Day 18

38 9 16
                                    

Ada yang mau tema Line cuma 5K? DM, ya!

***

Feby tengah berlarian di sepanjang koridor saat ini. Kakinya terus bergerak dengan cepat, seakan takut terkalahkan oleh waktu. Keringat terus bercucuran dari pelipis gadis tersebut. Napasnya juga mulai terengah-engah, tapi dia tak menghiraukannya. Ia khawatir akan keadaan kekasih yang kemarin sempat berselisih paham dengannya.

Desas-desus siswi yang melihat Feby berlarian juga terdengar di sepanjang koridor. Berita Daniel jatuh dari motor telah tersebar ke seluruh penjuru sekolah. Bahkan, pihak guru juga menawarkan Daniel untuk pulang ke rumah atau dirawat di rumah sakit. Akan tetapi, ketua geng tersebut menolaknya.

Akhirnya, setelah perjalanan yang cukup melelahkan dari ujung bangunan timur hingga ujung bangunan barat, Feby sampai juga di markas kekasihnya.

"Hei, mau ke mana?"

Gadis tersebut terkejut dengan adanya Tera di markas Daniel. Akan tetapi, dia tak menghiraukan gurunya, ia terus berjalan menuju kamar yang tersedia di sini.

"Febiola! Saya sedang berbicara!"

Dengan terpaksa, gadis yang tengah khawatir tersebut harus menghentikan langkahnya. "Ke Kak Daniel."

Tera melotot. Lantas mendekati muridnya tersebut.

"Masih berani menampakkan muka kamu? Dasar tidak tahu diri!"

Feby berusaha sekuat mungkin meneguhkan hatinya. Dia merasa bersalah atas insiden yang menimpa pacarnya kemarin. Sekarang? Dia pasti akan disudutkan oleh gurunya sendiri.

"Pergi. Daniel juga nggak sudi buat ketemu kamu."

"Tapi---"

Tiba-tiba saja Daniel keluar dari kamarnya. Matanya tak sengaja bertemu dengan mata gadisnya. Cukup lama mereka bertatapan, yang satu memberi tatapan lega dan senang, sementara satunya memberi tatapan datar.

Feby tak menggubris guru di hadapannya. Ia memilih melangkahkan kaki menuju kekasihnya.

Ketika telah sampai di depan lelaki tersebut, Feby merasa tak berdaya. Hatinya hancur menatap tangan yang selalu merangkulnya sekarang tengah di-gips.

Perlahan ... air mata memenuhi pelupuk matanya. Andai saja kemarin Feby mencegah Daniel pergi, mungkin kekasihnya tak akan mengalami hal seperti ini. Sungguh, ia sangat merasa bersalah.

Dengan keberanian yang sudah ia siapkan sejak tadi, gadis chubby tersebut segera memeluk kekasihnya.

"Kak ... maafin aku," lirihnya.

Hening. Tak ada jawaban dari Daniel.

"Aku---aku memang jahat ... aku egois, aku mohon maafin aku. Aku bersedia---"

"Keluar."

Feby mendongak, mencoba mencari ekspresi tersembunyi yang ada di wajah kekasihnya. Ia dapat menangkap kilatan tak peduli dari mata lelaki di pelukannya. Wajahnya sangat datar, tak ada ekspresi marah atau senang.

"Kak---"

"Keluar, Febiola!"

Bukannya menurut, Feby malah memperat pelukannya. Air mata perlahan jatuh membasahi pipinya. Dia memang egois. Laki-laki di pelukannya pasti sangat kecewa dengannya hingga tak mau mendengarkan kata-katanya. Hatinya teriris mengetahui kenyataan bahwa lelaki yang selama ini menjaganya tak bisa ia jaga dengan baik.

Daniel berusaha sekuat tenaga untuk tidak membalas pelukan gadisnya. Dia memang benci, tetapi ... rasa sayangnya lebih besar dari semua kesalahan gadisnya. Dadanya terus bergejolak, antara sedih, marah, kecewa, semua tercampur menjadi satu.

Thirty Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang