. "Tujuannya ke mana, Mas?"

"Hotel La Fleur, Pak"

Sopir itu mengangguk. "Yang dekat dengan caffe bernuansa jepang itu ya?"

"Iya, Pak"

Laki-laki itu meraba saku jaketnya dan mengambil ponsel lalu mengaktifkan datanya

"Vera telfon gue sebanyak ini?" gumamnya

Vera shbt Cia
Kak, gue mau ngabarin Queen kecelakan
Buruan ke Rumah Sakit xxxxx ya!

Laki-laki tersentak bahkan matanya membulat sempurna.

"Pak ke rumah sakit xxxxx sekarang!"

--

"Jangan dulu ya Allah, jangan" sedari tadi laki-laki itu tak henti-hentinya meracau

Ia terus berlari dan mencari, bahkan ia selalu menabrak beberapa orang di lorong-lorong dinding putih itu dan tidak sempat mengucapkan kata maaf.

Satu, ia ingin segera melihat perempuan itu. Queen

"Tante Lisa?" panggilnya dengan nafas memburu

Lisa menoleh dengan berlinangan air mata "Zafran? Queen dia didalam dia kritis"

Zafran spontan memeluk Lisa untuk memenangkannya

"Tante harus percaya, Queen pasti bisa melewati masa kritisnya"

Lisa menggeleng "Tapi dia kritis, Zafran!"

"Dia pasti bakal baik-baik saja, tante" kata Davine yang sudah berdiri disana sekitar setengah jam yang lalu

"Iya tante, tante tanang ya, kita berdoa yang terbaik buat Queen" tambah Vera

Ruang operasipun terbuka setelah hampir lima jam setia tertutup, menampilkan laki-laki paruh baya dengan baju hijau miliknya,

"Maaf, pasien koma"

Tiga kata yang mampu membuat mereka semua menjadi tidak sanggup menahan diri.

--

Di pojok lorong rumah sakit, Zafran terduduk lemah di ubin keramik yang dingin. Ia diam dengan pandangan kosong.

"Queen, jangan pergi, aku mohon..."

"Zafran? Pelakunya sudah sadar"

Zafran mendongak, menatap laki-laki yang penampilannya tak kalah buruk darinya. Ia berdiri dan menghampirinya, "Dimana dia, Om?"

I evoL uoY CUPUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang